The VICE Guide to Right Now

Komplotan Perampok Bersenjata Gasak 600 Tisu Gulung di Supermarket Hong Kong

Akibat desas-desus kekurangan stok setelah ramai virus Corona, tisu toilet menjadi komoditas paling dicari setelah masker. Komplotan maling tisu itu kini diburu polisi Hong Kong.
Ilustrasi tisu toilet dan perampok
Gambar ilustrasi. (Kiri) Foto milik Alexas_Fotos via Pixabay. (Kanan) Foto milik Luis Villasmil via Unsplash.

Wabah virus corona jenis baru (COVID-19) yang bermula di Wuhan, Cina, telah menjadi darurat kesehatan global. Berdasarkan perhitungan terbaru, penyakit tersebut menjangkit sedikitnya 71.335 orang dan menewaskan 1.775 jiwa. Tidak adanya tanda-tanda melambat membuat penduduk di sejumlah negara di Asia khawatir dengan kesehatan mereka sendiri. Akibatnya, mereka memborong kebutuhan sehari-hari demi antisipasi.

Iklan

Di Hong Kong, sempat beredar kabar santer stok tisu toilet semakin menipis. Warga akhirnya membeli dalam jumlah banyak, dan akhirnya membuat kekurangan stok beneran. Dan rupanya, ada oknum-oknum yang berusaha memanfaatkan momen ini.

The South China Morning Post melaporkan tiga perampok—salah satunya membawa pisau—menggasak 600 tisu gulung senilai 1.000 Dolar Hong Kong (setara Rp1,7 juta) dari supermarket Wellcome di bilangan Mong Kok pada 17 Februari pukul 6 pagi.

Menurut polisi, mereka merampok petugas pengiriman barang di luar supermarket. Dua pelaku berhasil ditangkap menjelang tengah hari, sedangkan satunya lagi masih diburu polisi.

Dua minggu lalu, supermarket di penjuru kota kehabisan stok tisu toilet gara-gara tersebarnya berita palsu yang menyatakan produksi tisu di Cina daratan terpaksa dihentikan karena pabriknya tutup.

Warga langsung memborong tisu toilet, sampai akhirnya pejabat pemerintah dan pegiat usaha harus turun tangan. Dalam pernyataan, pemerintah Hong Kong mengutuk “desas-desus bermaksud jahat” dan meminta maaf atas penyebaran berita palsu tersebut.

Di Hong Kong, pelaku perampokan dapat dijatuhi hukuman maksimal penjara seumur hidup. Melihat stok kebutuhan sehari-hari yang semakin menipis di Mong Kok, Barrister Albert Luk Wai-hung menyebut kasus ini “sangat serius”.

“Pengadilan tidak mementingkan jenis barang yang dicuri. Insidennya kemungkinan sudah direncanakan dan melibatkan senjata tajam, sehingga membuat kasus pencurian ini lebih serius daripada lainnya,” ujar Wai-hung.

Iklan

Sementara itu, Gilly Wong Fung-han selaku CEO Dewan Konsumen Hong Kong mengimbau pada 16 Februari agar publik berhenti memborong tisu gulung. Tisu toilet rentan terhadap pertumbuhan jamur dalam iklim lembab. Dia lalu meyakinkan stoknya masih cukup, sehingga warga tidak perlu khawatir.

Namun, imbauan ini sepertinya takkan mampu mengurangi kepanikan warga. Mereka tidak bisa sepenuhnya memercayai omongan pejabat karena stok masker belum juga bertambah. Kekhawatiran ini sebagian didorong oleh langkah pemerintah menangani wabah di masa lalu, seperti SARS yang menewaskan 299 orang Hong Kong pada 2003.

Sejauh ini, ada 57 kasus coronavirus yang dilaporkan di Hong Kong. Satu orang dinyatakan tewas karena wabah penyakit tersebut.

Follow Lia di Twitter dan Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.