FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Begini Rasanya Menjadi Anak Muda Dengan Gangguan Mental di Indonesia

Sekelompok mahasiswa bahu membahu menerbitkan zine yang bertujuan melawan stigma pengidap gangguan mental di Indonesia.
Penulis berfoto dengan edisi pertama zine 2AM Club.

Saya lahir dan dibesarkan di Indonesia, negara dengan ribuan penderita gangguan mental masih dirantai. Di Indonesia, gangguan mental seringkali dinilai sebagai bentuk kurangnya iman atau kasus kerasukan setan. Alih-alih menghubungi dokter, banyak keluarga memilih pergi ke dukun atau pemuka agama guna mengusir setan dan kutukan dari sang penderita gangguan mental.

Di luar hal-hal berbau mistik, masyarakat Indonesia masih sangat konservatif mengenai apa yang dianggap maskulin dan feminin. Ini pula yang menyebabkan adanya keengganan, terutama bagi pria, curhat tentang masalah psikologis mereka. Banyak orang takut harus menanggung hukuman sosial atau stigma yang diberikan masyarakat Indonesia kepada penderita gangguan mental. Akibatnya, kebanyakan penderita memilih tidak membeberkan masalah kejiwaan kepada keluarga terdekat.

Iklan

Ini alasannya kenapa saya dan beberapa teman menciptakan 2AM Club — sebuah zine yang membahas gangguan mental. Zine ini kami buat untuk mengurangi stigma yang terkait dengan penyakit kejiwaan secara perlahan.

Gangguan mental adalah masalah yang sangat personal buat saya. Selama bertahun-tahun, saya bergulat dengan depresi, tanpa sekalipun mendapatkan perawatan memadai. Percobaan bunuh diri pun pernah saya lakukan ketika saya kelas 3 SMA. Saya menceritakan hal ini kepada beberapa teman dekat, namun sepertinya mereka tidak benar-benar mengerti. Saya takut orang lain menganggap saya hanya berlaku dramatis. Saya takut hanya bisa menyalahkan diri sendiri atas kesedihan mendalam yang saya rasakan setiap hari.

Di Indonesia, gangguan mental seringkali dinilai sebagai bentuk kurangnya iman atau kasus kerasukan setan.

Baru beberapa waktu belakangan, saya mulai mencari bantuan tenaga profesional. Saya masih tidak mengerti bagaimana orang lain bisa menghadapi masalah mereka sendiri. Zine yang saya ciptakan berdasarkan penderitaan yang saya lalui, memberi saya tujuan hidup. Dan saya berharap zine ini dapat membantu orang lain yang sedang mengalami hal yang sama. Ketika ngobrol dengan teman yang memiliki masalah sama, saya merasa tidak sendirian. Ini adalah latar belakang penciptaan 2AM Club.

Rubrik tanya-jawab di zine kami, "Agony Aunt," memberikan kami kesempatan untuk menjangkau orang-orang lain di Indonesia guna membahas isu kesehatan mental. Di Indonesia, diskusi terbuka tentang kesehatan mental masih dianggap tabu. Menurut kami, menciptakan sebuah ruang dimana semua orang bisa bertanya dan mengekspresikan diri secara bebas sangatlah penting. Kami sering sekali menerima pertanyaan seperti, "Saya mengalami [contoh gejala]. Apa saya mengalami depresi?" Pertanyaaan semacam itu menunjukkan indikasi kebanyakan orang masih enggan untuk pergi dan diperiksa pihak profesional.

Iklan

Karena diagnosa sendiri bisa sangat berbahaya, pertanyaan semacam ini biasanya kami jawab dengan mengarahkan dan menyemangati mereka pergi ke layanan kesehatan mental terdekat. Yang menghubungi kami kebanyakan anak remaja yang masih merahasiakan kondisi kesehatan mental mereka. Salah satu dari remaja ini, Zara, merupakan kontributor utama rubrik Agony Aunt. Dia mengatakan bahwa biarpun kebanyakan penanya sudah paham tentang kesehatan mental, beberapa justru menjadi korban Tumblr yang mengagung-agungkan gangguan depresi.

"Saya tidak bermaksud meremehkan gangguan mental yang mungkin mereka hadapi, tapi remaja-remaja yang menganggap masalah kejiwaan sebagai sebuah trend membuat proses penghapusan stigma yang sudah ada menjadi semakin sulit," kata Zara.

Alih-alih meromantisir penyakit kejiwaan, kami berusaha melakukan pendekatan yang blak-blakan dalam zine ini. Mengingat kami bukan profesional, kami berusaha berperan sebagai teman yang tulus ketika berbincang dengan para penderita gangguan mental.

Anida, kontributor 2AM Club yang sedang mengambil jurusan psikologi, mengatakan bahwa meski sudah ada perbaikan sistem kesehatan Indonesia, terbukti lewat masuknya perawatan kesehatan mental dalam BPJS, kebanyakan penduduk Indonesia masih tidak tahu bagaimana dan ke mana mereka bisa mencari bantuan.

Di sisi lain, beberapa orang takut dianggap "gila" jika mereka pergi ke psikolog, psikiater atau minum obat untuk mengatasi gangguan mental mereka. Kami ingin menyingkirkan rasa takut ini dan menyemangati orang untuk mencari bantuan dari layanan kesehatan mental yang terpercaya atau alternatif yang lebih murah: klinik psikologi di kampus-kampus.

Tujuan jangka panjang kami adalah menyelidiki berbagai penyakit mental dari sudut pandang yang berbeda dan menyediakan informasi tempat-tempat layanan kesehatan mental. 2AM Club rencananya akan menyediakan testimoni dari orang-orang yang telah mengunjungi tempat-tempat layanan kesehatan mental ini.

Kami ingin orang lain menyadari bahwa penderita gangguan mental tetap bisa berfungsi layaknya orang normal dan bahwa ia bisa menimpa siapa pun termasuk orang duduk di samping anda saat ini.

"Selain zine yang kami buat, kami juga ingin meningkatkan kesadaran dan memulai diskusi tentang gangguan mental lewat tulisan kami. Kami menulis sebagai orang-orang yang hidup dengan gangguan kejiwaaan setiap harinya," tutur Tomo dan Diedra sebagai kontributor. "Kami pikir kehadiran sebuah platform sangat penting bagi orang-orang yang suaranya tidak terdengar."

Edisi pertama zine 2AM Club dapat dibaca online di tautan ini. Edisi cetak zine tersedia di acara-acara di Jakarta dan Malang.