Model Onitsuka Tiger
Semua foto oleh Tom de Peyret

FYI.

This story is over 5 years old.

Fashion

Cara Onitsuka Tiger Wujudkan Ambisinya Menaklukan Dunia Sportswear

Rekan kami dari redaksi i-D mewawancarai perancang asal Italia, Andrea Pompilio, yang berkolaborasi bareng Onitsuka Tiger. Kami membahas masa depan merek sportswear tertua dari Jepang itu.

Di ampiteater Universitas Waseda, di hadapan penonton anak-anak keren berpakaian hoodie gratisan, Onitsuka Tiger menggelar fashion show yang mengesankan tamu Tokyo Fashion Week tahun ini. Perancang Andrea Pompilio meluncurkan koleksi S/S 2019 dengan dua tujuan di benaknya. Pertama, dia ingin meningkatkan standar sportswear bagi salah satu merek tertua di Jepang tersebut. Kedua, seperti yang dikatakan Pompilio, koleksi ini hendak "mendorong reputasi merek ini" ke pasar Eropa. Di Benuan Biru, Onitsuka Tiger belum memiliki reputasi yang sama seperti di Asia.

Iklan

Pompilio meratapi kelemahan Onitsuka Tiger di Eropa, tapi kalau aku menyebut nama Bruce Lee, apa yang kamu bayangkan? Kamu akan membayangkan seniman bela diri terhebat di dunia yang memakai tracksuit hitam dan kuning, berbekal nunchaku, dengan tatapan mematikan—imej yang begitu menyolok sehingga menempatkan dirinya dalam kebudayaan pop global sampai sekarang.

Mungkin kamu pengin tahu sepatu apa yang dipakai petarung yang begitu lincah dan mematikan seperti Lee. Jawabannya, seperti yang bisa kamu temukan dalam film 1978 Game of Death (di mana dia menampilkan pakaian ikoniknya), adalah Onitsuka Tiger.

1541775437989-2973-24a

Merek ini pertama kali diluncurkan pada 1949 oleh Kihachiro Onitsuka, mantan personel militer Jepang yang ingin mengembalikan harapan para pemuda negaranya sesudah Perang Dunia II. Akibat kekalahan telak dari sekutu, banyak anak muda di Jepang saat itu yang tidak puas dengan keadaan politik, lalu menyalurkan emosi melalui olahraga. Awalnya, Onitsuka hanya fokus membuat seragam basket sebelum menawarkan sepatu lari mulai awal 1950-an. Dia lalu meluncurkan ASICS pada dekade 1960-an—sebuah merek apparel olahraga yang menjadi begitu populer sehingga menyerap semua merek Onitsuka dalam sepuluh tahun. Namun Tiger telah meninggalkan jejak yang tak terbantahkan pada kebudayaan Jepang dan sampai sekarang tetap bertahan sebagai contoh kualitas.

Sebaliknya, di dunia Barat, merek Onitsuka reputasinya malah kalah dibanding ASICS. Pengecualian hanya terjadi pada 2002, ketika Onitsuka Tiger sempat meraih momentum berkat tayangnya film Kill Bill yang disutradarai Quentin Tarantino. Sutradara nyentrik Tarantino memilih kostum yang menyerupai pakaian Game of Death-nya Bruce Lee untuk protagonisnya, Beatrix Kiddo, lengkap dengan sepasang sepatu Tiger Tai-Chi Onitsuka. Penghormatan Tarantino untuk mendiang Bruce Lee sempat menimbulkan semacam kebangkitan, tetapi Tiger masih belum mencapai status kepopuleran ASICS.

Iklan
1541775457704-2979-33-1

Mengingat semua faktor tersebut, peluncuran koleksi Pompilio bobotnya semakin penting bagi Onitsuka untuk memperkenalkan diri pada kancah fesyen dunia. Sang desainer itu berusaha menciptakan konsep yang dia sebut sebagai “keseimbangan antara merek Jepang kuno, pola pikir Eropa, dan warisan rancangan Italia." Tujuannya, sekali lagi, menduniakan Onitsuka Tiger kembali sembari memadukan warisan gaya fesyen Timur dengan unsur-unsur Barat. Ditemani lagu Philip Glass ‘Heart of Glass,’ model-model berjalan di catwalk ampiteater di antara penonton yang terpukau.

Pompilio memperoleh inspirasi dari segala macam cabang olahraga: balet, hingga basket dan sepak bola, kemudian dicambur agar "pengaruh tiap-tiap cabang olahraga tidak terlalu menonjol," katanya. Koleksi ini mengandung rok kain tule, tracksuit kuning (bentuk lain penghormatan terhadap Bruce Lee), hingga pakaian denim beraksesoris. Dalam keseluruhan koleksinya ada tampilan strategis sepatu—ada pakaian yang dicocokkan dengan sneakers vintage; yang lainnya dengan sepasang sepatu baru, sebagai penghormatan terhadap dasar mereknya.

Kendati lokasi fashion shownya yang bersifat akademis, catwalk ini bukan ceramah yang membosankan. Dan meskipun lokasinya sedikit mengherankan, Pompilio menganggapnya sebagai tempat yang pas untuk menyampaikan pesannya. “Gedung historis ini dipilih sebagai cara untuk menjembatani kesenjangan antara generasi muda dan perusahaan kuno ini,” tutur Pompilio kepada i-D di hari kedua Tokyo Fashion Week. "Kami memasang instalasi modern di perkebunan Jepang yang harus dilalui pengunjung untuk masuk ke pestanya, demi menegaskan kontras antara semangat anak muda dan warisan budaya masa lalu."

Iklan
1541775473414-5942-37
1541775490663-5941-29a-1

Kontras yang jadi jualan utama desain Onitsuka kali ini adalah antara Tokyo dan keseluruhan Jepang. Desain ini juga ingin menangkap kontras budaya anak muda Jepang dan subkultur muda dari belahan dunia lain.

"Jujur, aku mendapat banyak inspirasi dari anak muda Jepang," lanjut Andrea. "Yang aku paling suka adalah betapa santai dan bebasnya mereka dalam berpakaian. Kalau ada laki-laki yang mau pergi dari rumah memakai rok dan rambut pink, dia akan melakukannya dan tidak ada yang akan menghakiminya. Di Eropa dan di AS, suasananya berbeda. Orang di situ jauh lebih kejam, mereka akan menatap dan mengomentari kamu. Di Jepang tidak seperti itu. Menurutku budaya kayak gitu indah. Anak muda Jepang berhasil bersikap terbuka dan punya identitas kuat dengan cara mereka bertindak dan berpakaian."

Andrea Pompilio sadar akan apa yang dia telah capai dengan Onitsuka Tiger, dan juga seberapa jauh dia masih harus membawa brand ini. Terutama, dia harus meyakinkan para ahli-ahli streetwear, yang sebagian besar darinya tidak tahu bahwa Tiger melahirkan ASICS, bukan sebaliknya.

Pompilio memilih rumah kedua yang sempurna di Jepang untuk mengawali tantangan tersebut. “Di Eropa, kita selalu stres dan sedikit agresif, sementara aura Jepang itu terapeutik. Saat aku pulang ke Milan, orang bertanya kepadaku apakah aku baru balik dari liburan spa! Meskipun aku bekerja selama dua belas jam per hari, aku tetap bahagia. Energi di sini luar biasa."

Iklan

Hanya dalam beberapa tahun, perancang asal Italia ini telah sadar Onitsuka Tiger merupakan raksasa yang sedang naik bintangnya dalam jagat sportswear, berbekal semua aset yang diperlukan untuk bersinar di panggung global. Makanya, dengan menggelar catwalk-nya di sebuah universitas perusahaan Jepang ini ingin bilang bahwa siapapun harus selalu belajar dan memperbaiki diri demi mencapai prestasi.

"Saya percaya, manusia selalu bisa menjadi lebih baik. Namun, kalau kamu terlalu cepat puas, sudah pasti kamu menjadi stagnan."

Simak foto-foto lainnya dari peragaan busana Onitsuka bersama Pompilio ini:

1542030501071-2977-04a
1542133052232-2978-23
1542132591022-oni
1541775541435-2978-17
1541775617882-5942-10

Artikel ini pertama kali tayang di i-D Prancis