FYI.

This story is over 5 years old.

Sains

Debat Panas Internet Terbaru: Perempuan Dalam Siluet Ini Berputar ke kanan atau kiri?

Semua penjelasan yang kalian baca tentang ilusi optik buatan Nobuyuki Kayahara ini ternyata keliru.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Saya memelototi karya visual Nobuyuki Kayahara,  "spinning dancer" selama lima menit tanpa henti. Rasanya seperti kena hipnotis. Di mata saya, siluet wanita itu berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Kadang, arah putarannya berbalik arah, begitu saja.

Lama-lama video ini bisa bikin saya gila. Perempuan dalam siluet itu terus berputar. Begitu terus. Masalahnya sebagian orang bersumpah melihat sosoknya berputar searah jarum jam. Sebagian lainnya yakin putarannya berlawanan dengan jarum jam. Sebuah video yang diunggah Youtube berusaha menjelaskan fenomena ini. Katanya sih, persepsi yang berbeda-beda ini menunjukkan belahan otak mana yang lebih dominan dari si penonton. Kalau bagian kanan otak lebih dominan, siluet itu akan terlihat berputar searah jarum jam. Begitu juga sebaliknya, jika bagian belahan kiri otak anda lebih aktif, perempuan dalam siluet itu akan berputar melawan arah jarum jam. Yang menarik, jika anda kebetulan punya IQ yang tinggi, siluet itu akan bergerak ke dua arah.

Iklan

Penjelasan itu bikin saya penasaran. Apakah saya ternyata seorang yang jenius atau jangan-jangan saya cuma seorang blo'on yang tak bisa mengontrol kerja otak?

Daripada mati penasaran, saya meminta bantuan Arthur Shapiro dan Niko Troje untuk menjelasakan apa yang terjadi di otak. Shapiro dan Troje adalah ilmuwan yang membongkar ilusi karya Kayahara melalui Oxford Compendium of Visual Illusions.

Sebelum menghubungi mereka, saya terlebih dulu menonton video youtube yang berusaha menjelaskan teori keduanya. "Ah itu cuma omongan ngelantur," ujar Shapiro, seorang profesor ilmu komputer di American University sekaligus pencipta ilusi optikal color wagon wheel. Dia bilang munculnya persepsi gerakan siluet membingungkan itu tak melulu tentang bagian otak mana yang lebih aktif.

Sekarang, saya lumayan lebih tenang. Setidaknya, kita tidak harus jadi sepintar Neil DeGrasse Tyson untuk menikmati fenomena ini. Saya lalu curhat tentang bagaimana tak enaknya merasa kesulitan mengendalikan otak sendiri. Saya juga sempat bertanya pada Shapiro dan Troje, tentang kemungkinan membuat siluet itu berputar ke dua arah, sesuai kehendak saya.

Mereka lekas menyetujui permintaan saya. Sebelum melakukannya, mereka merasa perlu menjelaskan bahwa ilusi video Kayahara termasuk ke dalam kategori reversible images. Meski gambarnya bergerak, siluet perempuan ini masih memiliki banyak kesamaan dengan ilusi optikal statis seperti Kubus Necker.

Iklan

Kubus Necker bisa dilihat dengan beberapa cara: entah itu dengan menganggap panel kanan bawah kubus sebagai muka atau bagian belakang kubus. Ilusi Reversible Image membuat kita bingung karena sifatnya yang ambigu, ujar Troje, direktur BioMotion Lab di Queens University. Ilusi optik seperti memang tak menyertakan bukti yang kuat yang mudah dipahami otak ini.

Celakanya, citra seperti ini tak disukai otak kita. Otak manusia tidak mampu memahami gambar-gambar yang tak masuk akal. Yang akhirnya terjadi adalah otak menempatkan "arti" gambar padahal sebenarnya gambar itu tak punya arti. Gampangnya, otak kita berusaha menebak dan kita sering melakukan ini. "(ini terjadi) karena sebenarnya dunia yang kita tinggali punya banyak lingkunganya yang miskin informasi."

Ketika anda menyetir di malam hari, misalnya. Otak akan memproyeksikan citra trotoar dalam kegelapan di sekitar anda sebab jika tidak anda pasti sudah ciut duluan. Dalam kasus ilusi Spinning Girl, ada banyak daerah gelap terutama di bagian yang menentukan persepsi mereka yang menatap karya itu. "Siluet memang ambigu banget," ujar Shapiro. "Kalau menambah data ke dalam gambar ini, misalnya siluetnya anda pakaikan celana pantai warna-warni, otak anda langsung bisa membongkar ilusi ini."

Dan memang benar. Hanya dengan menambahkan garis kontur seperti yang terlihat dalam video ini. Siluet perempuan tak lagi bikin pusing. Putarannya kini cuma satu arah saja.

Iklan

Tapi kok saya merasa seperti baru menggunakan cara curang. Beruntung, Shapiro lansung menyakinkan, jika semua manusia memecahkan ilusi ini hanya bermodal otak. "Coba deh tutup semua bagian kecuali kaki yang menyentuh tanah." ujarnya. Santai saja. Lihat terus bayangan yang ada di bawah telapak kaki siluet. Sekarang, bayangkan anda bergerak ke atas dan ke bawah. "Kalau kamu ingin dia berganti arah, bayangkan saja kalau kamu sedang merekam gambar siluet dari bawah. Setelah itu, bayangkan kami memfilmkan siluet dari atas."

Benar juga! Jika saya melihatnya dari atas siluet akan bergerak searah jarum jam. Sebaliknya, jika dilihat dari bawah, putarannya akan melawan jarum jam.

Menurut Shapiro dan Troje, kebanyakan orang melihat siluet bergerak searah jarum jam. Nah, gambar tampak berputar berlawanan dengan putaran jarum jam, pasti saya melihatnya dari atas. Apakah ini artinya saya lebih blo'on dari orang kebanyakan? Engga dong, ujar mereka berdua. Lebih dari itu, arah putaran siluet ternyata hampir tak ada hubungannya dengan belahan otak kanan atau kiri. "Memang, tiap belahan punya tugas yang spesifik. Tapi tidak segampang itu bilang belahan otak ini lebih aktif dari belahan lainya." ucap Shapiro.

Shapiro dan Troje lantas menjelaskan lebih detail bahwa perbedaan arah putaran tak melulu soal kegiatan otak kita. Guna mendukung pernyataan ini, mereka menyodori saya setumpuk hasil penelitian mengenai "keterpisahan belahan otak" dan percayalah, penelitian ini bisa bikin anda terkagum-kagum sekaligus mulas.

Iklan

Penelitian tentang kerja belahan otak dimulai pada era 1960-an ketika para ilmuwan tengah mencari cara mengobati epilepsi. Asumsi yang berkembang di kalangan ilmuawn waktu itu, kejang-kejang dipicu epilepsi bisa ditangani jika hubungan antara kedua sisi otak dihilangkan. Tak tanggung-tanggung, para ilmuan masa itu memotong bagian otak yang dinamai corpus callosum, sekelompok serat yang menghubungkan dua belahan otak pada pasien pengidap epilepsi

Asumsi mereka pada saat itu kira-kira begini: seharusnya pasien epilepsi tak bisa menyebutkan nama obyek yang ditunjukkan wilayah visual kiri karena wilayah itu terhubung dengan belahan otak kanan yang memproses pikiran non-verbal. Nyatanya, beberapa pasien bisa mengenali obyek yang disodorkan, sementara pasien lainnya gagal. Ini yang bikin ilmuwan kebingungan.

Akhirnya mereka bereksperimen dengan sebuah permainan sederhana. Mereka menempatkan titik di wilayah visual kiri dan kanan secara berurutan. Di mata penderita epilepsi kedua titik itu malah membuat sebuah gerakan, dari kanan ke kiri. Otak mereka secara otomatis mengisi kekosongan informasi dengan sebuah skenario yang paling mungkin terjadi. Para peneliti lalu menyimpulkan bahwa kita tak hanya memiliki satu tapi dua sistem visual yang terpisah. Yakni, corpus callosum yang "baru" berevolusi yang berurusan dengan warna dan pengenalan bahasa dan sistem subcortical yang lebih "tua" yang sensitif terhadap gerakan dan orientasi (kemungkinan bagian ini jadil lebih aktif setelah corpus callosum dipotong.)

Fakta bahwa kebanyakan orang melihat siluet spinning girl berputar searah arum jam kemungkinan besar diakibatkan sistem subcortical yang sangat sensitif. Bagian bekerja di "belakang" proses otak kita, lepas sepenuhnya dari pengaruh belahan otak.

Logikanya kira-kira begini: semua hal, termasuk benda-benda yang berbahaya bagi kita, biasanya terletak di atas permukaan tanah. Ini menguntungkan manusia. Karena kita misalnya cepat mengenali ular yang menggelosor dalam gelap. Jadi, ketika kita disodorkan informasi visual yang ambigu, mata kita otomatis akan melihatnya dari atas ke bawah. Coba lihat kubus neckernya sekali lagi, pasti anda langsung melihatnya dari atas ke bawah.

Memang, bagi saya semua penjelasan itu tak mudah dipahami. Di satu sisi, para peneliti bilang saya ternyata tak bloon-bloon amat sementara di sisi lain, mereka secara engga langsung bilang saya lebih gampag digigit ular dari seluruh orang di bumi.

Eh begitu kan kesimpulannya? Atau salah ya? Ah saya mungkin terlalu lama memandangi siluet sialan itu.