sains dan teknologi

Hewan Mulai Berkembang Biak di Lokasi Bencana Nuklir Fukushima

Jumlah satwa liar di sekitar Zona Evakuasi Fukushima ternyata melimpah ruah, menandakan radiasi sudah tak ada lagi.
Kera yang hidup di Zona Eksklusi Fukushima
Kera yang hidup di Zona Eksklusi Fukushima. Gambar: UGA

Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi meledak lebih dari delapan tahun lalu, menjadikannya bencana nuklir paling dahsyat sejak Chernobyl. Ledakan tersebut dipicu oleh gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011.

Namun, siapa sangka satwa liar justru berkembang pesat di wilayah evakuasi sekitar reaktor nuklir yang dikenal sebagai Zona Eksklusi Fukushima. Fakta ini dipaparkan dalam studi terbitan jurnal Frontiers in Ecology and the Environment.

Iklan

Temuannya mirip seperti yang terjadi di Zona Eksklusi Chernobyl, Ukraina. Satwa liar tumbuh subur di lokasi tersebut setelah warga mencari perlindungan ke tempat lain.

“Ini bukti pertama satwa liar bisa berkembang di Zona Evakuasi Fukushima, meskipun ada kontaminasi radiologis,” James Beasley, ahli biologi satwa liar di University of Georgia, menyatakan.

“Hasil penelitian kami menunjukkan spesiesnya semakin berlimpah ketika manusia dievakuasi dari sana,” imbuhnya.

Sekitar 164.000 warga segera dievakuasi dari Fukushima ketika PLTN-nya meledak. Setidaknya ribuan orang masih mengungsi sampai sekarang. Memiliki radius 30 kilometer dari PLTN yang sudah tidak aktif, Zona Eksklusi tak lagi dihuni manusia. Daerah ini dikelilingi zona terbatas dengan kontaminasi menengah. Sementara itu, zona luar sudah bisa dihuni karena tingkat radiasinya masih tergolong aman.

Menggunakan kamera jebakan, tim peneliti mengikuti pergerakan hewan di 106 lokasi selama 120 hari. Hasilnya membuktikan hewan-hewan besar di daerah itu—babi hutan, terwelu, pheasant, kera dan rubah—tidak mengalami penurunan populasi jangka panjang. Selain itu, peneliti menemukan “beberapa spesies jumlahnya sangat berlimpah di daerah evakuasi.”

Para peneliti berujar, “Data ini membuktikan lanskap alami Fukushima kembali pulih setelah ditinggalkan manusia. Kalaupun ada efek paparan radiologis pada mamalia berukuran sedang hingga besar di Zona Eksklusi Fukushima, datanya menunjukkan hanya terjadi pada skala individu atau molekul, dan tampaknya tidak terjadi pada tingkat populasi.”

Walaupun banyak hewan yang terkena dampak radiasi di Fukushima, paparan ini tidak menyebabkan penurunan populasi jangka panjang. Chernobyl memang dipenuhi spesies langka dan anjing, tapi masih mengalami penurunan populasi di daerah yang paling tinggi radioaktifnya.

Kita membutuhkan lebih banyak waktu dan riset untuk memahami dampak jangka panjang kedua bencana ini terhadap satwa liar dalam radius ledakan. Akan tetapi, hasil awalnya memberikan gambaran kehadiran manusia nyatanya jauh lebih merugikan populasi hewan ketimbang bencana nuklir. ‘Kota hantu’ ini menjadi pengingat betapa spesies kembali tumbuh subur ketika tidak ada manusia di sana.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard