Tiga fotografer peserta lokakarya KELANA, diusung Arkademy dan WRI Indonesia menggambarkan persoalan lingkungan Pekanbar
Kolase foto proyek Kelana Pekanbaru 2019. Dari kiri ke kanan foto oleh: Cahyo Nugroho, Julian Sitompul, dan Nur Rohim Setia Laras.
Lingkungan

Menyelami Hubungan Manusia dengan Tempat Tinggalnya Lewat Rangkaian Foto

Karya-karya ini adalah upaya tiga fotografer peserta lokakarya KELANA, diusung Arkademy dan WRI Indonesia. Mereka menggambarkan persoalan lingkungan Pekanbaru dan sekitarnya dari sudut pandang unik.

Relasi antara manusia dengan tanah adalah hubungan yang kompleks sekaligus cair. Tanah menjadi tempat bernaung manusia, sebuah wahana yang menyokong kelangsungan hidup sekaligus perlindungan, namun tak pelak juga menjadi sumber konflik.

Lewat seri foto dari tiga fotografer asal Pekanbaru, Riau ini, kita menyingkap hubungan yang rumit antara manusia dengan tanah pada akhirnya memengaruhi kehidupan. Ketiganya adalah peserta KELANA, sebuah lokakarya fotografi untuk menjelajahi relasi manusia dengan tanah.

Iklan

Sebab tanah tempat kita berpijak adalah landasan dan ruang bagi kisah kehidupan kita. Sehari-hari, masyarakat bergantung pada tanah, baik menggarap lahan untuk bertani, menjaga kelestarian hutan, menjunjung tradisi adat, atau pun sekadar hidup di rumah dan pekarangan. Namun di Indonesia, masalah lahan kerap muncul akibat pergesekan pandangan dan kepentingan beragam pihak, sehingga butuh terobosan baru agar kepemilikan lahan yang lebih lestari dan adil bagi semua pemangku kepentingan.

Didorong semangat tersebut, lokakarya fotografi ini bertujuan menangkap kisah-kisah yang menggali lebih dalam makna dari interaksi kita dengan lahan, tentang hubungan manusia dengan tanah, sekaligus memahami berbagai kompleksitas yang menyertainya.

Nur Rohim Laras Setia misalnya, dia mengeksplor hubungan personal dengan hutan sebagai sumber penghidupan keluarganya. Dia mengenang masa kecil keluar-masuk hutan dengan truk andalan bapaknya. Namun seiring waktu berdetak, hutan itu kini berubah, begitu pula dengan diri Laras. Muncul beragam pertanyaan soal kerja bapaknya selama di hutan. Dia pun mempertanyakan lagi hubungan antara bapak-anak yang selama ini terjalin di antara naungan kanopi hutan.

1562415271006-Screen-Shot-2019-07-06-at-191356

Foto oleh Nur Rohim Laras Setia.

1562409251274-Screen-Shot-2019-07-06-at-162222

Foto oleh Nur Rohim Laras Setia.

1562478400007-Screen-Shot-2019-07-07-at-124559

Foto oleh Nur Rohim Laras Setia.

1562478422298-Screen-Shot-2019-07-07-at-124613

Foto oleh Nur Rohim Laras Setia.

"Masa kecil saya sering diwarnai dengan pengalaman melewati hutan-hutan yang masih sangat indah dulu, melihat binatang-binatang liar melintas yang sekarang saya akan susah untuk melihatnya lagi,” tulis Laras, mahasiswa 20 tahun. "Namun perubahan juga terjadi di dalam diri saya. Muncul kerisauan-kerisauan dan pertanyaan dalam diri saya terhadap pekerjaan bapak di hutan."

Iklan

Namun tak selamanya tanah— sebagai tempat tinggal—memberikan kerisauan dalam diri. Tanah juga menjadi faktor yang menempa manusianya. Julian Sitompul, fotografer berusia 42 tahun, menjelajah tepian Sungai Siak di Pekanbaru, Riau untuk mencari jawaban bagaimana sejarah telah membentuk kebudayaan di Sungai Siak sejak abad 18 hingga bertahan sampai sekarang.

"Perkembangan wilayah Pekanbaru tidak lepas dari peran Sungai Siak sebagai jalur transportasi, yang mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Melaka," tulis Julian dalam pengantarnya. "Seiring berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai."

1562479062302-Screen-Shot-2019-07-07-at-125716

Foto oleh Julian Sitompul.

1562406251187-JulianSitompul_11

Foto oleh Julian Sitompul.

1562407478813-JulianSitompul_02

Foto oleh Julian Sitompul.

1562407808523-JulianSitompul_07

Foto oleh Julian Sitompul.

1562414937035-JulianSitompul_13

Foto oleh Julian Sitompul.

1562478999309-Screen-Shot-2019-07-07-at-125619

Foto oleh Julian Sitompul.

Selain Julian dan Nur Rohim, seri foto ini juga menampilkan karya Cahyo Nugroho, yang mendalami hubungan industri dengan kebutuhan manusia atas tanah. Lewat seri foto bertajuk Terakota, Cahyo mengambil sudut pandang manusia yang mengeksploitasi Bumi demi memenuhi kebutuhan papan mereka.

"Bekas galian tersebar di mana-mana, menyisakan tebing-tebing keropos dan lubang-lubang menganga tak terurus menjadi tempat air banyak menggenang," tulis Cahyo. "Bagaimana dampak industri ini pada lingkungan apabila tidak ada batasnya?"

1562478536742-Cahyo07

Foto oleh Cahyo Nugroho.

1562478605476-Cahyo09

Foto oleh Cahyo Nugroho.

1562478642286-Cahyo05

Foto oleh Cahyo Nugroho.

1562478686693-Cahyo03

Foto oleh Cahyo Nugroho.

Lokakarya KELANA adalah kolaborasi World Resources Institute bersama Arkademy, didukung VICE Indonesia. Jadwal lokakarya selanjutnya adalah Palembang untuk kurun 19-28 Juli 2019, disusul Manokwari pada 2-11 Agustus 2019. Semua sesi KELANA gratis dan terbuka untuk umum. Siapapun yang tertarik untuk menjelajahi tema ini secara visual bisa ikut serta, termasuk perwakilan masyarakat adat dan/atau siapapun yang secara aktif bergerak di isu lahan dan keadilan ekologis. Jika tertarik terlibat, simak akun Instagram Arkademy Project untuk informasi lebih lanjut.