Desain Kaset Jadul Asia Dulu Cupu, Kini Dianggap Artsy dan Diburu Kolektor
Semua kaset di foto adalah koleksi pribadi Frankie Sebastian Filleti. Foto diunggah seizin Frankie.

FYI.

This story is over 5 years old.

Nostalgia Kaset

Desain Kaset Jadul Asia Dulu Cupu, Kini Dianggap Artsy dan Diburu Kolektor

Sampul kaset berisi foto setengah badan si artis jadi tren pada dekade 70 hingga 80'an. Walau terlihat cupu, makin lama dilihat makin tampak estetik.

Sebelum sampul kaset didominasi oleh ilustrasi dan desain grafis warna-warni, era 1970-an hingga 1990-an lebih banyak menampilkan foto si artis di bagian muka. Kalau dilihat sekarang, desain sampul yang cuma menampilkan foto si artis ditambah teks sederhana dengan penempatan yang naif itu terlihat cupu, murahan, konyol, dan enggak menjual sama sekali. Tapi sulit dipungkiri, seluruh label musik di pasar Asia, bahkan dunia, mengadopsi gaya sampul kaset macam itu.

Iklan

Bisa dilihat dari beragam genre yang ngetren kala itu seperti enka, city pop, dangdut, dan pop rock melayu hampir semuanya memakai foto sang artis/band.

Secara estetika apakah desain sampul yang melulu menampilkan si artis itu masih relevan sekarang? Bisa jadi enggak. Keterbatasan teknologi desain grafis mungkin menjadi penghalang untuk menghasilkan sampul album yang artistik kala itu.

Siapa sangka, di balik sampul jadul yang cenderung murahan tersebut sepertinya didesain untuk mendekatkan fans dengan si artis agar timbul keintiman yang lebih personal. Ibaratnya, dari mata turun ke hati. Alasan lain kenapa pihak label lebih memilih memajang foto artis di sampul depan semata agar lebih mudah mempromosikan si artis dalam konsep yang sederhana. Itulah alasan seorang kolektor kakap asyik memburu album-album lawas produksi Asia.

“Saya menganalogikan mengoleksi kaset jadul itu seperti kencan,” kata Frankie Sebastian Filleti yang mendirikan grup Vintage East Asian Cassette Collectors Club di Facebook. “Kamu merasakan ketertarikan dengan si artis secara estetika berdasarkan sampul albumnya, lantas mengenalnya lebih dalam lewat musiknya.”

Untuk mengetahui lebih jauh seluk-beluk kaset dengan sampul wajah yang khas itu, kami ngobrol-ngobrol dengan Frankie yang tinggal di Brooklyn, New York lewat chat Facebook. Simak obrolan kami dengan dia:

VICE Indonesia: Kenapa kamu memutuskan untuk mengoleksi kaset-kaset musisi Asia? Frankie: Saya baru mulai mengoleksi musik bulan Mei 2017. Sebelumnya saya tidak punya satupun kaset, CD ataupun piringan hitam, tapi saya selalu suka musik. Ada beberapa faktor yang membuat saya mulai membeli kaset-kaset ini. Saya dari New York, jadi saya terbiasa terpapar ke berbagai budaya dari seluruh dunia. Di area saya tinggal di Brooklyn, satu blok isinya toko kue Italia, blok berikutnya penuh pasar ikan dan restoran Tionghoa, blok lainnya lagi penuh dengan kafe Spanyol dan barang-barang Amerika Latin. Saya sudah mendengar musik dari berbagai penjuru dunia lewat radio mobil, orang berjalan-jalan sambil mendengarkan musik, dan musik yang diputar di toko-toko. Sangat segar rasanya mendengarkan musik yang baru dan berbeda. Menurut saya, musik tradisional Tionghoa dan Pop Kanton rasanya menenangkan, jadi saya suka banget genre itu. Sejujurnya, saya penggemar musik elektronik. Saya suka apapun dari Ambient, Chiptune, EDM hingga Plunderphonics. Saya menemukan sebuah genre bernama Vaporwave dan mulai mengoleksi kaset dari genre tersebut.

Iklan

Tonton seri dokumenter VICE yang menampilkan musisi-musisi berbahaya dari kancah kontemporer Indonesia:


Beberapa desainnya menampilkan penyanyi atau model dari Asia dan banyak lagu yang disampel di Vaporwave diambil dari Pop Kanton atau City Pop. Maka saya mulai mencari artis-artis ini, termasuk Zheng Yi, Tatsuro Yamashita, Chisato Moritaka dan banyak lainnya. Ketika saya mulai mengoleksi musik jenis ini, saya menemukan dunia baru yang luar biasa.

Sekarang saya punya kaset dari Cina, Jepang, Korea, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Filipina. Tapi yang penting bukan banyaknya koleksi kok. Saya sayang dengan koleksi saya karena kualitasnya. Semua kaset yang saya miliki bermakna bagi saya, dan itu yang terpenting.

Apakah kamu mengoleksi kaset demi desainnya?
Sebagian besar musiknya. Saya menganggapnya seperti kencan. Awalnya kamu tertarik dengan orangnya, biasanya berdasarkan penampilan fisik (estetika), tapi kemudian kamu semakin kenal dengan orangnya (mendengarkan musik) dan menyadari seperti apa mereka dan memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak. Semoga analogi tadi masuk akal.

Saya sangat suka desain dari kaset-kaset ini. Ya kayak bonuslah kalo musiknya bagus juga. Dan bukan hanya itu, kaset-kaset ini biasanya disertai booklet dan case dengan desain ekstra dan kertas informasi tentang kaset dan lirik lagu-lagunya. Menurut saya mereka jauh lebih baik dari kaset-kaset AS dalam hal tersebut. Biasanya kaset-kaset ini terlihat dibuat dengan banyak keterampilan dan perhatian ke detail. Tapi gak semua kaset begini sih. Tapi musiknya yang paling penting. Saya tidak peduli seberapa keren sampulnya, kalau musiknya jelek, saya tidak akan mengoleksinya.

Iklan

Kebanyakan kaset vintage memiliki desain yang serupa secara estetika, biasanya menampilkan foto musisi di sampul, bagaimana kamu menggambarkan gaya estetika ini? Apakah kamu suka dengan gaya seperti ini?
Iya ini sebagian besar benar, terutama kaset-kaset Enka dalam koleksi saya. Ada bahkan kaset-kaset yang menampilkan foto penyanyinya saja, tanpa nama. Saya tidak punya kata yang pas untuk menggambarkannya. Konsepnya lumayan sederhana. Banyak kaset-kaset ini berfokus di kemampuan olah vokal penyanyinya, jadi mungkin itu satu alasan kenapa banyak sekali sampulnya menampilkan foto musisinya. Musik di banyak kaset Enka dan Karaoke itu mirip-mirip. Banyak musisi yang berbeda menyanyikan lagu yang sama atau serupa, jadi memamerkan wajah penyanyinya sangat penting. Secara musikal sih banyak yang mirip-mirip. Semuanya bagus. Beli kaset kayak gitu di mana? Discogs atau pasar loak?
Discogs bukan tempat yang pas untuk mencari kaset-kaset macam ini. Saya sampai membuat daftar setiap kaset yang saya temukan sejauh ini. Kirain berhubung saya tinggal di New York, kaset-kaset ini akan mudah ditemukan, tapi ternyata tidak! Yang terdekat adalah di sebuah Deli Vietnam bernama Sau Voi yang menjual VHS dan CD musik. Mereka juga jual laserdisc kalo enggak salah. Setiap kali saya mampir, saya selalu melihat-lihat koleksi musik mereka, tapi ternyata saya doang yang sering melakukan ini.

Saya punya beberapa teman di Jepang dan Indonesia yang membantu saya menemukan kaset-kaset ini. Saya juga menggunakan jasa pengiriman seperti SuperBuy, ZenMarket dan Jauce. Saya menggunakan Jauce agar bisa ikut pelelangan Yahoo Auction Jepang. Lewat situlah saya mulai membangun koleksi City Pop saya. Beberapa kaset juga saya dapat dari kolektor pribadi. Ternyata kaset sulit ditemukan, bahkan di toko-toko di Asia. Ya maklum sih, kaset kan format ketinggalan zaman ya, jadi ini enggak heran.