Politik Internasional

Sudah Enyah dari Gedung Putih, Iran Masih Ancam Bunuh Trump Saat Main Golf

"BALAS DENDAM TIDAK ADA BATAS WAKTUNYA," demikian kutipan akun Twitter mewakili ayatullah Iran, yang dendam sama Trump karena jenderalnya dibunuh pakai bom via drone.
Pemimpin Iran Ayatullah Ali Khamenei Ancam Bunuh Trump Saat Main Golf
Cuplikan meme upaya pembunuhan Trump yang dibuat oleh jubir Ayatullah Iran.

Ketika orang-orang di seluruh dunia berusaha move on dari sosok Donald Trump, serta membiasakan diri presiden Amerika Serikat sekarang adalah Joe Biden, ada satu negara yang ternyata masih terobsesi sama Trump. Negara itu adalah Iran, yang dendam banget sama era pemerintahan Trump, lantaran membunuh jenderal mereka, serta menjatuhkan sanksi ekonomi lebih keras atas tuduhan proyek pengembangan senjata nuklir.

Iklan

Akun twitter kantor berita milik pemerintah Iran Farsi, pada akhir pekan lalu, sampai mengunggah postingan kontroversial mengutip pernyataan sang pemimpin tertinggi, Ayatullah Ali Khamanei. Dalam postingan itu, nampak sosok Trump sedang asyik main golf disorot dari udara, tapi diberi caption bernuansa mengancam.

“BALAS DENDAM TIDAK ADA BATAS WAKTUNYA,” demikian kutipan di postingan tersebut dalam bahasa inggris (yang memang pakai huruf kapital). Postingan ini seakan memberi indikasi bahwa militer Iran memiliki kemampuan untuk mengirim drone dengan bom, untuk menghabisi sang mantan presiden ke-45 Amerika. “Pembunuh yang memerintahkan tindakan pengecut yang menewaskan Soleimani harus tahu, bahwa maut bisa datang kapan saja.”

Postingan yang sama muncul di situs resmi Ayatullah Ali Khamenei. Akibat konten bernuansa ancaman itu, manajemen Twitter segera menonaktifkan akun Farsi.

Sebagai pengingat, Iran dan Amerika Serikat sejak dekde 1970’an sudah sering bersitegang. Terutama karena gerakan ulama syiah di Iran sukses menjalankan revolusi Islam, menggulingkan pemerintahan Shah Reza Pahlevi yang disponsori AS demi menguasai industri minyak mereka.

Di era Barack Obama, hubungan AS-Iran sempat agak melunak. Sanksi dicabut, selama Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir. Tapi setelah Trump berkuasa, sanksi ekonomi dijatuhkan lagi. Tak hanya itu, Trump menyetujui operasi militer AS membunuh Mayor Jenderal Qasem Soleimani, petinggi Garda Revolusi Iran, pada Januari 2020.

Iklan
Screen Shot 2021-01-22 at 11.01.34 AM.png

Sang jenderal adalah orang kepercayaan Ayatullah Ali Khamenei, disebut-sebut sebagai koordinator terpenting jejaring milisi syiah pro-Iran di berbagai negara Timur Tengah. Pembunuhan Soleimani diyakini pengamat sebagai cara Amerika merebut hati Arab Saudi, sekutu penting mereka di Timur Tengah, yang membenci Iran.

Ancaman ini muncul hanya beberapa hari sebelum peringatan satu tahun pembunuhan Mayjen Soleimani. Belum ada tanggapan resmi dari Trump merespons ancaman pemimpin Iran.

Iran saat ini masih ngotot melakukan pengayaan uranium hingga 20 persen, dengan alasan teknologi nuklir mereka untuk kebutuhan listrik dalam negeri. Israel, sekutu utama AS di TimTeng, merupakan pihak utama yang tidak percaya sama alasan Negeri Para Mullah, dan membujuk Trump agar bersikap keras pada rezim Teheran.

Joe Biden sendiri, sebelum resmi menjabat, pernah bilang siap membuka peluang renegosiasi dengan Iran soal kebijakan nuklir mereka.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News