Budaya

Coba Gambarkan Budaya Asia Tenggara, Trailer 'Raya and The Last Dragon' Tuai Kritik

Menurut netizen ASEAN, film animasi terbaru Disney itu lebih terinspirasi budaya Tiongkok dan Jepang. Ucapan desainernya yang mengaku terinspirasi 'Bali' juga menuai sindiran.
Trailer film animasi Disney 'Raya and The Last Dragon' dikritik tak akurat gambarkan budaya Asia Tenggara
Cuplikan adegan Raya and the Last Dragon dari arsip Walt Disney

Sehabis babak belur dikecam gara-gara syuting film Mulan di wilayah bermasalah, sementara pemeran utamanya malah mendukung represi Tiongkok di Hong Kong, Disney kembali menuai kritikan dari para penonton Asia, tepatnya Asia Tenggara.

Respons negatif muncul dari trailer animasi terbaru mereka Raya and The Last Dragon. Lewat video berdurasi dua menit dua detik tersebut, Disney memamerkan desain bangunan dan pakaian berbagai suku yang mereka klaim terpengaruh budaya Asia Tenggara.

Iklan

Muncullah kelompok netizen yang bilang desain kostumnya enggak akurat.  Film ini juga dianggap enggak mencerminkan Asia Tenggara sesungguhnya, melainkan cuma menggambarkan gimana Asia Tenggara di mata orang Barat. Fyuh….

Akun @mossygator_, seorang ilustrator, jadi salah satu yang berpendapat demikian dan diamini banyak orang. Dibanding mirip Asia Tenggara, Mossy (kita panggil saja dia begitu) menganggap desain film ini lebih terasa condong ke kultur Tiongkok dan Jepang. 

Lewat utasnya yang sudah dibagikan lebih dari 8 ribu kali (per 23/10), Mossy menjelaskan beberapa hal yang jadi perhatiannya. Pertama, desain bangunan di film terlampau polos dan bersih, padahal bangunan Asia Tenggara dekoratif banget dengan berbagai ukiran mencolok. Kedua, kostum berbagai suku di Raya juga terlalu simpel dan modern, tanpa aksesori dan desain detail yang heboh. Ketiga, gambar naga dalam film juga ia anggap bergaya Tiongkok dan Jepang.

Pengguna Twitter lain dengan akun @willatastic09 turut membuat utas mengkritik visual film dari segi periode. Ia menjelaskan bagaimana Raya gagal menggambarkan pengaruh yang berasal dari suatu masa spesifik, padahal Frozen dan Tangled, karya Disney lainnya, saja berhasil. Seperti Eropa, Asia Tenggara juga memiliki beberapa era mulai dari pra-sejarah, masa Hindu-Buddha, sampai era Islam. Raya, menurut pemilik akun ini, enggak jelas menggambarkan masa mana yang dicatut.

Iklan

Lebih lanjut, beberapa netizen menyorot pemaksakan gabungan budaya dari berbagai negara Asia Tenggara—alih-alih memilih satu budaya spesifik dan memaksimalkannya. Penulis Xiran Jay Zhao menganggap keputusan ini bersifat bisnis, Disney ingin membuat segalanya lebih umum dan luas demi menarik sebanyak mungkin penonton Asia Tenggara.

Kritik netizen juga berlanjut ke konsep cerita yang mereka anggap mirip Avatar: The Legend of Aang, atau secara sarkas ngomong gimana gambar naga di film ini lebih terinspirasi ilustrasi barong di kaos oleh-oleh Bali.

Pembahasan isu ini sempat memanas setelah desainer produk Raya Mingjue Helen Chen dianggap insensitif dengan menyebut “Bali, Kamboja, dan Laos” saat ditanya negara Asia Tenggara mana yang mereka kunjunginya demi mencari inspirasi. Hadeh, kenapa orang selalu lupa sama Indonesia dan cuma inget Bali sih? Mingjue sudah menghapus cuitan tersebut dan meminta maaf.

Raya and the Last Dragon digarap oleh sutradara Don Hall (Winnie the Pooh, Big Hero 6, Moana) dan Carlos López Estrada (SummertimeBlindspotting), diproduseri oleh Osnat Shurer (MoanaBig Hero 6Frozen) dan Peter Del Vecho (FrozenFrozen IIWinnie the Pooh), serta ditulis skenarionya oleh Adele Lim dan Qui Nguyen (Crazy Rich Asians).

Tokoh Raya diisi suaranya oleh aktris berdarah Amerika-Vietnam Kelly Marie Tran (Star WarsThe Croods: A New Age). Awalnya, Raya direncanakan rilis pada November 2021. Disney mengundurkan jadwal edar ke Maret 2021 dengan alasan pandemi.