FYI.

This story is over 5 years old.

Bitcoin

Nilai Tukar Bitcoin Capai Rp135 juta, Investor Diminta Mulai Waspada

Sebagian ekonom khawatir pada cara spekulan menggoreng harga nilai tukarnya. Tapi para investor masih tergoda menambah koleksi mata uang digital mereka.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Money.

Alex (bukan nama sebenarnya) mengaku mengalami insomnia beberapa hari terakhir. “Nilai tukarnya sudah begitu besar, naluri dasarku mengatakan jika aku bertahan, maka duitku akan bertambah dua kali lipat. Tapi aku juga terus menerus mengalami konflik dengan ide untuk menguangkannya dan mengambil keuntunganku.”

Alex, seorang pengacara berumur 30-an asal Toronto, tentu saja mengacu pada peningkatan gila-gilaan bitcoin, yang harganya bermulai pada US$700 setahun yang lalu hingga sekarang hampir $10,000. Sepanjang November sendiri, nilai bitcoin sudah naik nyaris US$4,000—dan tidak ada aset atau produk investasi yang nilainya pernah naik sedemikian tinggi dalam jangka waktu teramat pendek.

Iklan

Kapitalisasi pasar bitcoin secara mengejutkan sudah mencapai $165 miliar. Nilai sebesar itu mendorong beberapa orang berspekulasi bila cryptocurrency benar-benar akan menjadi pasar bernilai triliunan dolar dalam waktu dekat, mengalahkan pasar valas tradisional.

Sebagian pengamat investasi berpendapat faktor fundamental yang mendorong peningkatan irasional nilai Bitcoin sangat lemah. Mata uang digital berusia delapan tahun yang dimaksudkan jadi pengganti mata uang kertas tersebut belum terlalu berhasil punya dampak di pasar riil. Salah satu sebabnya, karena investor butuh waktu lama memproses transaksi bitcoin—bisa berjam-jam, atau bahkan berhari-hari, tergantung pada kapasitas terjadinya transaksi yang terhitung langka.

Kamu bisa saja mempercepat transaksi, namun prosesnya bakal dikenakan biaya tambahan—dan terkadang ongkosnya bisa 10 persen dari jumlah yang ingin kamu transfer. Mengacu pada nilai tukar sekarang, biaya proses tadi sangat tidak masuk akal ditanggung oleh investor perorangan sekalipun.

"Saya dulu harus menunggu dua jam baru transaksinya dapat dikonfirmasi, itu pas 2014 ketika transaksi harian masih sedikit," kata Yael Ossowski, investor sekaligus Wakil Direktur di Consumer Choice Center yang memantau pasar Bitcoin, kepada VICE Money.

Ossowski menyebut tren mata uang digital ini lebih menyerupai “eksperimen,” dan gelembung peningkatan nilai tukar bitcoin kemungkinan besar adalah dampak, “kegilaan investor."

Iklan

"Abad ke-21 menghasilkan banyak sekali konsultan licik, skema abu-abu yang didandani sebagai peluang investor, dan terlalu banyak bahasa yang ingin menjadi sesuatu yang benar-benar masuk akal bagi siapa saja yang ingin menggunakan mata uang digital untuk melakukan pembelian," kata Ossowski dalam sebuah esai kritis yang dimuat Huffington Post.

Alex sangat menyadari seperti apa dulunya bitcoin, dan perubahan yang telah dia alami. Ketika dia menginvestasikan US$10.000 untuk membeli kembali bitcoin pada tahun 2013, dia memiliki firasat bahwa ada kemungkinan besar bitcoin akan menangkap imajinasi orang-orang. Tidak hanya karena asal usul libertarian dan anti-establishment, namun karena hal itu dipandang sebagai toko dengan nilai yang terbatas, sama seperti emas.


Tonton dokumenter MOTHERBOARD tentang tambang Bitcoin rahasia di Cina:


“Aku melihat perkembangan pasar sekarang sebagai peluang investasi. Aku sempat mengantisipasi kalau sampai kehilangan sebagian besar keuntungan, tapi aku juga berpikir harus terus ikut di pasar ini. Aku punya perasaan kalau sistem Bitcoin akan berhasil,” katanya.

Alex mengaku investasinya sudah bernilai lebih dari satu juta dolar. Dia sedang merenungkan langkah selanjutnya. Jika memang tidak ada nilai inheren pada bitcoin sesuai keyakinannya, maka valuasi saat ini hampir secara eksklusif didasarkan pada kehebohan—yaitu sepenuhnya karena orang-orang yang baru masuk ke bisnis Bitcoin berani membayar mahal.

Iklan

"Sekarang, apa yang saya telah putuskan adalah mencairkan sebagian Bitcoin yang saya punya. Di satu sisi, hanya karena ada gelembung, bukan berarti sistem Bitcoin akan meledak. Di sisi lain, sangat mungkin Bitcoin bisa meledak ketika mencapai nilai tukar US$10,000 per koin. Sebaiknya angka itu menjadi batas psikologis bagi investor lain," kata Alex kepada VICE Money.

Salah satu pemain yang paling diawasi di Wall Street, Art Cashin, mengatakan kepada CNBC bahwa bitcoin telah mencapai "tingkat kenaikan nilai parabolik. Tren semacam ini biasanya tidak akan berakhir dengan baik." Pada hari yang sama, raksasa hedge fund Mike Novogratz, dari Fortress Investment Group Fame, mengatakan Bitcoin bisa mencapai US$40.000 akhir 2018, karena tidak ada "tambahan pasokan". Akibat sedikitnya jumlah bitcoin, permintaan yang melambung akan menyebabkan harga tinggi yang berlebih.

"Begini, bahkan orang-orang terbaik dalam bisnis ini sebenarnya tidak tahu akan apa yang sedang terjadi. Tidak ada yang punya banyak informasi, jadi saya akan memperingatkan investor level menengah ke bawah agar tidak bermain bitcoin, "kata Ossowski kepada VICE Money.

Satu hal yang pasti—bitcoin, pada saat ini, adalah sumber uang yang sangat berbahaya, namun sangat menggoda.

"Saya menginvestasikan uang jutaan Agustus lalu, dan saya memperoleh keuntungan 450 persen pada hari Senin, 27 November," kata Daniel Jo, mahasiswa 24 tahun yang sedang menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana ekonomi di Universitas Calgary.

Iklan

Jo mengatakan pada VICE Money bahwa bitcoin dia anggap sebagai investasi jangka panjang. Dia bahkan sengaja menyiapkan sebagian koin digital itu sebagai uang muka membeli rumah suatu hari nanti. Dia mengakui pemahaman teknisnya tentang cara kerja cyrptocurrency terbatas, tapi dia belum melihat alasan mengapa dia kini harus menarik investasinya.

"Saya memang sedikit khawatir, tapi bitcoin telah membuktikan sanggup bertahan lama. Saya tidak bisa mengatakan bitcoin sebagai sebuah gelembung ekonomi, karena kita tidak tahu nilai intrinsik bitcoin," katanya.

Salah satu pakar valuasi terdepan di dunia, Aswath Damodaran dari New York University, meyakini bitcoin hanyalah permainan harga yang berbahaya. Alasannya? Sampai seakrang dia belum bisa membuktikan kegunaan Bitcoin sebagai mata uang.

"Pertanyaan yang perlu anda lontarkan adalah jika anda membayar US$2.775 untuk sebuah bitcoin, apakah anda bisa atau bahkan nantinya bisa membeli barang dan jasa senilai itu juga?" kata Damodaran saat diwawancarai CNBC.

Tapi bagi sebagian orang seperti Alex, bagian paling liar dari bitcoin malah mendorong mereka berinvestasi di mata uang digital ini. Makin diperingatkan, makin mereka mempersetankan analisis ekonom soal fundamentalnya.

"Lonjakan harga Bitcoin ini adalah hasil keserakahan yang irasional, patologis, dan buas," katanya. "Saya ingin menghasilkan lebih banyak uang dan tidak ada investasi lain di dunia ini yang bisa membawa saya ke sana, yang dalam bayangan para investor, kecuali lewat Bitcoin."

Follow Vanmala di Twitter