FYI.

This story is over 5 years old.

Orang Tua

Para Ortu Buka-Bukaan Soal Kesalahan Terkonyol Tak Sengaja Dilakukan Pada Anak

"Anak kami jadinya terbungkus eek selama beberapa jam.”

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Anak-anak memang memang menyenangkan. Mereka itu kan cuma makhluk mungil yang enggak henti-hentinya berkembang dan menyerap informasi. Kita, sebagai orang tua mereka, punya tugas membentuk mereka menjadi manusia yang baik dan berguna. Masalahnya, jadi ortu itu gampang-gampang susah. Ya mau gimana, kita semua ini cuma manusia biasa yang punya masalah, bias dan deadline yang harus dipenuhi. Itu belum menghitung tumpukan episode This Is Us yang belum kita khatamkan. Kehilangan anak saat nonton konser, mengumbar yumpah serapah atau lupa beli pokok adalah kesalahan-kesalahan konyol yang bisa kamu lakukan dan, sayangnya, bisa meninggalkan kenangan buruk, aim bahkan trauma pada anak kita.

Iklan

Tenang, kalau kamu pernah melakukan kesalahan-kesalahan konyol di atas, kalian tidak sendiri kok. Kami menemui beberapa orang yang secara enggak sengaja "merusak" masa kecil anak mereka…selama-lamanya.

Nisha Patel (35 Tahun)

Liam kalau poop suka meledak-ledak. Bahkan, kami kadang harus menggunting jaket onesies-nya biar 'hasil kelakuannya' bisa kami bersihkan. Suatu kali, kami sedang keluar. Tiba-tiba, kami lihat onesies-nya Liam menggelembung. Seluruh tubuh Liam kotor dengan eek kecuali mukanya. Rupanya, Liam eek banyak banget, tapi sayang jaketnya terlalu tebal. Jadi semerbak baunya tak sampai ke hidung kami. Jadilah, anak kami terbungkus eek selama beberapa jam. Pas kami akhirnya bisa membuka onesiesnya, eek muncrat ke segala penjuru. Tak beberapa lama lalu, kami makan malam dengan beberapa teman. Anya anak kami lainnya baru bisa merangkat waktu itu. Anya, anak kami, memang lucu sekali. Kami sedang bermain di kitchen island kami. Anya merangkak ke sana kemari. Tiba-tiba, Anya diam saja selama beberapa saat dan saya mulai agak merasa ada yang salah. Lalu, Anya kembali merangkak dan langsung saya angkat. Tak dinyana, sebongkah eek meluncur dari celananya dan jatuh di lantai dapur, tepat di depan semua orang yang saat itu sedang nongkrong sambil makan dan minum. Hiks. Eek yang meledak atau meluncur ke lantai bikin emosi kamu naik turun. Awalnya kamu akan menertawainya sebelum kamu sadar kamulah yang harus membereskan kekacauan ini. membersihkan eek siapapun–bayimu atau bayi orang–tak pernah jadi kegiatan yang menyenangkan.

Iklan

Jessie dan Jay (25 dan 37)

Kami enggak bisa membangunkan putra kami saat fotonya hendak diambil untuk keperluan pembuatan passpor. Akibatnya, dia bete tiap kali lihat foto passpornya yang jelek. Waktu itu, kami sedang bersiap-siap melancong ke Australia selepas Natal. Ini kali pertama kami pergi ke sana. Sebelum berangkat, kami pergi ke California untuk bertemu dengan keluarga Jay. Jadi, kami enggak punya banyak waktu untuk bikin passport. Kami lalu pergi ke kantor pos dan malangnya, anak kami tertidur ketika kami tidur. Segala macam cara kami coba untuk membangunkannya. Dari mulai mencopot sepatu dan membuka pakaiannya agar dia merasa tak nyaman, meniup-niup kupingnya hingga menaruhnya di atas selimut berwarna putihnya karena anak kecil, katanya, enggak perlu melek pas di foto. Sayang, anak kami selalu bergerak. Kami kehabisan cara. Akhirnya, Jay terpaksa berdiri dan memegang anak kami selama di foto. Tentu saja, mata anak saya masih merem. Ketika hasil fotonya tiba di rumah kami, tawa kami enggak bisa distop.

Angela Daniels (30 Tahun)

Saat itu, kami mulai memandikan anak kami dengan sposn alih-alih mandi dengan cara konvensional (dicelup dan dikeringkan). Saya enggak bisa menyebut merk atau modelnya tapi ada bak mandi anak yang ngakunya sih nyaman banget buat anak. Yang perlu kalian lakukan adalah menaruh alat itu wastefel dan bayi kamu bisa kamu mandikan dengan relaks dan menyenangkan. Jadi, saya turuti saja cara penggunaan baknya. Wastafelnya dan printilan lainnya sudah siap. Karena waktu itu Malachi pertama kali mandi seperti ini, saya ingin membuatnya spesial. Saya menyalakan lilin dan memutar musik. Saya lalu mamasang bak mandi bayi di wastefel—harusnya sih bak tak akan kemana-kemana. Setelah itu, bak itu mulai saya isi air. Bentuk baknya sendiri mirip daun teratai jadi teorinya anak saya bisa mandi dengan santai di atasnya. Ternyata enggak. Malachi yang masih dua bulan waktu itu berhasil keluar dari bak dan hampir tenggelam di wastafel. Untung, saya segara meraih Malachi dan menjaga kepala berada di atas air. Selidik punya selidik, saya seharusnya menggunakan wastafel yang lebih kecil, bukan wastafel dapur, jadi baknya bisa stabil. Gara-gara kecerobohan ini, saya hampir bikin anak saya celaka.

Iklan

Anna Whitehouse (36 Tahun)

Seni membesarkan anak tak jauh-jauh dari dua hal ini: melupakan satu dan melakukan improvisai. Contoh kasusnya berikut ini: diaper anak saya yang penuh kotoran jatuh di lantai Tate Modern Gallery. Ini jelas bikin saya dipeloti para pecinta sendi di sekitar saya. Sayangnya, saya juga lupa bawa baju ganti. Sebuah kondisi yang menegangkan. Dalam keadaan seperti ini, saya hanya bisa mengandalkan kemampuan berimproviasi. Tanpa pikir panjang, saya lepas kaos kaki kerlap-kerlip saya yang masih lembab dan segera membungkus kaki anak saya dengan itu. Lagi-lagi, saya dipelototi para pengunjung museum.

Adam dan Emily Harteau (39 dan 36)

Kami sedang berperahu di wilayah perairan Pantalan bersama pemandu kami, Marcelo yang berasal dari suku Kadiweu. Matahari ada tepat di atas kepala kami dan cuaca sedang panas-panasnya. Anak perempuan kami, Colette, yang baru berusia enam tahun memekik kegirangan saat Adam mengangkatnya ke udara. Tiba-tiba, tak ada hujan tak ada angin, Adam melemparkannya ke sungai yang dikenal dihuni makhluk ganas seperti kaiman, anaconda dan piranha. Lantaran panik, tiga orang dewasa di atas perahu mengarahkan pandangan mereka ke arah sungai, mencari keberadaan Colette. Lima menit kemudian, acara renang dadakan Colette berakhir. Anak kembali dengan badan yang masih utuh.