Ilustrasi orang bekerja di kantor
IPatrick Edell
Dunia Kerja

Masih Ada Gak Sih Bidang Pekerjaan yang Ideal di Zaman Sekarang?

Makin banyak perusahaan di berbagai sektor punya sisi gelap serupa: gajinya menarik, tapi perlakuan pada karyawan buruk. Benarkah hanya opsi itu yang kita punya? Berikut jawaban dari praktisi HRD.

Curhatan pembaca: Kayaknya semua pekerjaan di zaman sekarang punya sisi buruk, ya? Saya merasa sangat putus asa karena sulit menemukan pekerjaan yang memenuhi semua kriteria ini: 1) gaji bagus, 2) lingkungan kerja tidak toksik, 3) punya keseimbangan kehidupan kerja yang oke, dan 4) tidak rasis dan/atau memperburuk situasi dunia.

Prospek kerja kita suram banget. Contoh yang paling sering saya lihat dan dengar dari teman seperti:

Iklan

Teknologi: Gaji oke, tapi banyak praktik perusahaan yang tak bermoral dan melanggar privasi

Startup: Biasanya dipimpin orang yang cukup progresif, tapi kenyataannya mereka sering memperlakukan karyawan semena-mena

Media: Di bawah pengaruh orang-orang sok penting dan sistemnya berantakan (menurut saya, ini saling terkait)

Hukum: Gaji besar, tapi jam kerja gila-gilaan

Organisasi nirlaba: Strukturnya kacau dan sering memperlakukan karyawan dengan buruk, padahal pekerjaan mereka dimaksudkan untuk kebaikan.

Kalau pun kamu mendapat pekerjaan bagus yang manajernya baik, itu paling hanya akan bertahan beberapa tahun saja sampai perusahaan melakukan reorganisasi dan kamu kena PHK atau dipotong gaji karenanya. Bahkan jika ada yang lebih bagus, tidak gampang untuk melakukan lompatan karier karena sudah terlalu sering dikecewakan perusahaan. Kalau sudah begini, kamu akhirnya memilih bertahan daripada mencari tempat lain yang belum tentu akan sebaik sekarang.

Saya dan teman-teman sangat pesimis dengan keadaan saat ini, terutama [...] melihat banyaknya perusahaan yang membuang karyawan begitu saja demi keuntungan pribadi. Karena itu saya menjadi bertanya-tanya, masih adakah pekerjaan bagus di dunia ini? Atau kita hanya bisa pasrah saja sekarang?


Wajar kalau kamu berpikiran seperti itu. Kamu tidak sendiri. Sistem yang ada memang melelahkan secara emosional. Kamu harus melakukan pekerjaan yang dibenci atau menguras emosi supaya bisa menghidupi diri sendiri dan mengakses pelayanan kesehatan.

Iklan

Akan tetapi, masih ada, kok, pekerjaan yang bagus. Tidak sempurna, tapi bisa ditolerir.

Masalahnya adalah kamu mesti berkompromi dengan pekerjaan buruk untuk memperoleh pekerjaan yang bagus. Kamu butuh pengalaman yang bisa menjadikanmu kandidat terbaik untuk pekerjaan tersebut.

Terlebih lagi, kita tidak bisa menentukan pekerjaan bagus dan buruk hanya dari permukaannya saja! Peluang kerja menggiurkan yang katanya atasan sangat suportif belum tentu sebagus itu begitu kamu bekerja di sana. Begitu pula sebaliknya. Pekerjaan yang kelihatannya biasa-biasa saja ternyata bisa membuatmu betah bekerja di tempat itu.

Setiap orang juga memiliki pandangan yang berbeda-beda soal pekerjaan bagus. Misalnya, saya bertahun-tahun kerja di organisasi nirlaba. Meskipun sering menghadapi disfungsi, saya menyukai pekerjaannya karena merasa bisa membuat dunia lebih baik—dan itu sudah cukup untukku dulu. (Saya tak yakin masih merasa cukup sekarang; pandangan kita bisa berubah seiring berjalannya waktu.)

Kamu benar tidak banyak pekerjaan bagus di luar sana. Pasti ada saja yang bermasalah, dan kita beruntung kalau bisa menghindarinya. Yang bisa kamu lakukan yaitu riset kecil-kecilan sebelum menerima tawaran kerja di sebuah perusahaan. Kamu bisa bertanya ke orang-orang yang pernah bekerja di sana untuk memperoleh gambaran. Tapi ini pun tak selamanya efektif. Kamu bisa saja merasa tidak puas dengan pekerjaannya karena satu dan lain hal. Mungkin rekan kerjanya kaku atau kamu dipimpin manajer baru setelah bekerja di sana.

Iklan

Cara terbaik yaitu menentukan apa saja yang bisa kamu maklumi. Kamu mungkin bisa menoleransi manajemen yang kurang bagus jika pekerjaannya menjanjikan dan rekan kerja baik-baik. Selama organisasinya tidak secara aktif merugikan dunia, maka tidak ada yang salah dengan itu. Atau mungkin pekerjaannya membosankan, tapi memiliki stabilitas dan atasan kamu kompeten. Bisa jadi kamu hanya menginginkan pekerjaan yang dekat dari rumah tapi bayarannya oke. Pasti ada saja pekerjaan yang sesuai dengan keinginanmu. Kamu hanya perlu jujur dengan diri sendiri mana yang bisa ditolerir dan tidak.

Namun, dalam memilih pekerjaan, kita kerap memikirkan bagaimana posisi ini memengaruhi kehidupan nantinya. Banyak dari kita diajari untuk mengidentifikasi diri dengan karier, mencapai tujuan profesional pada waktu tertentu, mencari semacam penghargaan dari atasan, dan menemukan kepuasan emosional dari semua itu—serta merasa gagal ketika tidak berjalan sesuai rencana.

Terkadang yang perlu kita lakukan hanyalah menurunkan ekspektasi dan melihat pekerjaan murni sebagai pekerjaan, alias hal yang kamu lakukan untuk menghasilkan uang. Begitulah arti pekerjaan bagi kebanyakan orang di dunia ini. Gagasan kalian bisa menemukan kebahagiaan di tempat kerja dengan menurunkan ekspektasi kebahagiaan mungkin terdengar kontradiktif, tapi memisahkan diri secara emosional dari pekerjaan bisa meningkatkan kualitas hidup secara drastis.

Pada akhirnya, ini semua tentang cara kita bertahan dalam sistem yang menjengkelkan. Memang menyebalkan rasanya harus memaklumi struktur dan lingkungan kerja yang buruk untuk bertahan hidup. Memang menyebalkan rasanya melihat orang yang menjalankan organisasi dan memutuskan bagaimana seharusnya mereka beroperasi terikat dalam masalah kekuasaan dan privilese yang mengakar.

Memang menyebalkan rasanya hidup di dunia yang mengglorifikasi budaya gila kerja, dan ada peluang kerja yang gajinya besar tapi berbahaya bagi banyak orang. Kamu sama sekali tidak salah jika melihat apa adanya. Faktanya, ini bisa membantu kamu menentukan pertukaran apa yang ingin kamu lakukan.

Silakan baca saran-saran lainnya dari Alison Green di Ask a Manager atau dalam bukunya.