Perubahan Iklim

Menemui Para Pembudidaya Terumbu Karang yang Berjuang Memulihkan Ekosistem Laut

Menumbuhkan lagi terumbu karang di kawasan pesisir berbagai negara sangat penting buat menghadapi perubahan iklim.

Sam Teicher dan Gator Halpern mengawali 2019 dengan sangat baik. Mereka masuk Forbes 30 Under 30 dan memenangkan penghargaan PBB Young Champions of the Earth Prize. Tak hanya itu, mereka juga berhasil menarik banyak investor untuk mendanai program penanaman kembali terumbu karang komersial yang tahan terhadap perubahan iklim.

Awal Juni lalu, mereka membuka Coral Vita untuk pertama kalinya di Freeport, Grand Bahama.

Iklan

“Lokasinya sangat bagus. Kami bisa menanam 24 spesies terumbu karang,” ujar Gator. “Kami hampir melebihi jumlah yang ditanam.”

Sam dan Gator menggunakan teknik “evolusi terakselerasi” supaya terumbu karang dapat bertahan hidup di kondisi laut yang cepat berubah. Mereka berdua meningkatkan jumlah panas dan keasaman dalam tangki sehingga hanya terumbu karang paling kuat yang bertahan. Terumbu karang ini nantinya akan merimbunkan kembali karang Grand Bahama yang sudah sekarat.

Badai Dorian mengacaukan proyek mereka. Pada 1 September 2019, angin ‘monster’ itu menyapu bersih pulau Bahama, menewaskan setidaknya 70 korban. Ribuan warga lainnya mengungsi ke tempat yang lebih aman. Beberapa wilayah Grand Bahama tak kunjung dialiri listrik pasca-badai.

Sistem pertumbuhan karang mereka hanyut sedalam 17 kaki (5,1 meter). Ombak menyeret tangki hingga berantakan. Akibatnya, operasi Coral Vita terpaksa ditunda.

Kerusakan hebat ini berkaitan erat dengan terumbu karang Bahama yang sudah rusak.

“Badai Dorian menggarisbawahi betapa penting peranan terumbu karang,” kata Sam. “Sama seperti hutan bakau, terumbu karang berfungsi sebagai dinding laut alami. Terumbu karang dapat melindungi kehidupan, infrastruktur, dan rumah ketika badai menerjang.”

Pulau Bahama telah kehilangan 80 persen populasi terumbu karang sejak 1970-an, sehingga tidak mampu menahan gulungan ombak selama Badai Dorian. Akibatnya, karang menghantam pantai dan menghancurkan sisa-sisa struktur asli yang sudah menipis.

Ketika keadaan sudah membaik, investor bertekad menjalankan pembudidayaan dan membuktikan mereka mampu memulihkan terumbu karang yang sudah sekarat. Oleh karena itu, Sam dan Gator kini sibuk memberikan sentuhan akhir pada budidaya kedua mereka dan memanen benih untuk terumbu karang kedua.

“Pemulihan ekosistem alami akan semakin dibutuhkan di saat bencana iklim juga semakin ekstrem,” terang Gator. “Itulah sebabnya kami mempersiapkan terumbu karang unggul yang mampu bertahan dari ancaman badai yang semakin meningkat.”

Tonton dokumenter kami soal perjuangan pembudidaya terumbu karang di Bahama lewat tautan di awal artikel.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News