FYI.

This story is over 5 years old.

diet

Alasan Resolusi Diet Tahun Baru Kalian Akan Selalu Gagal

Penyebabnya apa lagi kalau bukan ulah bakteri dalam perut

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Ini permasalahan klasik yang terus berulang: kamu bisa—walau belum tentu gampang—menurunkan berat badan. Berupaya menjaga berat anda stabil yang sulit, apalagi bagi mereka yang menderita obesitas. Setidaknya ada 80 persen kemungkinan seorang yang berhasil melakukan diet malah kembali melar badannya. Kadang malah lebih gendut dari masa sebelum mereka melakoni diet. Lalu, untuk mengakali badan yang kembali menggembung, mereka mencoba pola diet baru, dan efek yo-yo—mengurus dan menggendut—terus berlanjut.

Iklan

Beruntung, penelitian terbaru—ya baru diuji di tikus sih—berhasil mengungkap alasan kenapa penderita obesitas menggendut dengan sangat mudah. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Nature, mahluk-mahluk mikroskopik dalam saluran pencernaan kita bertanggung jawab atas menggendut justru setelah berhasil diet.

Dalam beberapa tahun ke belakang, banyak riset yang mengungkap dampak mikroba dalam perut kita terhadap kesehatan dan metabolisme. Eran Segal, pakar biologi komputasional dari Israel, bersama beberapa rekannya, menyelidiki korelasi antara mikroba dalam perut dan efek yo-yo pada tikus. Mereka mencoba membuat simulasi "siklus gendut-kurus-gendut" pada hewan pengerat. Para peneliti hanya memberi makanan tinggi lemak selama sebulan penuh, kemudian tikus-tikus ini kembali diempani makanan biasa, baru setelah itu mereka dapat kembali makanan berlemak lagi (miriplah dengan siklus diet sebelum dan sesudah tahu baru kita).

Eran dan timnya juga mengamati tikus yang hanya memakan pakan biasa, tikus yang disuguhi makanan tinggi lemak terus menerus, serta tikus yang pada dua periode awal makan pakan biasa dan di periode ketika diberi makanan berlemak. Ternyata, tikus-tikus  yang memiliki "siklus berat badan" ternyata menggendut lebih cepat di bagian ketiga penelitian daripada tikus yang baru mengenal makanan tinggi lemak. Kondisinya mirip seperti manusia yang kembali menggembung pascadiet. Tikus yang awalnya memang sudah gendut gampang naik berat badannya. Berat badan mereka lebih berat di akhir penelitian.

Iklan

Ketika para peneliti memeriksa bakteri yang ada dalam perut tikus dari tiga grup berbeda itu, mereka menemukan bahwa tikus dalam kelompok diet siklus berat badan memiliki bakteri yang berbeda dari tikus yang tak pernah gendut sebelumnya. Untuk menguji apakah bakteri pada tikus dengan siklus berat badan punya andil dalam naiknya berat badan, para peneliti mengambil bakteri itu dan memasukkannya dalam tikus lain, lalu memberi mereka makanan berkandungan lemak tinggi.

Hasilnya mencengangkan: tikus yang diberi mikroba itu berat badannya naik lebih cepat dari tikus yang diberi mikroba dari tikus yang makan pakan biasa. Ini berarti, cukup dengan menyuntikkan mikroba dari tikus obesitas, seekor tikus kurus bisa langsung menggendut. Tentu saja, perbedaan kecepatan menggendut tikus dari dua kelompok ini baru kelihatan setelah mereka disuplai dengan makanan tinggi lemak.

Ketika tikus-tikus ini diberi makanan biasa, tak ada satu pun tikus dari grup mana pun—termasuk tiga tikus yang menerima transplantasi mikroba dari tikus obesitas—yang berat badannya naik. Kesimpulannya, bukan mikroba dari tikus obesitas yang bikin tikus lain menggendut; Mikroba-mikroba cuma membuat tikus itu gampang menggembung jika diberi makanan tinggi lemak.  Sekarang pertanyaannya, apa yang ada dalam mikroba tikus obesitas yang memancing kenaikan berat badan?

Guna menjawab pertanyaan ini, peneliti memeriksa kotoran tikus-tikus dari kelompok yang berbeda. Kotoran tikus yang kelebihan berat badan memiliki lebih sedikit flavonoid—senyawa mempengaruhi metabolisme dan kesehatan manusia. Mereka juga menemukan bukti bahwa keberadaan bakteri yang menekan tingkat flavonoid dalam tikus dengan diet makan berlemak-biasa-berlemak.

Tikus-tikus dalam kelompok ini—dengan tingkat flavonoid yang rendah—membakar lemak lebih sedikit dari tikus yang kurus. Berdasarkan temuan ini,  peneliti menyimpulkan siklus naik turun berat tubuh membuat mikrobiome dalam tubuh manusia bergeser menjadi bakteri penekan pertumbuhan flavonoid, yang mengirit kebutuhan energi dan memicu naiknya berat badan.

Apa efeknya bisa dibalik? Hasil uji coba tikus sih bisa. Peneliti butuh melakukan banyak penelitian guna menentukan apakah efek yang sama bisa terjadi pada manusia. Beberapa penelitian tentang hubungan flavonoid dengan manusia, "menunjukkan hal-hal menarik tentang flavonoid—tapi kita butuh lebih banyak penelitian pada manusia," ujar Eran

Nah, selepas kenyang mengkonsumsi segala makanan enak selama liburan tahun baru kemarin dan kembali mengunyah makanan rumahan bikinan keluargamu, sekarang kamu mending mulai mengingat hasil penelitian ini.  Kalau Februari depan kamu mulai kecanduan junk food lagi sih, sepertinya rencana diet mendingan dikubur dalam-dalam. Kamu dipastikan akan tambah gendut—setidaknya itu yang terjadi pada tikus-tikus di lab.