vaping

Memahami Penyebab Sampai Ada Ilmuwan Pro dan Anti-Vape

Kedua belah pihak berlomba membuktikan manfaat dan bahaya nge-vape.
Hannah Smothers
Brooklyn, US
Seseorang memegang vape dan rokok, dan emoji tanda tanya
Sumber foto ilustrasi Getty Images

Beberapa bulan terakhir, orang-orang mulai mempertimbangkan kembali alasannya pakai vape. Sebenarnya boleh atau tidak? Namun, menurut Bloomberg, keributan ini paling sering datang dari kalangan ilmuwan. Selama efek samping vape belum bisa dipastikan, maka dunia medis akan terus terjebak dalam peperangan mereka.

Kita membutuhkan temuan objektif, tetapi sepertinya baru akan terwujud dalam waktu lama. Saat ini, belum ada cukup data yang bisa menentukan dampak jangka panjang rokok elektrik terhadap kesehatan. Rokok dulu juga mengalami drama seperti ini karena sama sekali tak ada gambaran betapa merugikannya rokok. Akan tetapi, kasusnya beda dengan e-cig karena rokok bukanlah benda alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk. Makanya, manfaat kesehatan relatif rokok tidak dapat dibantah seperti yang dihadapi vape.

Iklan

Kelompok anti-vape menerbitkan temuan demi temuan yang menunjukkan risiko kesehatannya. Rokok elektrik dikatakan mengandung zat pemicu kanker, dan bisa bikin orang ketagihan nikotin dengan produk berperisa. Penelitian lain menjelaskan betapa pemahaman yang kurang soal kandungan vape, baik pelarut maupun perisanya, sangatlah berbahaya.

Sementara itu, pendukung vape menyimpulkan dampak negatif rokok elektrik tak seburuk rokok biasa. Berdasarkan laporan Bloomberg, peneliti pro-vape sampai mengirimkan surat, menulis blog independen dan mengedarkan petisi yang menyerukan pencabutan studi menolak vape. Peneliti anti-vape memberi tahu Bloomberg kritik pro-vape sangat seragam sehingga terasa “terorganisir”. Kalangan satunya lagi tentu langsung membantah.

Pada 2015, David Peyton selaku guru besar kimia di Portland State University merasakan langsung serangan dari pendukung vape setelah menerbitkan studi yang menunjukkan rokok elektrik menghasilkan lebih banyak formaldehyde. Bloomberg membeberkan studinya dikritik habis-habisan di internet. David dan rekan bahkan menerima banyak sekali email berisi ujaran kebencian. Konstantinos Farsalinos adalah ilmuwan yang secara terang-terangan mendukung vape. Ahli jantung Yunani tersebut selalu membicarakan keuntungan rokok elektrik di setiap kesempatan, dan menerbitkan berbagai studi dan blog tentang itu. Menurut Bloomberg, dia juga mengambil dana dari hal-hal yang berkaitan dengan rokok elektrik.

Bukan hal aneh jika ilmuwan berada dalam dua sisi berbeda. Pendapat soal vaksinasi saja banyak yang bertentangan, kok. Awal tahun ini, sebuah studi menunjukkan daging merah tak sebahaya yang dipikirkan selama ini. Sialnya, peneliti utama ketahuan menutup-nutupi hubungannya dengan industri makanan di masa lalu. Hal ini memperkeruh etika ilmu pengetahuan yang telanjur buram.

Hubungan kubu pro-vape dengan industri terkait sudah lama diketahui, tetapi taruhan pribadi yang dimiliki peneliti adalah hal baru. Tak mengherankan jika ahli jantung seperti Konstantinos ada di garis depan membela vape dan melawan penelitian bertentangan, mengingat tingkat penggunaan rokok di negaranya tertinggi di dunia dan dia sendiri menggunakan vape untuk berhenti merokok. Rokok dapat membunuh manusia, seperti yang telah dilakukan kepada 480.000 orang Amerika. Belum ada efek samping yang pasti untuk rokok elektrik. Sejauh ini, baru ada 37 kasus orang tewas di AS karena sakit paru-paru yang sepertinya tak berkaitan dengan vape (mungkin karena produk THC). Diperlukan data dan bukti yang objektif untuk menghentikan perselisihan sengit ini.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.