Sengketa Klub Motor

Salah Satu Klub Motor Terbesar di Indonesia Dilanda Konflik Rebutan Logo

Bikers Brotherhood 1% Motorcycle Club yang berbasis di Bandung menggugat bekas rekan mereka BBMC ke pengadilan, gara-gara dualisme organisasi.
Bikers Brotherhood, Salah Satu Klub Motor Terbesar di Indonesia Dilanda Konflik Rebutan Logo
Foto ilustrasi dari akun Facebook Bikers Brotherhood MC.

Apa hal buruk yang bisa terjadi saat anggota dua klub motor saling bersitegang? Terjadi kekerasan atau bentrok di jalanan?

Berkaca pada sengketa klub motor yang amat disegani di Kota Bandung, Jawa Barat, rupanya tidak semenyeramkan bayangan awal. Mereka hanya "bertarung" di pengadilan.

Bikers Brotherhood 1% Motorcycle Club (BB 1% MC) menggugat bekas saudara seorganisasinya, Bikers Brotherhood Motorcycle Club (BBMC), ke Pengadilan Negeri Bandung. Pemicu sengketa ini adalah saling klaim kepemilikan logo, gara-gara perpecahan selepas pemilihan ketua organisasi tahun lalu.

Iklan

Dua klub motor yang tadinya menyatu ini sudah berpisah struktur sejak 2018, namun masih menggunakan logo yang kurang lebih sama: tengkorak berhelm dengan dekorasi martil dan kunci inggris.

Perpecahan mulai mencuat ke publik sejak 7 Maret 2018 saat petinggi BBMC mengeluarkan keputusan membubarkan kepengurusan Bikers Brotherhood dan melaporkan Pegi Diar, ketua Bikers Brotherhood, pada polisi atas tuduhan pengalihan merek organisasi.

Sengketa meruncing ketika pelaporan ini direspons pengurus Bikers Brotherhood dengan membuat badan hukum perkumpulan sendiri. Hasilnya, terjadi pemisahan struktural. Pengurus baru menggunakan nama Bikers Brotherhood 1% Motorcycle Club, sedangkan para pendiri klub yang biasa dijuluki Diponegoro, tetap menggunakan nama Bikers Brotherhood Motorcycle Club. Saat ini BB 1% MC tetap diketuai oleh Pegi Diar, sementara BBMC dipimpin oleh Benny Gumilar. Pegi Diar lantas berinisiatif menggugat balik "dewan adat" BBMC soal pemakaian logo.

Boys Samsa, anggota BB 1% MC yang dipanggil sebagai saksi di persidangan awal pekan ini, menilai BBMC seharusnya mengganti logo setelah pecah kongsi. Keputusan berpisah itu dipicu beda sikap atas pemilihan sosok ketua baru yang mereka sebut 'El Presidente'. BB 1% MC merasa penerus sah organisasi lama. "Pemilihan El Presidente dari awal itu dipilih oleh anggota atas dasar musyawarah adat," ujarnya seperti dikutip Detik.com, untuk melegitimasi kepengurusan Pegi Diar.

Iklan

Bikers Brotherhood dibentuk sebagai wadah bagi anak muda Bandung penyuka motor besar klasik buatan Eropa produksi tahun ‘50-an. Klub yang berdiri sejak 1988 ini mulanya bernama De’Motors, lalu ganti nama menjadi Bikers Brotherhood pada 1998.

Sebagai salah satu klub motor paling disegani, Bikers Brotherhood sudah memiliki 27 chapter di Indonesia per 2015. Ada empat tahapan keanggotaan yang harus ditempuh setiap individu untuk diakui sebagai anggota: Rebel Bastard, Prospect, Virgin, dan Life Member. Namun, ada satu tingkatan tertinggi keanggotaan memakai sebutan Diponegoro. Keanggotaan ini juga disebut sebagai “Dewan Adat”, karena sebagian besar anggotanya adalah pendiri Bikers Brotherhood. Diponegoro bertugas menjaga nilai-nilai dan hukum adat Bikers Brotherhood, tapi pada akhirnya dewan adat sendiri terlibat sengketa sengit dengan Pegi Diar dkk.

Perebutan logo ini bakal jadi soal yang ngeri-ngeri sedap, selama belum tuntas. Anggota Bikers Brotherhood (terlepas dari kubu manapun) minimal mencapai lebih dari 20 ribu penyuka motor, tersebar di empat benua. Saking besarnya, keanggotaan Bikers Brotherhood setara atau malah melebihi beberapa ormas tenar lain di Indonesia. Sadar akan pengaruhnya, klub motor yang amat disegani di Bandung itu menolak terlibat aktivitas politik dalam bentuk apapun.

Sidang sengketa logo Bikers Brotherhood sudah berlangsung tujuh kali, dan masih akan berlanjut Juni mendatang. Untunglah perdebatan klub motor sebesar itu sangat beradab, dibanding ulah geng motor alay yang berulang kali memicu keresahan warga.

Perebutan logo, dalam latar yang berbeda, pernah menyita perhatian publik Indonesia. Kita perlu ingat peristiwa pada 2011 dulu, saat terjadi perselisihan kepemilikan merek Cap Kaki Tiga antara produsen minuman kesehatan PT Sinde Budi Santosa dan Kino Corporation. Sinde yang dinyatakan kalah oleh pengadilan, terpaksa mengganti merek mereka menjadi Larutan Penyegar Cap Badak. Peseteruan itu bahkan terus berlanjut hingga 2015. Itulah asal-usul perkataan Dedy Mizwar di iklan televisi yang membuat kita terngiang-ngiang, "Yang ada badaknya."