FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Tanpa Bukti Apapun, Donald Trump menuduh Obama Menyadap Dirinya Tahun Lalu

Dia juga mendesak Kongres segera menggelar penyelidikan terhadap mantan Presiden AS yang baru lengser itu. Publik AS pun geger.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akhir pekan lalu memicu kehebohan. Melalui akun Twitter-nya, dia mengklaim, tanpa bukti apapun, bahwa mantan presiden Barack Obama menyadap telepon di Gedung Trump Tower selama pemilu tahun lalu. Presiden Trump meminta Komite Bidang Intelijen Kongres AS segera menggelar investigasi. Pada pernyataan yang dirilis Minggu (5/3), Juru Bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menyarankan Kongres membentuk tim ad hoc menyelidiki apakah ada "motif politik" dari beberapa kebijakan Obama. Trump sedang diserang oleh Kongres mengenai tuduhan jika dia dekat dengan pemimpin Rusia. Melalui Spicer, politikus 70 tahun itu menilai kongres sebaiknya menyelidiki pula dugaan "skandal" penyadapan yang konon dilakukan Kementerian Kehakiman di rumah pribadinya atas perintah Obama.

Iklan

"Presiden Donald J. Trump mendesak komite inteljien kongres tidak hanya menggelar investigasi terhadap aktivitas Rusia di negara kita, tapi sekaligus menjalankan wewenangnya untuk mencari tahu apakah ada penyalahgunaan kekuasaan pihak eksekutif pada 2016 lalu," ujar Spicer melalui pernyataan tertulis.

Spicer kembali mengunggah pernyataannya yang menyerang Obama lewat Twitter:

Juru bicara Obama menyangkal segala tuduhan penyadapan tersebut. "Peraturan utama dalam kepresidenan Obama adalah tidak ada staf Gedung Putih yang mencampuri investigasi mandiri yang dipimpin oleh kementerian Kehakiman," kata Kevin Lewis selaku jubir Obama. "Sebagai bagian dari impelementasi peraturan tersebut, Presiden Obama atau staf Gedung Putih manapun tidak pernah memerintahkan pengawasan terhadap warga AS manapun. Tuduhan yang menyatakan sebaliknya bersifat palsu."

Sesuai Konstitusi AS, presiden tidak dapat memerintahkan penyadapan untuk kepentingan politis, sebagaimana yang diklaim Trump. Foreign Intelligence Surveillance Court (FISA) biasanya yang melakukan penyadapan di negara itu. Namun rata-rata tugas mereka menyadap komunikasi dari luar negeri. Mantan Direktur Badan Intelijen Nasional (NSA) James Clapper, yang bekerja enam tahun di masa kepemimpinan Obama, mengaku jika ada perintah FISA menyadap Trump selama pemilu, dia pasti mengetahuinya. Clapper menjamin tidak pernah ada perintah semacam itu.

Iklan

Senator Ben Sasse dari Nebraska, salah satu senator Partai Republik, mengunggah pernyataan di Twitter akhir pekan lalu. Dia mendesak Trump segera mengklarifikasi klaim-klaim tentang penyadapan tersebut, termasuk memberi bukti seperti apa penyadapan yang dia maksud. Sasse menyatakan jika tuduhan Trump tidak terbukti, maka kredibilitas Gedung Putih menjadi taruhannya.

Trump tak mau memberi bukti soal tuduhannya pada Obama

Jadi, sekarang pertanyaannya adalah kenapa Donald Trump bisa ngomel tanpa bukti, menuduh mantan presiden Barack Obama menyadap teleponnya untuk menjalankan plot laiknya skandal "Nixon/Watergate" era 70-an saat terjadi penyadapan Gedung Partai Demokrat. Surat kabar the Washington Post menduga tuduhan Trump merujuk pada salah satu siaran ngawur situs ultrakonservatif Breitbart. Pembawa acara radio Mark Levin menuding Pemerintahan Obama melakukan taktik "negara kepolisian" dengan menyadap lawan-lawan politik. Axios juga mencatat kemungkinan kisah Breitbart itu yang memicu Trump nge-twit tanpa dasar. Robert Costa dari The Washington Post, juga lewat Twitter, mengklaim "sejumlah penasehat Trump bangun tidur, lalu terkaget-kaget melihat twit-twit sang presiden. Mereka tidak diberitahu atas rencana-rencana Trump. Saya dapat informasi ini dari salah satu sumber yang dekat dengan presiden. "

Begitulah Trump. Dia bisa enteng saja membuka Twitter lalu mengunggah tuduhan serius terhadap presiden sebelumnya tanpa merasa perlu menyediakan bukti apapun. Komentarnya kini memicu ketegangan politik di AS.