The VICE Guide to Right Now

Sekelompok Ilmuwan Berusaha Bikin Magic Mushroom Enak yang Tidak Bikin Kalian Parno

Para peneliti dari perusahaan CaaMTech kabarnya sukses mengidentifikasi molekul yang berpengaruh menciptakan pengalaman psikedelik positif.
Gavin Butler
Melbourne, AU
Ilmuwan Berusaha Bikin Magic Mushroom Enak yang Tidak Bikin Kalian Parno
Ilustrasi jamur untuk bahan magic mushroom via Wikipedia/ Workman

Di sebuah laboratorium kecil pinggiran kota Issaquah, Negara Bagian Washington, Amerika Serikat, sekelompok ilmuwan mencoba menuntaskan sebuah misi mulia: menciptakan jenis magic mushroom yang tidak bikin kalian mengalami bad trip. Kalau sedang apes, orang yang mengonsumsi jamur tahi bukannya ketawa ngakak atau lemes santuy di dalam kamar. Mereka malah jadi parno, ketakutan, sampai berhalusinasi negatif.

Iklan

Perusahaan startup tersebut, CaaMTech, selama setahun terakhir berhasil menganalisis berbagai senyawa yang ditemukan dalam jamur halusinogen. Tujuan penelitian ini adalah memastikan zat jamur apa yang memicu efek halusinasi di otak manusia. Lewat penelitian ini, CaaMTech berharap tim mereka menemukan cara membuat campuran jamur dengan "zat optimal", dan oleh karenanya meningkatkan kemungkinan seseorang memperoleh pengalaman psikedelik positif. Dengan begitu, potensi jamur tahi digunakan dalam dunia terapi medis meningkat.

"Kami merasa pencegahan bad trip dapat meningkatkan potensi kesembuhan pasien selama terapi," ujar Andrew Chadeayne, CEO CaaMTech saat diwawancarai majalah DoubleBlind yang rutin membahas zat psikedelik dan dunia jamur tahi. "Kami ingin bisa membantu memberikan orang probabilitas lebih besar merasakan pengalaman euforia."

Satu zat itu, yang dijuluki Chadeayne sebagai "molekul penting" adalah senyawa aeruginascin. Menurut ilmuwan, makin tinggi kadar zat tersebut secara drastis mengurangi atau bahkan menghilangkan potensi bad trip.

Biarpun molekul jamur tersebut dikenal karena menghasilkan halusinasi, Chadeayne meyakini ada zat lain yang saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap pengalaman psikedelik pengguna—fenomena ini disebut sebagai "entourage effect". Aeruginascin diduga sebagai salah satu zat tersebut. Dengan cara mengisolasi zatnya, ilmuwan di CaaMTech berharap bisa mengeliminasi risiko pengalaman psikedelik negatif, lalu meningkatkan probabilitas pengalaman yang menyenangkan.

Iklan

Mereka bukan satu-satunya ilmuwan yang mempercayai potensi yang dimiliki jamur untuk keperluan medis. Dalam wawancara terpisah dengan DoubleBlind, ahli mikologi dan kimia Jochen Gartz menilai "aeruginascin tengah menjadi topik hangat dalam gelombang teknik terapi baru menggunakan jamur."

Gartz menemukan aeruginascin pada 1980an, ketika dia menyelidiki berbagai pengalaman orang yang mengonsumsi jamur tahi. Dalam penelitiannya, biarpun beberapa orang mengalami rasa cemas dan "efek disforik mendalam", banyak juga pengguna—terutama yang mengonsumsi spesies jamur Inocybe aeruginascens—mengalami pengalaman positif. Inocybe aeruginascens mudah ditemukan di kawasan Eropa tengah, diyakini sebagai satu-satunya jenis jamur di Bumi yang mengandung zat aeruginascin.

Meskipun CCaaMTech menilai potensi untuk meningkatkan pengalaman psikedelik positif itu besar, penelitian masih tengah berjalan. Chadeayne berencana menguji efek aeruginascin pada binatang akhir tahun ini, dan mengatakan timnya "ingin tahu dulu efeknya sebelum menyebarkan kabar baik ke masyarakat umum."

Sampai itu terjadi, kemungkinan bahwa pengalaman euforik jamur bisa dijamin seratus persen nampaknya masih jauh dari kenyataan.

Follow Gavin di Twitter dan Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia