FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Apa Kata Orang Tentang Program ‘Tangkap-Tikus-Dapat-Duit’ di Jakarta

Pemerintah Jakarta telah mengajukan sebuah rencana untuk membayar Rp20.000 untuk setiap tikus yang ditangkap warga, baik hidup atau mati. Akan berhasilkah program ini?
Foto via Flicke/Qik Squirrel

Ibu kota Jakarta memiliki masalah tikus serius. Binatang kecil yang kotor ini ada di mana-mana. Tikus-tikus ini berlarian menyeberang jalan, nongol dari got-got di pinggir jalan, dan mungkin sekali-dua kali pernah nyemplung di piring bakso anda.

Selama tiga tahun saya tinggal di Jakarta, tikus menjadi semacam gangguan yang rutin, namun masih bisa ditoleransi. Mungkin di kota atau negara lain, tikus-tikus ini akan dianggap sebagai musuh nomor satu. Namun di sebuah kota yang sering kebanjiran, macet setiap harinya, dan punya infrastruktur publik yang buruk, rasanya gangguan tikus tidak dianggap sebagai masalah serius.

Iklan

Tapi ternyata asumsi saya keliru. Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat telah menyiapkan dana sebesar Rp80 juta untuk membasmi tikus. Lalu apa rencana Djarot? Gampang, iming-imingi penduduk Rp20.000 untuk setiap tikus yang ditangkap, hidup atau mati.

Bos Djarot, Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja 'Ahok' Purnama langsung mengklarifikasi rencana ini dan mengatakan program berburu tikus ini hanya akan ditawarkan sekali saja. Ahok khawatir program ini akan dimanfaatkan orang-orang pencari untung dadakan dengan menyebar tikus-tikus di jalanan lalu menangkap mereka. Bila hal ini terjadi, usaha pemerintah menanggulangi masalah tikus di Jakarta bakal sia-sia.

Sudah sepatutnya Gubernur DKI khawatir soal ini. Nyatanya, sebuah program serupa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kolonial Inggris di Kota Delhi demi menyingkirkan ular kobra gagal total, sampai-sampai para ahli ekonomi menciptakan istilah baru menggambarkan fenomena ini: The cobra effect.

Sejauh ini reaksi terhadap gagasan pemprov bermacam-macam. Ada yang geli terhibur, ada juga yang agak panik. Para ahli meragukan efektivitas program berburu tikus.

"Program ini perlu dikaji lebih jauh karena akan mempengaruhi banyak orang di wilayah yang luas," kata Medrial Alamsyah, ahli kebijaksaan publik dari Jakarta. "Tanpa mekanisme yang jelas tentang bagaimana program ini akan dieksekusi dan bagaimana orang-orang akan dibayar, menurut saya program ini tidak akan efektif. Malah bisa terjadi kekisruhan."

Iklan

Kami bertandang ke Jakarta Pusat, bertanya pada warga terkait apa rencana mereka jika program 'tangkap-tikus-dapat-duit' resmi dijalankan.

Junaedi - PKL, 44 tahun

Foto oleh penulis.

VICE: Pemerintah Jakarta berencana menawarkan Rp20.000 untuk setiap tikus yang bisa ditangkap.
Junaedi: Saya baru baca kemarin di koran. Katanya siapa yang berhasil nangkap tikus satu, langsung dapat 20 ribu.

Ini program yang tidak lazim ya. Apakah biasanya orang memburu tikus demi uang?
Saya biasanya sama orang-orang di sekitar rumah memang suka membasmi tikus. Setiap malam sekitar jam 11, tikus-tikus kami tembakin pakai bedil angin. Saya memang sudah biasa.

Banyak banget tikus di Jakarta. Ngeri ya.
Banyak, apalagi di pinggir-pinggir kali.

Apa yang anda akan lakukan jika program ini benar-benar dilaksanakan?
Nanti kalau benar peraturan itu dilaksanakan, saya akan mengajak teman-teman untuk berburu. Setiap malam biasanya saya dapat 12 tikus dalam waktu empat jam.

Tamid - PKL, 34 tahun

VICE: Bapak sudah dengar bahwa pemerintah Jakarta akan membayar penduduknya untuk menangkapi tikus?
Tamid: Oh ya? Saya sih sebenarnya baru dengar.

Kalau ini benar akan dilaksanakan, apa yang bapak akan lakukan?
Kalau duitnya nyata dan kontan langsung dikasih, saya sih mau ikutan. Soalnya daripada saya nganggur kayak gini kan.

Apa iya masalah tikus di Jakarta sudah separah itu?
Buat saya, tikus memang masalah—apalagi menyangkut kesehatan. Masalah tikus di Jakarta udah parah sih.

Iklan

Indra - PKL, 37 tahun

VICE: Bapak sudah dengar rencana pembasmian tikus di Jakarta?
Indra: Sudah! Saya sempat baca sih di koran.

Kira-kira akan berhasil tidak program ini?
Kalau menurut saya sih nggak bakalan efektif lah. Tikus itu ciptaan Allah, jadi mana bisa dibasmi.

Menurut bapak, program ini akan dimanfaatkan orang-orang tidak? Kan bisa aja orang-orang malah berternak tikus.
Bisa aja dibisnisin nanti. Nanti orang mendingan cari tikus daripada usaha atau kerja. Ngapain capek-capek. Atau malah nanti orang-orang ternakin tikus aja buat dapat uang.

Muhammad Aziz - tidak diketahui, 38 tahun

VICE: Menurut anda apakah program ini akan menyelesaikan masalah tikus?
Nggak bakal efektif lah. Nggak masuk logika. Ibaratnya orang dikasih Rp50 ribu juga orang geli. Tikus itu ngeri tahu.

Terus apa dong yang bisa bikin program ini lebih efektif?
Saya jamin program ini nggak akan efektif, kecuali pihak pemerintah menugaskan semacam dinas kebersihan. Itu kedengarannya lebih realistis.

Seberapa parah sih masalah tikus di sini?
Masalah tikus di Jakarta memang mengganggu banget. Mereka ada di got-got, di jalanan. Parah sih masalah ini.

Interview-interview ini telah dipadatkan dan disunting agar lebih jelas.