FYI.

This story is over 5 years old.

Film

Betapa Sulitnya Membunuh Hitler di Kehidupan Nyata

Sutradara Oliver Hirschbiegel, yang membuat 'Downfall', kembali menyajikan film tentang Hitler. Kami mewawancarainya. membahas meme Hitler ngamuk yang kini populer di Internet.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

November 1939, seorang pria Jerman biasa bernama Georg Elser mencoba, namun sayangnya gagal, membunuh Adolf Hitler dengan sebuah bom rakitan di Munich. Percobaan pembunuh yang gagal total—sekaligus motivasi yang mendasarinya—menjadi inti cerita dari film 13 Minutes, karya terbaru Oliver Hirschbiegel. Kalian mungkin mengenal nama sineas ini sebagai sutradara yang menukangi Downfall, sebuah drama yang dirilis tahun 2004 tentang hari-hari terakhir Hitler. Downfall mendapatkan nominasi Oscar, namun belakangan lebih sering dikenal lantaran adegan klimaks film ini—Hitler marah-marah ketika tahu posisinya sudah terpojok—jadi sumber jutaan meme di internet.

Iklan

Kami ngobrol bersama Hirscbiegel, membahas alasannya membuat satu lagi film tentang Hitler, perasaannya akan meme-meme Downfall yang bersliweran di internet serta pendapatnya menyangkut perdebatan sengit tentang membunuh sang petinggi Third Reich ketika masih bayi.

VICE: Kenapa kamu bikin film ini?
Oliver Hirschbiegel: Aku sangat terpesona dengan karakter Georg Elser karena dia selalu jadi teka-teki. Elser itu tidak politis, dia tak menganut ideologi tertentu. Elser juga dididik dalam lingkungan yang relijius tapi dia bukan seorang yang relijius. Semua yang dilakukannya dipicu sebuah renungan mendalam bahwa ada sesuatu yang harus dia lakukan—bahwa bencana akan datang kalau tak ada seorang pun yang mengambil inisiatif, makanya dia melakukan semua itu. Menurutku, tak banyak contoh kasus seperti ini dalam sejarah manusia. Elser hampir seperti seorang cenayang. kisah dalam film ini terjadi ketika Nazi menginvasi Polandia namun belum menyatakan perang dengan negara di belahan dunia lainnya.

Ini kan keren banget. Elser seperti paham betul dengan apa yang akan terjadi, ketika semua orang masih kagum pada sosok Hitler. Ada hal yang selalu dilupakan orang ketika bicara tentang Hitler. Setidaknya sampai tahun 1936 atau 1937, Hitler masih dianggap sebagai sosok karismatik dan penting dalam percaturan politik. Dalam gelaran Olimpiade di Berlin, semua orang mengangkat tangan untuk menyambung Hitler—bahkan kontingen Amerika Serikat juga melakukan hal serupa. Ini bisa terjadi karena Hitler membuka lapangan kerja dan membangun kembali ekonomi. Semua orang dibuat terperangah olehnya.

Iklan

Kalau dihubungkan dengan isu-isu politik termutakhir, ada hal yang bisa dipelajari penonton dari film?
Dunia sangat berbeda ketika saya mulai syuting film ini. Lagipula, menggunakan materi sejarah untuk "mengajari" orang berpikir dan bertindak kan gampang-gampang susah. Aku meninggalkan celah bagi para penonton supaya mereka bisa mengintepretasikan film ini sendiri. Secara personal, saya tak suka film dengan pesan moral. Aku menganggap penonton filmku sebagai penonton yang cerdas. Makanya, aku membiarkan mereka sendiri mengintepretasikan filmku

Downfall sukses dan diakui di mana-mana, ada alasan kenapa kamu kembali ke subyek yang sama?
Aku tak punya alasan spesifik. Semua tentang Hitler bukan subyek yang enak untuk dibicarakan. Menurutku sih, aku tak tahan untuk menggambarkan bagaimana Nazisme perlahan merembes ke segala aspek masyarakat di Jerman—tak cuma di kota besar tapi sampai ke desa terpencil. Georg adalah karakter yang menarik. Aku merasa kami mirip karena punya keyakinan yang sama—aku selalu gagal memahami konsep tentang batasan, aku selalu jadi orang yang penasaran dan percaya sepenuhnya pada kebebasan berbicara. Jujur, aku juga gagal paham konsep rasisme dan antisemitisme. Itu adalah dunia yang asing bagi Georg dan aku.

Cerita tentang Georg populer di Jerman?
Kalau sekarang sih Iya. ini capaian yang bikin aku bangga. Elser tak mendapatkan pengakuan selama beberapa dekade. Butuh waktu dua puluh tahunan sampai Elsor dan kawan-kawan diakui sebagai pejuang kebebasan. Sistem yang ada waktu itu dibangun di atas konsep kepatuhan. Kalian harus mematuhi perintah atasanmu. Kalau ada yang melanggar dianggap pemberontak.

Iklan

Ketika pembantaian di Kent State terjadi di Amerika Serikat, ada selang waktu sampai para pengunjuk rasa dianggap sebagai korban. Menurutmu, apakah memang kodrat manusia seperti ini, lamban memberikan pengakuan ketika revolusi sebenarnya tengah berkobar?
Mengakui dan melakukan sesuatu adalah dua hal yang berbeda. Dalam sebuah sistem represif, menolak jadi anggota partai saja bisa bikin orang terdekat kita terancam. Tiba-tiba saja, anakmu tak bisa masuk sekolah dan semua subsidi tak bisa lagi kamu nikmati. Melakukan hal yang tergolong offensif memang sangat beresiko. Kamu butuh keberanian yang luar biasa. Aku sangat menghormati sosok seperti Edward Snowden, yang melakukan sesuatu karena dia sadar itu yang harus dilakukan. Snowden merasakan ada yang salah dan tak ada yang mengambil inisiatif. Jadi, ia mengambil tindakan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Snowden tahu dia tak akan lagi bisa bertemu orang tua dan orang yang dia kasihi. Aku benar-benar mengagumi dia—yang dia lakukan datang dari dilandasi pendirian dalam hatinya, mirip seperti Elser.

Tahun lalu, di Amerika Serikat, ada perdebatan hangat menyangkut pertanyaan "kalau kamu bisa kembali ke masa lalu dan bisa membunuh Hitler yang masih bayi, apakah kamu akan melakukannya?". Beberapa kandidat presiden kami malah sampai ikut urun pendapat.
Oh begitu.

Bagaimana reaksimu ketika mendengarnya?
Agak mengagetkan sih. Gagasan tentang membunuh bayi sangat absurd bagiku. Jadi, entah bagaimana pertanyaan ini harus aku jawab. Aku tumbuh besar dengan didikan bahwa tak ada satu pun manusia yang berhak mengambil nyawa sesamanya—ujung-ujungnya ini akan berakhir di masalah hak asasi manusia. Menyiksa manusia lain juga tentu saja tidak diperbolehkan. Kita tak punya hak untuk melakukan hal bejat pada orang lain atau binatang sekalipun.

Iklan

Nah sekarang, kalau kita dalam situasi di mana ada seorang tiran yang mengancam keselamatan penduduk negerimu atau negeri lain, membunuh bayi Hitler bisa dihitung sebagai pembunuhan seorng tiran kejam. Pada dasarnya masih membunuh orang, tapi kan ini pembunuhan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Seperti yang tercantum dalam injil, ini terhitung adil. Tapi, aku sendiri sih masih punya kendala besar jika harus membunuh orang.

Kamu percaya Tuhan?
Ya, tapi aku bukan seorang yang relijius. Aku percaya adalah sebuah entitas, sebuah kekuatan dalam semesta di mana pun itu yang menuliskan takdir kita—yang menjaga kita. Keyakinanku lebih dekat dengan Shamanisme, kira-kira begitulah. Yang aku anut adalah semacam kepercayaan kuno yang menuntunku menemukan akal sehat. Akal sehat kerap jadi penolong yang efektif dalam berbagai konflik di dunia. Jadi, tetap awas, tetap waspada, jangan terkungkung dalam duniamu sendiri dan cari sudut pandang berbeda. Apa alasan tindakan orang ini? Kenapa dia marah pada kita? Apa yang memacunya melakukan itu? Apa yang bisa kamu lakukan untuk menghentikannya dan memikir apa yang dia lakukan? Segera setelah kamu membicarakan sesuatu, kamu pun memulai proses yang kemungkinan besar mencegah agresi yang tak perlu. Semua ini cuma butuh akal sehat.


Bahkan di Indonesia, meme Hitler ngamuk juga berulang kali dibuat oleh Youtuber


Downfall punya kehidupan kedua di internet
Iya dan aku bangga dengan hal ini. Tak ada adegan film yang lebih sering diplesetkan sejak kami merilis Downfall selain adegan klimak film itu. Pada dasarnya, semua meme-meme Downfall kocak—para pembuatnya sangat kreatif. Coba deh ingat-ingat Charlie Chaplin di The Great Dictator. Senjata apa yang paling efektif untuk melawan represi? Tawa. Sekali kamu tertawa, kamu tahu kamu bakal baik-baik saja.

Punya meme Downfall favorit?
Ada banyak banget. Tapi aku suka satu meme yang seperti agak baru. Cerita tentang—aduh siapa sih itu orang yang sekarang jadi Menteri Luar Negeri Inggris. Sosok penting yang mendukung Brexit itu.

Nigel Farage?
Bukan, satunya lagi

Boris Johnson?
Boris Johnson! Terimakasih, ya ampun kok aku bisa lupa sih. Kalau kamu bener-bener pengen tertawa lepas, buka internet dan cari plesetan Downfall yang satu ini. Keren banget sumpah. Semua yang dikatakan dalam plesetan ini—meski terdengar konyol—benar semua. Boris Johnson panik dan ngomel-ngomel "Apa?! Kita menang! Kita harusnya kan kalah bukan menang? Ini apa-apaan sih!" plesetan ini lucu sekaligus benar benget.

Follow Larry Fitzmaurice di Twitter .