FYI.

This story is over 5 years old.

penerimaan diri

SZA Angkat Bicara Soal Pergulatannya Mencintai Diri Sendiri dan Menerima Jerawat-Jerawat di Wajahnya

"setiap hari aku mengenal versi baru dari diriku..."

Tak peduli kalau siapapun kamu, entah orang biasa entah musisi terkenal kelas internasional, mencintai diri sendiri adalah sebuah keharusan. Ia bukan hanya merupakan perjalanan yang panjang, tetapi juga sebuah sikap yang harus dijaga secara terus-menerus. Berbicara di Girl Collective-nya Dove minggu ini, SZA menceritakan perjuangannya untuk mencintai dirinya sendiri dan kesusahan yang dialaminya dengan penampilannya karena bertahun-tahun menderita jerawat cystic.

Iklan

Sebagai pembicara utama, SZA katakan kepada penonton bahwa dia enggak menigizinkan komentar-komentar negatif mempengaruhi harga dirinya “Buatlah keputusan demi diri kamu sendiri — kamu yang paling kenal dirimu sendiri” tanya SZA. “Saat kamu memutuskan untuk mendefinisikan dirimu sendiri dan enggak memperbolehkan orang lain mendefinisikan kamu, kamu akan mengalami banyak perubahan positif.”

Dalam sebuah wawancara dengan Teen Vogue, obrolan dengan SZA melebar sampai ngomongin permasalahan kulitnya dan bagaimana dia harus mempelajari cara untuk mencintai dirinya sendiri, juga mencintai bagian-bagian dari penampilannya yang dulu membuatnya enggak PD. “Jerawatan itu gila banget,” ujarnya. “Wajahmu kan dasar penampilan kamu. Itu yang kamu tampilkan ke dunia. Gimana aku mau tampil ke dunia kalau kayak gini?”

Sza for i-D magazine 2017

Difoto oleh Hanna Moon. Pengarah fesyen Alastair McKimm. Dari i-D isu, no. 350, Musim Dingin 2017. Jaket dan kaus Raf Simons. Celana panjang Marni.

“Biasanya kalau aku jerawatan, alasannya tuh karena aku melakukan sesuatu yang salah, misalnya pas lagi touring, aku jarang cuci muka dan minum air. Semua hal itu aku enggak lakukan, terus bertambah-tambah, terus muncul deh jerawatnya. Kayak, ‘Hey, sis, ingat enggak waktu kamu enggak ngurusin aku? Aku di sini sekarang.’”

SZA menjelaskan bahwa kehadirannya di event ini merupakan bagian dari dedikasinya untuk merubah percakapan terkait harga diri. “Harga diri itu lucu, karena subjektif banget. Apaan tuh harga diri?” tanyanya.

“Buat aku agak lucu sih, membicarakan harga diri kayak, ‘Hey, anak-anak, cintailah dirimu sendiri.’ Nyatanya kita harus lebih jujur kalau lagi membahas hal ini. Misalnya, aku belum pernah lihat ada perempuan yang mengaku, ‘Aku enggak mencintai diriku 100%’. Aku berusaha untuk menipu diriku sendiri untuk mencintai diriku dengan cara yang aku mau. Dan setiap hari aku mengenal versi baru dari diriku.” Itu yang seharusnya dibicarakan.