Korea Utara

Anak-Anak Yatim Korut Bekerja di Tambang, Kata Pemerintahnya Mereka Sukarelawan

“[Anak-anak yatim piatu itu] yang minta dibolehkan bekerja di sektor strategis, demi kejayaan sosialisme,” demikian pernyataan dari Kemlu Korut.
Junhyup Kwon
Seoul, KR
Anak-Anak Yatim Korut Dipaksa Bekerja di Tambang dan perkebunan dengan kedok sukarelawan
Diktator Korut Kim Jong-un mengunjungi asrama di sebuah panti asuhan pada 2 Februari 2017. Foto dari  

Korea Utara memiliki program perekonomian anyar yang memicu kritik dari dunia internasional. Sebab, kali ini anak-anak penghuni panti asuhan dari berbagai kota dikerahkan untuk bekerja “secara sukarela di pertambangan batu bara dan perkebunan” yang vital bagi Korut. Menurut berbagai lembaga pemantau HAM, Korut sejak lama punya masalah serius buruh anak.

Uniknya kali ini pengerahan buruh anak tersebut diumumkan besar-besaran oleh kantor berita pemerintah Rodong Sinmun pada 30 Mei 2021. Menurut keterangan versi Pyongyang, anak-anak yatim piatu dari berbagai panti asuhan bukan disuruh bekerja, melainkan “mereka menawarkan diri bekerja sukarela ke berbagai proyek strategis bagi kepentingan sosialisme.”

Iklan

Laporan tersebut menampilkan foto bocah lelaki maupun perempuan, mayoritas belum genap 12 tahun, menjalani upacara pelepasan sebelum berangkat ke tambang batu bara, pabrik, atau perkebunan milik negara. Tidak dijelaskan detail apa saja beban kerja anak-anak yatim piatu tersebut setiba di lokasi. Namun surat kabar pemerintah Korut mengklaim “mereka sangat bangga karena bisa turut berjuang memakmurkan bangsa.”

Kim Jong Un Orphans Children North Korea

Anak-anak yatim piatu ini, dijuluki sukarelawan oleh pemerintah Korut, dalam upacara pelepasan sebelum bekerja di industri strategis. Foto dari arsip Rodong Sinmun

Rodong Sinmun menyebut jumlah anak yatim yang menjadi sukarelawan awal dalam program ini mencapai 150 orang, dari panti asuhan kawasan Tonghae dan Sohae. Dalam laporan terpisah, berlangsung pengiriman lebih dari 700 lulusan SMP di Korut (yang beberapa yatim piatu juga) ke proyek-proyek perkebunan.

Berbagai lembaga pengamat HAM internasional sejak lama menuding Korea Utara mengeksploitasi anak-anak yatim untuk menjadi tenaga buruh yang lebih mirip perbudakan. Dari temuan organisasi Human Rights Watch yang mendapat informasi A1 di lapangan, buruh anak Korut diberi beban berat, antara lain memecah batu, menanam benih di sawah, sampai memunguti pecahan besi di pabrik.

Pyongyang berupaya mengelak dari berbagai tudingan tersebut. Menurut Korut, di negara maju macam Amerika Serikat yang membela HAM, anak-anak terteror oleh kekerasan senjata api tiap hari. Dengan argumen itu, Korut merasa apa yang dialami buruh anak di negara mereka tidak seberapa.

Sedangkan pada 25 Mei 2021, Kementerian Luar Negeri Korut merilis pernyataan resmi mengenai kondisi anak di negara mereka. Menurut pemerintah, rezim Kim Jong-un berhasil menciptakan lingkungan yang menduung tumbuh kembang anak secara maksimal. “Berkat arahan pemimpin besar kita, anak-anak Korut kini bisa bersinar terang dan tumbuh dalam naungan sistem sosialisme.”

Follow Junhyup Kwon di Twitter.