ilustrasi robot tukang spam
Foto ilustrasi: Juj Winn/Getty Images
Spam

Geram Ditawari Asuransi Melulu, Pria Ini Gugat Tukang Spam Dapat Ganti Rugi Rp18 Juta

Hal yang dialami David Weekly sering menimpa warga Indonesia. Dia sekadar berharap tukang spam berhenti mengganggunya, tapi dia malah menerima kompensasi mendekati angka Rp20 juta.

Setiap harinya, tak terhitung berapa sering David Weekly mendengar nada pesan masuk di hape. Namun, ketika ia mengecek isi pesannya, ternyata itu cuma tukang spam yang menawarkan nomor togel dan asuransi. Di lain waktu, kesibukannya terganggu telepon sales yang gigih menawarkan pinjaman kartu kredit.

Screen Shot 2022-07-29 at 12.11.59 PM.png

Hampir semua pengguna ponsel pasti paham, betapa menjengkelkannya dihubungi nomor tidak dikenal secara berturut-turut. Kamu mungkin akan mengabaikan teleponnya sampai berhenti, lalu mencari nomor tersebut di aplikasi-aplikasi yang dapat mengidentifikasi pemiliknya. ‘Hati-hati scam’, ‘Penipu an***g’, ‘Nawarin pinjaman bank X’ hanyalah tiga dari sekian banyaknya label yang akan ditemukan di layanan tersebut. Kamu kemudian memblokir nomor dengan harapan mereka berhenti mengganggumu, meski tak jarang mereka akan menghubungimu dengan nomor lain.

Iklan

Suatu hari, David merasa tak lagi sanggup menoleransi SMS asuransi yang datang bertubi-tubi. Dia akhirnya mengambil jalur yang lebih nekat, yang mungkin tak pernah terpikir oleh orang lain. David menelusuri domain email yang tertera dalam pesan spam, dan menemukan pengirimnya sebuah perusahaan di California, Amerika Serikat. Dia memanfaatkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Telepon (TCPA) yang berlaku di negaranya untuk menggugat perusahaan tersebut pada 20 Juni.

Kebijakan federal ini melarang segala jenis spam, baik itu melalui telepon maupun SMS. Anne Mitchell, pengacara dan CEO Institute for Spam and Internet Public Policy (ISIPP), mengutarakan penerima spam berhak dapat uang kompensasi 500-1.500 Dolar AS (Rp7,4-22 juta) apabila memprosesnya secara hukum. Undang-undang hanya mengatur spam berupa panggilan telepon dan faksimile sebelum direvisi, tapi kini telah meliputi SMS spam.

David berharap pihak yang sering mengirimi pesan spam akan kapok dan berhenti mengganggunya. Dan benar saja, perusahaan segera mengajaknya menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. David berpegang teguh pada pendiriannya dan tidak mau mengambil jalur damai, sehingga pihak tergugat mau tak mau mengganti rugi sebesar $1.200 (Rp17,8 juta). Saat dihubungi Motherboard, rubrik teknologi VICE, David meminta kami merahasiakan nama perusahaannya karena kasus telah selesai. 

Iklan

“Pengalaman ini cukup menyenangkan dan sulit dipercaya. Kayak… gila! Aku sukses bikin tukang spam meminta maaf dan membayar ganti rugi atas perbuatannya,” tutur David melalui panggilan telepon.

Menurut Mitchell, kasus semacam ini sebetulnya tak perlu sampai ranah hukum. Penerima spam cukup menggertak pengirim, dan mereka pasti takut dengan ancamannya.

“Dalam kasus mengejar tukang spam, memberi ancaman akan mengajukan gugatan sudah cukup. Mereka sadar kamu akan menang,” terang Mitchell saat dihubungi melalui telepon. “Mereka sadar telah melanggar hukum. Mereka telah menyadarinya dari sebelum mengirim pesan spam. Mereka menyadari hukum yang berlaku, dan berharap kamu tidak mengetahuinya.”

Motherboard juga berbicara kepada Doc Compton, advokat konsumen yang menjual kiat-kiat menyeret tukang spam ke pengadilan. Paketnya sudah termasuk templat surat pengajuan ke perusahaan yang mengirim spam, berdasarkan contoh-contoh serupa di masa lalu. David bukan satu-satunya orang yang berhasil memenangkan gugatan terhadap tukang spam.

Siapa saja bisa mencobanya sendiri tanpa membeli paket tersebut. Tapi sayangnya, gugatan ini hanya berlaku pada tukang spam yang menawarkan produk. Kamu mungkin tidak akan berhasil jika berusaha menggugat penipu yang hendak menguras uangmu. Selain karena asal-usul spam sulit dilacak, pengirim juga tidak gampang ditakut-takuti oleh ancaman. Cara yang diambil David bisa berhasil lantaran AS tegas dalam menegakkan hukum. 

Kita para orang Indonesia cuma bisa terima nasib. Daripada buang energi dengan marah-marah, kamu mending curhat ke pengirim nomor undian yang selalu menghiasi kotak masukmu yang sepi.