FYI.

This story is over 5 years old.

Ibadah Haji Menjadi Penyelamat Ekonomi Arab Saudi

Kerajaan Petro Dollar itu mengalami guncangan setelah harga minyak anjlok. Pembangunan hotel penunjang haji dan umroh diharapkan jadi jalan keluar.

Arab Saudi berusaha mengurangi ketergantungan pemasukan dari penjualan minyak mentah. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Kerajaan Petro Dollar itu berusaha kembali menggairahkan bisnis yang pernah jadi tumpuan mereka pada era sebelum 1930-an: Ibadah Haji dan Umrah. Momen ziarah jutaan muslim sedunia itu mendatangkan banyak uang. Konsentrasi massa terbesar tentu saja di Kota Suci Makkah, yang sesuai Rukun Islam wajib didatangi setiap muslim yang sehat dan punya kemampuan finansial, setidaknya sekali seumur hidup. Pada puncak ibadah haji yang berlangsung lima hari, lebih dari dua juta muslim dari seluruh dunia akan tumpah ruah di Kota Makkah. Sedangkan di bulan-bulan lainnya, jutaan orang tetap datang melaksanakan Umrah.

Iklan

Kerajaan Arab Saudi belum lama ini mengumumkan rencana pembangunan jangka panjang hingga 2030. Dalam dokumen tersebut, disebut dengan jelas betapa pembangunan infrastruktur penunjang Makkah dan Madinah—kota suci terpenting kedua dalam ajaran Islam—akan terus ditambah. Proyek ini mencakup tambahan moda transportasi, bangunan pencakar langit baru, serta pembukaan toko ritel merek-merek premium yang semakin mewarnai Makkah. Ambisi Saudi membuat sebagian penduduk asli Makkah merasa tidak nyaman. Sebagian menjadi korban penggusuran, sebagian lagi khawatir bisnis mereka akan tamat karena ekspansi investor asing di lokasi sekitar Kabbah.

Namun di luar konflik tersebut, Saudi sepenuhnya siap memanfaatkan wisata religi sebagai tambang uang baru untuk menggantikan minyak yang belum terlihat akan bangkit harganya dalam waktu dekat. Kerajaan ini ingin jumlah jamaah haji dan umroh meningkat dua kali lipat satu dekade mendatang.

Simak video liputan VICE News tentang rencana Saudi mengkapitalisasi ibadah haji berikut ini: