FYI.

This story is over 5 years old.

Kehidupan Percintaan

Alasan-alasan Kenapa Orang Harus Banget Selingkuh

Hampir semua orang pernah selingkuh, pernah hampir selingkuh, dan tentu pernah diselingkuhi. Kami tanya beberapa orang kenapa mereka merasa kudu banget selingkuh.
Foto dari Howl via Stocksy

Artikel ini pertama kali tayang di Broadly

Saya pernah selingkuh dan diselingkuhi. Malah, kalau boleh jujur, semua pacar saya pernah saya selingkuhi. Maaf saya memang asu. Atau jangan-jangan saya sama saja seperti orang lain karena orang lain toh suka juga selingkuh. Yang menarik dari kegiatan yang tidak terpuji ini adalah selingkuh selalu diikuti rasa deg-degan ketahuan pasangan. Misalnya, kamu takut pasanganmu ngecek ke temen kalau kamu masuk kantor enggak, padahal kamu sedang ena-ena dengan orang lain? Selingkuh juga bikin pelakunya merasa kayak sampah dapur basi lantaran kamu bisa lihat dampaknya pada orang yang paling menyayangimu. Dan dia terluka karena kita cuma menuruti nafsu pribadi semata. Okay deh banyak terapis seksual dan pelaku poliamori yang bilang kalau monogami itu terlalu membatasi dan taik kucing belaka—buktinya orang toh gemar selingkuh. Tapi pertanyaannya, kalau memang monogami sekacrut yang mereka bilang, kenapa masih banyak tertarik dengan hubungan macam ini? Kenapa orang mau nikah dengan satu orang dan hidup dengan dia sampai mati? Pola perselingkuhan saya selalu berputar: Saya selalu selingkuh dengan mantan yang baru saja putus. Biasanya, saya selingkuh cuma untuk ngebuktiin kalau mantan saya masih tertarik secara seksual pada saya atau memuaskan pertanyaan-pertanyaan insecure sejenis. Saya masih pernah kegep selingkuh gara-gara pacar saya baca sms dari mantan saya waktu lagi nyaman-nyamannya tidur. Percayalah, enggak ada yang lebih mengerikan daripada dibangunkan pasangan yang sedang murka jam lima pagi. Saya tahu salah satu mantan saya pernah selingkuh (jujur saja, saya juga pernah selingkuh sama profesor saya pas pacaran sama dia). Biarpun saya juga pernah mengaku selingkuh suatu kali kami sedang mesra-mesraan. Begitu situasinya mulai panas, saya sikut pacar saya sambil bilang "kamu selingkuh kan sama mbak-mbak yang itu, aku tahu kok." bubar deh acara mesra-mesraan kami.
Hampir semua orang pernah selingkuh, pernah hampir selingkuh dan tentu pernah diselingkuhi. Saya sih tahu alasan saya selingkuh. Tapi, saya penasaraan kenapa orang lain juga merasa kudu banget selingkuh. Beruntung, ada lima orang yang mau bercerita alasan-alasan mereka bermain serong. Simak pengakuan mereka di bawah ini:

Iklan

Dicuplik dari YouTube

Mike*

Pernikahan itu perjalanan yang panjang abis. Kami menjalaninya selama 25 tahun. Selama itu, istri saya mengurusi rumah sementara saya banting tulang di luar rumah. Kami berdua punya cara yang cupu dalam menghadapi masalah: merasa bersalah berlebihan, mencoba mengobatinya sendiri, mencela-cela diri sendiri lalu sibuk kerja demi bisa jauh dari masalah. Proses ini berlangsung selama bertahun-tahunnya. Akibatnya, kami punya tumpukan masalah yang belum beres. Setelah anak kedua kami keluar dari rumah, saya sampai pada batas akhir kesabaran saya. Saya sekonyong-konyong ngomong ingin pisah. Sayangnya, saya enggak tega begitu istri bilang "Kalau kamu pergi, aku mati saja."

Imbasnya, saya malah main serong. Saya ketemu selingkuhan saya lewat internet. Tak tanggung-tanggung, saya pernah main serong dengan lima orang berbeda selama beberapa bulan. Gila! Salah satu selingkuhan saya malah seorang ibu yang umurnya sudah kepala empat. Hubungan saya dengan ibu-ibu yang satu ini juga berisiko. Semacam hubungan dominan-submisif yang menjadi-jadi. Selingkuhan saya yang lain adalah gadis 20 tahunan yang terobsesi karya-karya James Joyce. Selama kami selingkuh, semua student loan-nya saya lunasi. Niat kan? Uniknya, gadis ini panik bukan kepalang begitu kami putus. Dia bilang dia kehilangan semuanya dan mengancam bakal menghubungi istri saya.
Setelah enam bulan mengalami trauma pernikahan, saya dan istri memutuskan menjalani terapi. Istri saya mendesak saya membeberkan identitas semua selingkuhan saya. Setelah itu, saya susah tidur selama beberapa bulan karena istri saya begadang hampir tiap hari berburu perempuan-perempuan itu di sosial media. Selama kurun waktu itu, saya makin keki dengan diri sendiri, berusaha mengobatinya sendiri, pergi ke toko senjata api, ikut pertemuan orang-orang yang kecanduan seks dan mengambil tes poligraf. Sampai suatu waktu, saya jengah dengan siklus busuk ini dan meminta pisah ranjang. Sampai sekarang, saya dan istri sudah tinggal terpisah selama enam bulan.

Iklan

Sadie

Sayangnya, saya pernah serong selama pacaran. Enggak cuma sekali doang. Parahnya lagi, saya selalu selingkuh dengan satu orang karena saya yakin pria ini selalu menginginkan saya kapanpun. Dia adalah pacar serius pertama saya dan orang pertama yang bikin saya jatuh cinta. Jujur sih, saya enggak bisa move on dari itu.

Kimberly

Saya pernah pacaran dengan seorang pria selama dua tahun. Hampir di ujung hubungan kami, pasangan berubah jadi posesif manipulatif abis. Misalnya, dia punya fetish yang aneh-aneh dan saya dipaksa melakoninya. Kalau menolak, pacar saya bakal ngambek bertingkah aneh. Pokoknya hubungan kami sudah enggak sehat banget. Suatu kali, di sebuah party, saya curhat ke salah satu teman pria saya. Kami ngobrolnya nyambung banget malam itu. Tanpa sadar, hari itu kami tidur bareng. Esoknya, saya pulang ke apartemen, mengemasi barang-barang saya dan blak-blakan buka kartu di depan pacar saya. Saya lantas pulang ke rumah orang tua. Dari situ, kondisinya makin runyam. Selama enam bulan, mantan pacar saya menguntit keluarga saya. Dia mengirim surat ke ortu saya dan bilang kalau dia masih cinta mati pada saya. Pada saya, dia mengirim surat ancaman. Dia bilang bakal bunuh diri kalau saya eggak mau balikan. Dia bahkan sering markir mobil di SPBU depan rumah ku. Suatu kali, dia malah pernah ditemukan ngorok di halaman rumah. Selingkuh memang perbuatan durjana. Tak seorangpun yang mau diselingkuhi. Tapi, saya bisa bilang selingkuh menyelamatkan saya dari hubungan yang menyiksa.

Iklan

Leila

Saya pernah jatuh cinta dengan seorang pria yang susah menerima beberapa aspek dalam diri saya. Dia sih ingin bagian-bagian itu berubah. Saya tolak permintaannya. Untuk beberapa saat, saya bisa berdamai dengan tingkah polahnya. Setelah pacaran selama empat tahun, dia terlalu sering bikin saya merasa keki dengan diri sendiri dan menyesali pilihan-pilihan saya di masa lalu (termasuk milih dia sebagai pacar). Kalau dia mabuk, dan ini sering banget kejadian, perut saya enggak karuan. Ini adalah masa-masa suram dalam hidup saya. Untungnya, dia sering bepergian untuk urusan pekerjaan—80 persen waktunya dihabiskan untuk pergi ke sana-sini. Jika sedang di luar kota, dia bakal menuduh saya main serong, padahal dia tahu saya bukan tipe yang suka selingkuh dan susah menjaga rahasia besar. Akhirnya, saya sampai di satu titik ketika saya memutuskan untuk melalukan hal yang bakal mengubah nasib saya. Saat itu, saya mulai banyak menghabiskan waktu dengan seseorang yang benar-benar bikin saya kesengsem. Awalnya, kami cuma berteman. Pria ini membantu saya mengurusi tetek bengek masalah pajak. Lalu, kami sering bareng bertualang di alam bebas mencari spot-spot yang indah. Kami bertualang naik mobil yang biasanya saya pakai gantian dengan pacar. Tiba-tiba, dorongan untuk "memberontak" muncul. Suatu kali, kami sampai di puncak sebuah daerah pegunungan. Kami sedang asik melihat kumpulan elang melayang di langit. Saya mikir "kalau gue cium cowo ini, amsyong hubungan gue sama pacar." saya terus mengulang-mengulang itu dalam hati dan akhirnya saya cium bibirnya. Saya mulai selingkuh dengan satu batasan jelas: saya enggak boleh tidur dengan pria sampai saya putus dengan pacar. Ketemu pria ini memang jadi poin plus sendiri buat putus dengan pacar. Tambahan lagi, saya masih keki disangka enggak setia, jadi sekalian saja saya selingkuh biar pacar saya tahu rasa. Awalnya, saya janji enggak bakal cerita ke siapa-siapa. Saya berusaha bertingkah biasa-biasa saja, seakan enggak ada apa-apa. Semua itu cuma bertahan satu hari. Saya cerita ke teman dan memutuskan bakal mengakhiri hubungan dengan pacar saya. Minggu itu juga kami putus, bertahun-tahun kemudian, saya tahu pacar saya diam-diam selingkuh dengan gadis Australia. Semuanya dia rahasiakan dengan baik selama kami pacaran. Kampret memang!

Brady

Saat ini, saya sedang asik-asiknya selingkuh. Sebenarnya, hubunganku dengan pacar baik-baik saja. Kami pacaran selama empat tahun, tinggal bareng dan punya anjing lucu. Pokoknya hidup kami indah-indah saja. Hati saya milik pacar saya. Itu pasti. Sayangnya, pacar saya itu tipe cewe yang baik-baik banget, sementara saya enggak. Dia malas melayani kenakalan saya di ranjang. Kami belum ngeseks lagi selama dua bulan. Dua minggu lalu, teman kerja saya menawari saya mampir ke tempatnya. Awalnya, saya mikir kami cuma bakal nongkrong doang—enggak ada agenda lainnya. Well, ternyata malam itu kami tidur bareng. Hebatnya lagi, kawan sekantor saya mau melayani segala macam fantasi seksual yang saya ajukan dan dia sangat senang melakukannya. Perasaan spesial buat kawan sekantor ini mulai tumbuh dalam diri saya. Namun, saya masih sayang banget dengan pacar saya. Kawan sekantor saya ini tinggal di kota lain dan dia jarang jalan-jalan ke luar kota—saya tahu pacar saya jarang banget pergi ke kota itu. Saya merasa bersalah tapi apa iya saya enggak boleh bersenang-senang sedikit? Saya tahu saya maunya menang sendiri. Saya juga tahu hubungan saya dengan pacar bisa buyar kapan saja. Saya sadar banget tentang hal ini. *semua nama narasumber telah diubah