Teknologi Penerbangan

Pesawat Jet 'Hipersonik' Ini Sanggup Terbang dari Jakarta ke New York Dalam 4 Jam Saja

Purwarupa jet ‘hipersonik’ ini direncanakan melakukan penerbangan uji coba pada 2020.
Gavin Butler
Melbourne, AU
JP
Diterjemahkan oleh Jade Poa
Pesawat Jet 'Hipersonik Ini Sanggup Terbang dari Jakarta ke New York Dalam 4 Jam Saja
Foto purwarupa pesawat jet hipersonik via Facebook/Reaction Engines.

Ilmuwan sedang merampungkan konsep mesin jet “hipersonik” yang berpotensi memungkinkan orang menempuh jarak 16 ribuan kilometer dalam hanya empat jam saja. Jarak itu setara rute Jakarta ke New York.

Mesin ini bernama SABRE—singkatan dari Mesin Roket Udara Sinergik. Jet tersebut ditaksir sanggup mencapai kecepatan Mach 5.4 (setara 6.400 kilometer per jam). Makanya, mesin ini dijuluki “hipersonik,” karena “supersonik” hanya mengacu pada kecepatan yang melebihi kecepatan suara, sedangkan kecepatan “hipersonik” melebihi lima sampai enam kalinya kecepatan suara.

Iklan

Mesin hidrogen-oksigen hibrida juga lebih ramah lingkungan dan murah ketimbang penerbangan komersial biasa, dilansir The Telegraph. Dengan begitu, memungkinkan pesawatnya terbang di luar angkasa.

"[SABRE] akan merevolusi cara kita berpergian di Bumi maupun di orbit," kata keterangan tertulis dari perusahaan Reaction Engines, penemu mesin ini, yang berbasis di Britania Raya. "Ukuran SABRE dapat disesuaikan untuk menghasilkan berbagai tingkat daya dorong berbagai keperluan. Mesin ini akan memberdayakan generasi kendaraan udara dan luar angkasa masa mendatang."

Mesin jet hibrida ini diperkirakan dapat mendukung perkembangan spaceplane—kendaraan yang terbang seperti pesawat di atmosfer Bumi, tetapi sanggup bergerak seperti pesawat luar angkasa di ruang hampa. Artinya, pesawat macam ini akan sanggup lepas landas secara horizontal, mencapai kecepatan luar biasa, dan beralih ke sistem roket untuk perjalanan luar angkasa pada kecepatan Mach 25 (setara 30.000 kilometer per jam).

Mesin ini masih berada di tahap uji coba, tetapi tim Reaction Engines berharap akan bisa melakukan uji coba penerbangan di udara dalam lima atau enam tahun ke depan dan melakukan penerbangan komersial pada 2030-an.

"Mesin SABRE istimewa karena merupakan hibrida antara mesin roket dan mesin aero, yang memungkinkan sebuah roket ‘bernafas’,” ujar Shaun Driscoll dari Reaction Engines di Konferensi Luar Angkasa Britania Raya pekan lalu. "Teknologi roket tidak banyak berkembang dalam 70 tahun terakhir, sementara mesin aero telah menjadi sangat efisien. Jadi, kalau kamu bisa menggabungkan mesin aero dengan mesin roket, hasilnya adalah sistem penggerak ringan, atau sebuah spaceplane.

"Hitungan fisikanya sudah beres, tetapi membangun mesin purwarupanya yang menjadi tantangan besar."

Follow Gavin di Twitter atau Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia