FYI.

This story is over 5 years old.

Memori

Menanamkan Ingatan Palsu Betulan Bisa Dilakukan Lho, Bukan Cuma di Fiksi

Ilmuwan Julia Shaw bersedia menjelaskan cara mengakali ingatan seseorang, termasuk alasan manusia memberi keterangan palsu atau merasa pernah diculik alien.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Kita cenderung menganggap ingatan mirip dengan sebuah kapsul waktu kecil—rekaman masa lalu yang penting bagi kita dan yang menyusun diri kita saat ini. Sejatinya, anggapan ini salah besar. Baru-baru ini saya menemui Julia Shaw, seorang psikolog kriminal yang mendalami cabang ilmiah tentang ingatan. "Aku seorang peretas ingatan," ujarnya. "Aku menggunakan ilmu ilmiah tentang ingatan untuk membuat kamu merasa pernah melakukan tindakan yang sebenar tak pernah kamu kerjakan."

Iklan

Menanamkan ingatan, ternyata di luar dugaan, sangat mudah dilakukan.

Shaw, warga asli Kanada yang kini bermukim di London, tengah berada di Toronto guna mempromosikan buku terbarunya The Memory Illusion. Dalam karya terbarunya, Shaw menjelaskan bahwa ingatan palsu bisa disisipkan dengan mudah pada otak seseorang—hingga seorang bisa memberikan kesaksian palsu yang membuatnya mendekam di penjara atau membeberkan dengan rinci proses penculikan alien yang sebenarnya tak pernah dialaminya.

"Ingatan sebenarnya hasil kerja jaringan otak," jelas Shaw kepada saya. Jaringan tersebut—yang tersebar ke beberapa bagian otak—diperbarui secara konstan. Inilah salah satu fungsi otak yang sangat penting. Tanpanya, kita akan kesusahan mempelajari hal-hal baru, memecahkan masalah dan beberapa kemampuan lainnya. Namun, di sisi lain, kemampuan tersebut membuat otak manusia gampang "dimanipulasi," imbuh Shaw. "Tiap kali kamu bercerita, kamu sebenarnya mengubah ingatan." Dalam proses mendongeng, kita kerap menambahi detail-detail baru, menyisipkan informasi yang kamu terima dari orang lain. Ini pada akhirnya akan memicu tumbuhnya koneksi baru, yang bisa saja menipu.

Misalnya: jika kamu merasa kamu bisa mengingat peristiwa apapun yang kamu alami sebelum berumur dua setengah tahun, Shaw memastikan bahwa itu adalah ingatan palsu. Sebab, sebelum mencapai umur itu, otak kita belum memiliki kemampuan penuh untuk menyimpan ingatan. Fenomena ini disebut sebagai amnesia pada anak. Memori tentang dari masa awal kehidupan "diterima oleh kita lewat foto-foto. Kamu melihat foto atau mendengar cerita orang tua kita," ujarnya. "Otakmu segera menginternalisasikannya."

Iklan

"Bagiku, kenyataan itu sepenuhnya persepsi seseorang."

Fakta bahwa ingatan bisa diubah punya implikasi tersendiri, terutama dalam perkara kriminal. Shaw menjelaskan hal ini dengan gamblang—ini memang fokus sebagian besar penelitiannya. "Di lab, aku menyakinkan orang dengan meretas ingatan bahwa mereka melakukan tindak kriminal yang sebenarnya tak pernah mereka lakukan," ujar Shaw, pengajar senior dan peneliti di Department of Law and Social Sciences, London South Bank University. "Aku melakukan itu guna menunjukkan bahwa proses interograsi bisa mendistorsi memori secara konsisten."

Untuk menyisipkan ingatan palsu, "kamu harus membuat seorang kebingungan membedakan imajinasi dan ingatan mereka," ujarnya. "Itu saja! Buat mereka terus membayangkan bahwa sesuatu benar-benar terjadi."

Shaw memulainya dengan memberitahu subyek mereka telah melakukan tindak kriminal. Dia lalu melanjutkan dengan bilang bahwa dia punya informasi dari orang terdekat mereka. "Ortu kamu bilang pas kamu berumur 14, kamu pernah mencuri sesuatu sampai dilaporkan ke polisi," cecar Shaw. dia meneruskan dengan mengatakan akan segera memanggil orang tua subyek serta membeberkan detail obrolan mereka "dan kamu harus mempercayai aku. Aku sudah menghubungi orang tuamu. Kamu percaya mereka kan," lanjutnya. Tindakan ini dilakukan untuk menegaskan kredibilitas Shaw.

Shaw melangkah lebih jauh dan membongkar lapisan demi lapisan subyeknya—umur, kampung halaman, nama teman kecil mereka sambil terus memaksa mereka membayangkan bahwa tindak kriminal itu benar-benar terjadi, meski mereka tak pernah melakukannya. Setelah satu minggu, atau lebih singkat dari itu, "akan makin susah memisahkan imajinasi dari ingatan," ujar Shaw. "kalau sampai tahap ini, subyek akan lebih gampang percaya bahwa tindakan kriminal itu benar terjadi."

Iklan

Julia Shaw memamerkan buku terbarunya The Memory Illusion. Foto oleh: Chet Tilokani

Tentu saja, ingatan palsu memiliki konsekuensi berbahaya dalam sistem hukum krimina. Seorang tak bersalah bisa masuk penjara, misalnya. Namun, di sisi lain, ingatan palsu bisa digunakan untuk menjelaskan "ingatan yang mustahil," jelas Shaw, seperti pada mereka yang mengaku diculik alien. Dalam kasus ini, jika kemungkinan gangguan mental dan penjelasan lain sudah dicoret, "kemungkinan besar siapapun yang mengaku diculik alien memiliki ingatan palsu," terangnya. "Mereka telah berulang kali membayangkannya. Atau mereka telah menerima sugesti. Atau bisa juga mereka menonton film, memimpikannya," lantas mempercayai bahwa mereka benar-benar diculik alien.

Lalu kapan kita bisa melakukan hal yang berlawanan dengan penyisipan ingatan—menghapus ingatan nyata, yang bikin terus galau dan menyakit, dari otak kita?

"Eternal Sunshine of the Spotless Mind," Shaw mengangguk ketika saya mengarahkan pembicaraan ini pada film karya Michel Gondry. Lantaran ingatan disusun dari jaringan yang menyebar di seluruh bagian otak, sepertinya menghapus ingatan tak bisa dilakukan manusia, setidaknya dalam waktu dekat. Yang paling banter bisa kita lakukan adalah menghapus apa yang selama ini bikin kita galau: emosi yang tertaut pada ingatan buruk kita.

Dengan menggunakan optogenetics (teknik yang menggunakan cahaya untuk mengaktifkan atau menonaktifkan bagain otak tertentu), para ilmuwan mampu menghapus ketakutan yang menyertai ingatan buruk pada tikus. Tentu saja, ini belum pernah diujicobakan pada manusia. (FYI, untuk melakukannya kepala tikus harus dilubangi terlebih dulu). Namun, yang jelas, kalau kamu ngebet ingin menghapus ingatan tentang mantan, hal ini mungkin dilakukan…tapi tidak sekarang.

Jadi, kalau ingatan bisa dengan mudah dimanipulasi dan kita terus menerus menambah detail atau menghapus detail lain yang tak perlu, lantas apa yang kita ingat benar-benar rekaman masa lalu?

"Menurutku, realitas hanyalah murni persepsi kita. Dengan demikian, realitas sepenuhnya adalah pengalaman pribadi. Dunia ada di sekitarmu hanya ada untuk dirimu (selama kamu juga ada). Tiap hari, kamu bangun sebagai sesosok manusia baru," dengan otak yang baru, dan serangkaian ingatan baru yang bakal membantumu melewati hari.

"Aku berani bilang semua ingatan itu palsu," kata Shaw. "ingatan yang kita miliki antara sebagian palsu atau seluruhnya fiktif. Ada beberapa pengalaman yang kita ingat yang sebenarnya tak pernah terjadi."