FYI.

This story is over 5 years old.

Sains

Penyebab Manusia Mengeluarkan Darah Lebih Banyak Dibanding Hewan Saat Menstruasi

Kedengarannya proses alami ini tidak adil. Ternyata itu cara tubuh untuk melindungi rahim kita dari janin agresif.
Ilustrasi menstruasi
Foto ilustrasi oleh Milles Studio via Stocksy 

Menurut BBC, celurut gajah dan beberapa spesies kelelawar adalah satu-satunya hewan yang mengalami siklus menstruasi selain manusia dan hewan primata.

Seperti yang telah kita semua ketahui, siklus menstruasi adalah peluruhan lapisan dinding rahim yang terjadi sebulan sekali atau lebih. Setiap bulan, rahim membentuk "lapisan tebal pembuluh darah yang berfungsi sebagai tempat pembuahan sel telur oleh sperma," kata dokter kandungan Dr. Suzanne Gilberg-Lenz. "Lapisan ini luruh apabila tidak terjadi pembuahan dan perempuan tidak hamil setelah melepaskan sel telur. Maka terjadilah menstruasi."

Iklan

Awal proses haid ditandai dengan keluarnya darah dari vagina, kram, PMS, dan jerawat. Tak seperti manusia yang sering perdarahan karena bentuk tubuhnya, hewan lain seperti anjing tidak banyak mengeluarkan darah. Bahkan, ada juga hewan yang tak mengalami perdarahan sama sekali, seperti tikus dan kuda.

Tidak ada kesepakatan ilmiah tentang alasan manusia mengeluarkan banyak darah saat menstruasi. Tapi memang ada satu gagasan yang menjelaskan bila perdarahan berguna untuk mencegah komplikasi. "Keadaan janin di dalam kandungan bisa tetap terkendali berkat peluruhan jaringan selama menstruasi. Itu seperti keseimbangan evolusi," ungkap Dr. Elizabeth Rowe, antropolog dari Perdue University yang mendalami menstruasi, rahim dan genetika.

"Pada hewan yang mengalami perdarahan saat hamil, janin akan menggali ke dalam dinding rahim untuk mendapat asupan darah," kata Rowe.

Mereka mendapatkan nutrisi, tetapi proses ini bisa berbahaya bagi ibu. "Masalahnya, sang ibu bisa mati apabila membiarkan janin menggali jaringannya begitu saja," tuturnya. Maka dari itu, haid berperan untuk memastikan hal ini tidak terjadi.

"Jaringan yang hilang selama menstruasi akan membentuk semacam perisai di antara janin dan ibu. Saya menyebut ini sebagai persiapan sebelum hamil," imbuh Rowe, yang menguji hipotesis ini menggunakan data yang diambil dari primata. Gagasan ini menjelaskan mengapa ada mamalia yang mengalami perdarahan dan ada juga yang tidak. "Ternyata, spesies yang janinnya tidak agresif tidak akan mengalami menstruasi."

Iklan

Tonton dokumenter VICE saat mendatangi acara tarung khusus feminis di London:


Untuk melanjutkan penelitiannya, Rowe ingin membandingkan ukuran otak dengan kehilangan darah. "Saya ingin melihat perbedaan ukuran otak relatif terhadap ukuran tubuh, karena salah satu hal yang paling penting dari spesies kita yaitu: Ukuran otak kita lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuh. Apabila otakmu besar, maka janinnya akan berotak besar juga. Otak besar ini rakus nutrisi dan oksigen," ujar Rowe. "Itulah mengapa mereka menggali sangat dalam ke dinding uterus ibu."

Lalu, bagaimana dengan gejala mens yang nyebelin seperti PMS atau kram? Apakah hewan mengalaminya juga? Pada 1980-an, ahli biologi melaporkan bahwa mereka mengamati gejala PMS pada babun. Sayangnya, ilmuwan tidak dapat memastikan sejauh mana mereka merasakannya. Dewasa ini, sejumlah orang bahkan memperdebatkan apakah PMS yang perempuan alami itu benar-benar ada atau tidak. Satu hal yang pasti, rahim bekerja secara misterius.

Namun, ada beberapa hewan yang bersikap lebih ramah saat perdarahan. “Kucing menjadi sangat ramah. Mereka akan menggesekkan tubuhnya ke benda, menggarukkan cakar, mengeong tiba-tiba, dan bahkan mengangkat bagian belakang tubuhnya tinggi-tinggi” saat sedang perdarahan, kata Dr. Ashley dari Southern Pet Vet.

Awalnya saya memang kesal dan sedih saat tahu perdarahan hewan tidak sebanyak manusia, tapi setidaknya berkurang setelah memahami tubuh hanya ingin melindungiku dari ancaman janin yang agresif, rakus, dan berotak besar.

Artikel ini pertama kali tayang di Broadly