sains dan teknologi

Ilmuwan Temukan Jejak Bintang Pertama yang Muncul di Alam Semesta

Bintang ini yang pertama menyinari alam semesta, diduga terbentuk dari sisa-sisa ledakan Big Bang.
Ilmuwan Temukan Jejak Bintang Pertama di Alam Semesta
Gambar: ESA

Seandainya kita dapat mengintip jauh ke dalam ruang dan waktu, banyak sekali yang bisa kita pelajari tentang alam semesta, dari awal proses pembentukan hingga akhirnya diterangi bintang-bintang. Itulah sebabnya para ilmuwan bekerja keras mencari bintang pertama yang menyinari alam semesta, terbentuk setelah Zaman Kegelapan selepas Big Bang.

Iklan

Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan internasional berhasil menemukan jejak bintang pertama yang meledak, lalu membentuk objek bintang penerus dari sisa-sisa materi. Mereka menguraikan temuannya dalam karya ilmiah terbitan Astrophysical Journal Letters yang dibahas Sciencealert pekan ini.

Dikenal dengan sebutan Populasi III, bintang-bintang pertama itu diyakini miskin logam, hanya terbentuk dari sisa-sisa helium dan hidrogen dari Big Bang itu sendiri. Bintang tersebut belum pernah terlihat keberadaannya, tapi sekarang ilmuwan mengatakan telah mengamati keturunan langsungnya menggunakan Very Large Telescope milik Observatorium Selatan Eropa (ESO). Itu adalah bintang AS0039 yang berada di galaksi kerdil Sculptor, berjarak sekitar 290.000 tahun cahaya. Ilmuwan menyebutnya sebagai, “bintang paling miskin logam yang pernah ditemukan di galaksi luar mana pun.”

“Fosil bintang kuno ini terbentuk di lingkungan kaya bahan kimia yang lepas setelah bintang pertama yang bermassa sekitar 20 massa matahari mengalami hipernova, yang energinya bisa 10 kali lipat lebih tinggi daripada supernova yang bermassa sama,” terang Asa Skuladottir dan Stefania Salvadori, peneliti dari Program Studi Fisika dan Astronomi Universitas Florence, dalam sebuah pernyataan.  

Iklan

Penelitian mengungkapkan, tidak aneh jika bintang unik ini ditemukan di galaksi Sculptor. Sebagian besar bintang di galaksi itu terbentuk lebih dari 10 miliar tahun lalu, dan ukurannya yang besar (untuk sekelas galaksi tersebut) memungkinkan bintang untuk mengalami hipernova.

Namun, bintang-bintangnya tidak sebesar itu sehingga tanda-tandanya menghilang akibat pembentukan bintang berikutnya. Ini bukan kandidat bintang pertama yang ditemukan terbuat dari sisa-sisa bintang Populasi III, tapi peneliti mengatakan kandidatnya cocok dengan model asal hipernova tanpa memerlukan fisika tambahan.

Dengan mempelajari AS0039 secara lebih dalam lagi, kita mungkin bisa mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang proses bintang menyinari alam semesta yang gelap dan dipenuhi gas.

“Studi menunjukkan analisis fosil bintang tak hanya membantu kami menentukan massa bintang pertama secara tidak langsung, tetapi juga memberikan informasi penting tentang energi ledakan supernova pertama,” tutur Salvadori.