Glenn Freddly Meninggal karena meningitis legenda musik indonesia
Glenn Freddly saat konser di Jakarta pada 2018. Foto oleh Oeday Abdullah / AFP
Obituari

Deretan Lagu Terbaik Glenn Fredly, Musisi Rendah Hati yang Pergi Terlalu Cepat

Musisi R&B legendaris Indonesia ini pergi terlalu cepat. Kontribusinya pada perkembangan industri musik Indonesia, serta aspirasi politiknya, meninggalkan lubang besar yang menyesakkan.

Berpulangnya Glenn Fredly Deviano Latuihamallo meresmikan 2020 sebagai tahun yang amat menyedihkan. Pada Rabu (8/4) malam, Glenn meninggal dunia di Rumah sakit Setia Mitra Fatmawati, Jakarta Selatan. Keluarga Glenn menginformasikan bila meningitis sebagai penyebab kematian Glenn. Sontak, dunia musik Indonesia berduka.

Berita ini adalah pukulan telak bagi banyak kalangan. Bukan hanya untuk para musikus dan pendengarnya, juga untuk banyak orang yang enggak ada hubungannya sama musik. Glenn Fredly dikenal sebagai aktivis yang lekat dengan isu kemanusiaan, kerap menyuarakan nilai-nilai persatuan.

Iklan

Almarhum, yang berdarah Maluku, punya banyak mimpi. Salah satunya membangun Indonesia Timur dengan menjadikan Ambon sebagai kota musik Indonesia. Obituari Rudy Fofid mencatat bagaimana ketulusan Glenn ingin terus belajar untuk melaksanakan niat baik ini dengan cara yang benar. Dia cukup aktif dalam politik, termasuk terlibat dalam berbagai program rekonsiliasi masyarakat Ambon selepas kerusuhan sektarian berdarah pada 1999.

Karya adalah anak rohani seniman. Daftar ini VICE persembahkan untuk menghormati Glenn, merangkum tujuh lagu terbaik dari tujuh album sang musisi kelahiran Jakarta, 44 tahun silam. Tentu, daftar ini tidak mengenyahkan pentingnya karya lain Glenn yang tidak kami tuliskan.


"Cukup Sudah" (Glenn, 1998)

Kenangan paling menyenangkan tentang lagu ini saya dapat ketika menonton pertunjukan Trio Lestari di Bandung pada 2013. Cara bernyanyi Glenn muda di lagu “Cukup Sudah” sering ditirukan secara lebay oleh Tompi dan Sandhy Sondhoro buat bahan olok-olokan di panggung, membuat penonton tak kuat menahan tawa. Dirilis pada 1998, lagu ini mendahului zaman dengan bercerita soal friendzone bahkan sebelum kata itu ditemukan. Buat anak-anak yang murka karena cuma dianggap teman, mari saling menguatkan sembari ditemani Bung Glenn. Yok, bisa yok.

"Salam bagi Sahabat" (Kembali, 2000)

"Kasih Putih" memang megang banget di album ini. Gara-gara lagu itu, Pandji Pragiwaksono bahkan menyematkan julukan “tatapan kasih putih” untuk menyebut tatapan khas penuh cinta Glenn Fredly.

Iklan

Tapi, saya pilih “Salam bagi Sahabat” hanya karena karya ini adalah definisi harapan. Ada sesuatu di lagu ini yang bikin kita semangat mengejar cita-cita, merasa semua mimpi itu valid. Kolaborasinya dengan Albert Fakdawer saat merilis ulang lagu ini menegaskan makna regenerasi, memperkuat harapan-harapan itu. Dengarkanlah ketika kamu sudah tidak ingat kapan terakhir kali kamu tertidur tenang.

"Januari" (Selamat Pagi, Dunia!, 2002)

Jika Anda berpacaran dan putus di bulan Januari, sudah pasti Anda akan memasukkan lagu ini di playlist patah hati Anda (kecuali Anda denial [waw saya sudah cocok kan masuk penghakiman @txtbocahindie]). “Januari” adalah masterpiece putus cinta. Album ini melambungkan nama Glenn ke singgasana penyanyi solo pria terbaik Indonesia berkat hit seperti “Terpesona”, “Sekali Ini Saja”, “Sedih Tak Berujung”, atau “Akhir Cerita Cinta”. Tapi, “Januari” lain. Sakitnya tuh spesifik banget. Terlalu indah, terlalu mengiris hati.

"My Everything" (OST Cinta Silver, 2005)

Lagu wajib seluruh band wedding Indonesia ini diciptakan Webster Manuhutu (dikenal sebagai drummer band Saint Loco). Pada awalnya "My Everything" diciptakan sebagai lagu rohani oleh Webster. Namun, makna lagu “dipaksa” jadi lebih luas ketika Glenn merilisnya untuk mengisi soundtrack film Cinta Silver pada 2005. Sejarah tersebut membuat lagu ini serasa punya nilai tambah dibanding “Kisah Romantis”, hit fenomenal lainnya dari album sama. Hayo, siapa yang nikahannya dinyanyiin dua lagu ini sama wedding band?

Iklan

"Tega" (Aku dan Wanita, 2006)

Lagu ini menahbiskan Glenn Fredly sebagai penyanyi spesialis pengiris bawang bagi kaum-kaum tersakiti. Di atas, saya tautkan video pertunjukan langsung Glenn membawakan lagu “Tega” di Together Whatever Session yang dirilis juga di digital streaming platform pada 2018. Versi ini (bisa diputar sejak menit 34:40) sempurna sekali: dimulai dari solo hammond Kenna Lango yang membangun suasana, dihajar dengan solo vocoder Ivan Alidyan yang nyayat-nyayat palung hati. Silakan tonton videonya malam-malam, selimutan, dan dalam kondisi lampu mati. Hati-hati mata sembap.

"Happy Sunday" (Happy Sunday, 2007)

Praktis tidak banyak lagu di album ini yang akrab di telinga masyarakat. Bisa dimaklumkan karena industri musik arus utama saat itu juga lagi dihajar gelombang band pop-Melayu (ini saya tidak mengeluh lho). Di tengah keseragaman musik di layar kaca, “Happy Sunday” jelas jadi oase. Saya tautkan versi Live at Lokananta karena The Bakuucakar, band pengiring Glenn, sungguh-sungguh menggugah tiap insan manusia untuk menjadi musisi.

"Terserah" (Private Collection, 2008)

Konon, Paguyuban Masyarakat Diselingkuhi (Pamali) menjadikan lagu ini sebagai tembang resmi perkumpulan mereka.

*Honorable Mention:

- "Kasih Putih" - "Kisah Romantis" - "Let's Dance" - "Terpesona"


Selamat jalan, Kakak Glenn. Kau membuat kami makin percaya, orang baik mati muda. Kami dan keluargamu akan selalu merindukanmu.