Ilustrasi profesi perias jenazah
Ilustrasi oleh Farraz Tandjoeng.

FYI.

This story is over 5 years old.

10 Pertanyaan Penting

10 Pertanyaan Bikin Penasaran Ingin Kalian Tanyakan Kepada Perias Jenazah

Gimana cara merias jenazah korban tewas kecelakaan? Seperti apa tips supaya tidak takut menjalani profesi ini? Seorang perias jenazah buka-bukaan seputar pekerjaannya kepada VICE.

Kehidupan seringkali menuntun kita ke tempat-tempat yang tak pernah kita duga. Sehebat-hebat apapun rencana yang telah dibikin, pasti masih sempat pula kejutan-kejutan nyelip di banyak persimpangan. Itulah yang dialami oleh Djoewaras, perempuan 74 tahun asal Pasuruan, Jawa Timur yang sudah bertahun-tahun bekerja sebagai perias jenazah.

Tak terhitung berapa jenazah yang dipermanis oleh sentuhan Djoewaras di yayasan Budi Dharma yang bergerak di bidang layanan perawatan jenazah. Ia sudah melakoni pekerjaan ini selama 29 tahun terakhir. Kontributor VICE di Jawa Timur, Asad Asnawi, ngobrol-ngobrol bersama Djoewaras di tempatnya bekerja. Ia melayani ajakan wawancara dengan ramah dan bersahabat, menutupi kesan angker yang muncul dari tumpukan peti mati dan bedak untuk ditabur kepada mereka yang telah wafat. Berikut cuplikan wawancara kami dengan ibu delapan anak itu:

Iklan
1541580827867-perias-3

Djoewarah (kiri) bersama rekannya di kantor Yayasan Budi Dharma

VICE: Bagaimana awalnya Anda memulai pekerjaan ini?
Djoewaras: Ya terpaksa saja Mas, hahaha... Perempuan kan kalau bisa ya di rumah saja jaga rumah, merawat anak. Tapi keadaan yang memaksa. Habis ditinggal bapak, saya harus melanjutkan hidup, mencari pekerjaan untuk menghidupi anak-anak. Lha wong anak saya sudah dua waktu itu (saat suaminya meninggal dunia). Tadinya sih tidak langsung jadi perawat jenazah. Karena awalnya saya di bagian administrasi. Sedangkan yang bagian merawat jenazah, itu teman saya. Tapi yang kadang bantu-bantu gitu.
Tahun 1988, teman saya yang bagian merias jenazah itu meninggal. Nah, setelah itu ada jenazah yang dibawa ke sini, teman-teman yang lain tidak ada yang berani. Ya, mau bagaimana lagi. Karena teman-teman tidak ada yang berani, ya saya yang disuruh untuk menangani, dan keterusan sampai sekarang.

Apa yang paling Anda sukai atau tidak sukai dari pekerjaan ini?
Kalau saya sederhana. Pekerjaan apa saja saya suka karena bekerja sebagai apapun, saya mencoba untuk menikmati. Termasuk jadi perawat jenazah ini. Cuma, kalau kacamata orang, mungkin yang tidak mengenakkan bagi orang lain adalah waktunya yang kadang tidak terbatas. Dalam artian begini, orang meninggal itu kan kita tidak mengerti ya kapan waktunya. Bisa pagi atau malam. Kalau sudah begitu, kita harus siap jika sewaktu-waktu ada orang meninggal. Kalau meninggalnya pas waktu hari libur seperti minggu atau bahkan malam hari, ya harus datang. Pernah suatu ketika ia tengah merayakam lebaran bersama keluarga. Kebetulan, kalau pas lebaran itu kan anak-anak pada ngumpul. Pas waktu itu, ada orang meninggal dan jenazahnya dibawa ke sini. Jadi ya, mau tidak mau saya akhirnya berangkat ke sini juga. Ya mau bagaimana lagi, sudah jadi pekerjaannya. Anak-anak yang belum ketemu saya ya akhirnya berlebaran ke sini. Jam berapapun kalau ada jenazah datang harus siap.

Iklan

Boleh diceritakan, tugas perias jenazah yang utama itu apa sih?
Beberapa agama mempercayai bahwa kematian itu bagian dari perjalanan hidup manusia. Mati, itu sama dengan menghadap pencipta, memasuki kehidupan baru. Jadi, orang yang meninggal, harus dibuat rapi, bersih, ganteng, dengan pakaian yang bagus.


Tonton dokumenter VICE soal profesi penggali makam di Indonesia:


Nah, yang saya lakukan adalah membantu memenuhi itu. Ketika ada jenazah datang, kalau yang belum dimandikan, ya saya mandikan. Setelah itu, saya rias. Ya, dirias yang bagus, seperti orang yang jadi pengantin itu. Setelah itu, dimasukkan ke peti, lalu kami bawa ke tempat terakhir. Kalau keluarga minta dikubur, ya kami bawa ke pemakaman. Kalau minta dikremasi, ya saya bawa ke tempat kremasi. Setelah itu, baru abu jenazah saya bawa lagi untuk dibuang di laut. Tapi semua bergantung pesan yang bersangkutan sebelum meninggal atau permintaan keluarga. Jadi, kalau mau diurut, begitu jenazah datang, saya lihat kondisinya. Meninggal karena apa. Setelah itu, saya siapkan peralatan riasnya dan memandikannya kalau memang belum dimandikan. Dan itu saya lakukan sendiri.

Apakah anda pernah merasa takut atau risih saat merias jenazah?
Saya biasa saja. Tidak ada perasaan takut atau apa begitu. Toh nanti kita juga pasti mati kok. Ya, membayangkan diri kita sendiri saja. Kalau semua orang pada takut, lalu bagaimana dengan kita nanti kalau ternyata tidak ada yang berani. Kalau membayangkan diri kita sendiri ketika mati nanti, pasti berani kok. Kan terkadang ada orang-orang yang memang habis bertemu orang meninggal, biasanya kebawa sampai ke rumah. Terbayang-bayang wajah orang yang meninggal tadi. Kalau saya biasa saja.

Iklan
1541580877563-perias-4

Bedak-bedak dan bahan-bahan lain yang dipakai untuk merias jenazah

Selama bekerja merias jenazah, adakah pengalaman menyeramkan?
Sudah biasa sih hehe… Bagi orang-orang, mungkin itu sebagai hal yang tidak enak ya. Kalau ditakuti sih, tidak pernah. Cuma biasaya kalau ada orang yang mau meninggal atau ada jenazah yang mau datang, kadang laci di lemari ini (sambil menunjuk lemari kabinet di sudut ruangan kantor) itu bunyi glodak begitu. Tadinya sih banyak yang tidak percaya. Tapi, ada beberapa kali kejadian yang setelah ada suara laci itu, tak berapa lama, ada jenazah datang.

Jenazah itu diperlakukan beda-beda enggak sih, atau sama saja semua proses riasnya?
Antara janazahnya orang yang sudah menikah dengan yang masih lajang, secara perlakukan tidak ada bedanya. Sama dirias, dibedakin, dikasih minyak wangi dan lain sebagainya Tapi, khusus yang masih lajang, biasanya di luar petinya, dikasih kembang mayang untuk menandakan jenazah di dalam peti itu masih bujangan. Di luar itu, semuanya sama, tidak ada yang membedakan. Cuma biasanya, kalau jenazahnya dari latar belakang penganut agama ortodoks, biasanya lapisan baju yang dikenakannya bisa sampai tujuh lapis. Kalau yang biasa, cuma satu atau dua lapis.

Bagaimana cara merias jenazah korban kecelakaan?
Kalau yang seperti ini, biasanya memang ada perlakuan khusus. Kalau meninggal karena kecelakaan terkadang itu kondisi jasadnya tidak utuh ya. Kalau memang seperti itu, ya saya panggilkan perawat dari rumah sakit untuk membantu menjahit luka atau bagian tubuh yang terpisah supaya disatukan. Saya tidak bisa menjahit. Baru setelah terlihat utuh, tugas saya mengenakan pakaiannya. Seperti jas, atau pakaian-pakaian lain yang diminta keluarga.

Iklan

Apakah sempat untuk berpikir mencari pekerjaan lain?
Tidak pernah Mas. Orang setua saya, mau bekerja di tempat lain juga bisa apa. Jadi ya dijalani saja seperti sekarang ini.

1541580906311-Perias-jenazah-5-1

Rumah persemayaman tempat kerja Djoewaras.

Apakah ada penolakan dari keluarga selama anda bekerja merias jenazah?
Kalau keberatan itu pasti. Mereka kan maunya saya berdiam diri di rumah, tidak bekerja. Tapi kan tidak bisa begitu. Saya masih sehat, fisik saya juga masih kuat. Kalau saya tidak bekerja, terus saya ngapain di rumah. Anak-anak kan juga tahu kalau saya sudah bekerja sejak masih muda. Kalau tiba-tiba disuruh berhenti dan diam di rumah, ya saya juga pasti bingung mau ngapain.

Sampai kapan Anda mau bekerja merawat dan merias jenazah?
Kalau ini, kita juga tidak bisa memastikan. Yang pasti, prinsip bagi saya, selama masih sehat dan kuat, saya akan terus bekerja. Tidak ada keinginan untuk berhenti. Nanti kalau sudah waktunya berhenti ya berhenti.


10 Pertanyaan Penting adalah kolom VICE Indonesia yang mengajak pembaca mendalami wawancara bersama sosok/profesi jarang disorot, padahal sepak terjangnya bikin penasaran. Baca juga wawancara dalam format serupa dengan topik dan narasumber berbeda di tautan berikut:

10 Pertanyaan Bikin Penasaran yang Ingin Kalian Sampaikan Pada Ahli Kung Fu di Jakarta

10 Pertanyaan Unik yang Ingin Kamu Ajukan Kepada Seorang Cenayang

10 Pertanyaan Penting yang Ingin Kamu Ajukan Untuk Pawang Harimau