Musik

Promotor Festival Emo 'When We Were Young' Marak Dituding Menipu Publik

Live Nation saat dihubungi VICE bersumpah festival nostalgia fans musik emo ini bakal aman terselenggara, dan tragedi konser Astroworld yang mereka kelola takkan terulang.
Poster festival When We Were Young dianggap penipuan publik karena lineup artisnya terlalu sempurna
Poster festival When We Were Young. Photo: When We Were Young

2022 tampaknya akan menjadi tahun terbaik bagi mas-mas dan mbak-mbak yang dulu selalu memakai eyeliner tebal dan poni lempar. Bagaimana tidak, puluhan musisi kenamaan era 2000-an siap tampil di festival besar “When We Were Young” yang akan digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 22 Oktober mendatang. Posternya bahkan mengingatkan kita pada tren fesyen emo tahun 2007-an.

Iklan

Pertunjukan musik ini sekilas mirip Warped Tour dengan skala yang jauh lebih besar—menghadirkan lebih dari 60 musisi, dari Paramore hingga My Chemical Romance yang baru reunian. Namun, meski kabar ini disambut dengan antusias, tak sedikit penggemar yang curiga festivalnya akan menjadi Fyre Fest 2.0.

“Kalian yakin When We Were Young bukan penipuan?” tanya seorang pengguna Twitter. “Posternya kayak sengaja dibuat untuk menarik engagement,” pengguna lain berkomentar. Respons sinis macam ini mudah kalian temukan di medsos.

VICE menghubungi Live Nation untuk menjawab segala keraguan ini. Pihak promotor meyakinkan acaranya akan benar-benar digelar. “Butuh waktu dan perhatian yang besar bagi kami untuk bekerja sama dengan para musisi hebat yang berniat tampil,” kata juru bicara perusahaan. “Kami beruntung telah menjaga hubungan baik dengan para musisi ini, begitu pula timnya. Mereka telah memberi kami kepercayaan penuh untuk mewujudkannya.”

Menurutnya, perusahaan telah mengantisipasi keraguan publik. “Kami sadar akan ada yang menganggap ini acara palsu karena lineup-nya penuh musisi berbakat.”

Iklan

“Awalnya kami berhasil meyakinkan dua band paling ikonik di awal 2000-an… My Chemical Romance dan Paramore, untuk tampil di Las Vegas,” lanjutnya. Dari situ, mereka mengklaim tak mau melewatkan kesempatan untuk menghadirkan berbagai musisi lainnya yang berpengaruh di era tersebut.

Tiket ludes dalam hitungan jam, sehingga Live Nation berinisiatif menambah jadwal menjadi tiga hari dengan lineup yang sama. Tagar #whenwewereyoungfest di TikTok bahkan telah ditonton lebih dari 28 juta kali.

Namun, tetap saja ini tidak mengurangi kecurigaan orang, terlebih lagi setelah beberapa musisi mengaku tidak pernah dapat kabar akan tampil di festival tersebut. Live Nation mengklarifikasi kepada VICE: “Kami tidak mengetahui hal ini dan tak ada yang menghubungi kami terkait masalah ini.”

Ada juga yang mempertanyakan logistik acara tersebut. “Aku lumayan sering nonton festival, dan aku melihat banyak masalah yang mungkin terjadi di festival ini,” tutur pengguna TikTok @thebatmer dalam video yang telah ditonton lebih dari 340.000 kali. Dia juga menyinggung soal tiket tidak bisa di-refund. Harga tiket harian mulai $299 (Rp4,3 juta), dan paket $499 (Rp7,1 juta) sudah sama hotel.

“Sebagian besar perusahaan tiket festival menggunakan standar bahasa ini,” terang Live Nation. “Standarnya tiket festival tidak dapat di-refund. Meski memang, ada kasus standar lain yang memungkinkan refund tiket.”

Iklan

Live Nation ada benarnya. Tiket Coachella tahun ini tidak bisa di-refund, begitu juga dengan festival EDM Electric Daisy Carnival yang akan digelar di Las Vegas.

Melihat betapa besarnya lineup dalam satu hari, orang-orang mengkhawatirkan keselamatan penonton selama jalannya acara. Live Nation diduga bertanggung jawab atas musibah yang terjadi selama konser Astroworld. Masalah terkait penertiban kerumunan dan keselamatan penonton sangat mengusik pikiran mereka.

Seseorang bahkan ngetwit: “[When We Were Young] diselenggarakan oleh perusahaan yang bertanggung jawab atas Astroworld. Kalian pasti merasa mereka sengaja memangsa kancah pop punk untuk membayar biaya litigasi.”

Live Nation jelas bukan satu-satunya promotor yang mendatangkan puluhan musisi dalam sehari. Karena itulah mereka menyangkal tudingan gelarannya rawan musibah. “Kami tidak sembarangan mempersiapkan acara sebesar ini, dan kami akan bekerja sama dengan otoritas lokal untuk memastikan kelancaran festival yang berlangsung selama tiga hari.”

Live Nation telah menggelar ratusan festival dan ribuan konser di seluruh dunia. Menurut juru bicara, perusahaan begitu memprioritaskan keselamatan para penonton dan mengerahkan tim yang telah berpengalaman di bidangnya.

Promotor juga menolak klaim yang mengatakan mereka berniat menguras uang bekas anak emo dengan iming-iming nostalgia. “Budaya telah berubah, dan jutaan orang semakin merasa terhubung dengan musik band. Para musisi ini telah memengaruhi dunia fesyen, seni, musik, media sosial dan banyak hal lainnya. Kami ingin merayakan keberadaan mereka yang sangat penting.”

Intinya, Live Nation menjamin festival When We Were Young sudah pasti akan digelar. Sekarang tinggal para penggemar yang menentukan apakah acara ini secara tidak tahu malu memainkan nostalgia (nama festivalnya saja secara tidak langsung menyindir kalau kalian semua udah tua), ingin menguras dompet kalian yang sudah telanjur tipis, atau hanya sebuah mimpi yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.

@dethink2survive