FYI.

This story is over 5 years old.

Sepakbola

Mendatangi Gereja Penyembah Maradona di Argentina

Diego Armando Maradona merupakan pesepakbola terbaik sedunia, tapi tahukah kalian, beberapa penggemarnya menyembahnya seperti Tuhan lho. Tonton dokumenter kami soal gereja tersebut di artikel ini.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE en Español

Kita semua setuju kalau Diego Armando Maradona adalah pemain sepakbola terbaik di dunia. Namun, banyak penggemar menganggapnya Tuhan atau “D10S” (berasal dari kata dios yang berarti "Tuhan" dalam bahasa Spanyol dan diganti dengan "10" nomor punggung Maradona). Kecintaan penggemar terhadap Maradona sangat luar biasa. Tak ada pesepakbola lain yang punya penggemar setia seperti itu. Bagi sebagian orang, dedikasi macam ini terdengar gila.

Iklan

Maradona—yang sering menggunakan sudut pandang ketiga saat membicarakan dirinya sendiri—tak pernah minta dipuja-puja seperti itu. Namun, cabang olahraga ini sudah seperti agama bagi penggemarnya. Itu artinya, Maradona pantas dijadikan Tuhannya. Minimal, memberi jempol di halaman Facebook merupakan salah satu kegiatan beribadah mereka.

Saya pertama kali tahu soal agama Maradoniana beberapa tahun lalu. Dalam agama ini, tidak ada misionaris yang menyebarkan wahyunya. Tak ada penggemar yang menyergap saya di jalanan dan memaksa mengikuti keyakinannya. Saya mengetahuinya dari undangan untuk bergabung ke grup Facebook “Church of Maradona” (Gereja Maradona) yang muncul di notifikasi saya.

"Ratusan ribu penggemar Maradona di seluruh dunia bisa bergabung di gereja ini," begitulah bunyi deskripsi grupnya. "Sepakbola adalah agamanya, dan Maradona Tuhannya."

Gereja Maradona didirikan oleh Alejandro Verón dan Hernan Amez, dua jurnalis yang menjadi penyiar radio sepakbola, aktif di internet dan menggunakan bahasa agama untuk mengungkapkan pengabdiannya kepada pesepakbola Argentina ini. Pada akun Facebook gerejanya, anggota saling berbagi kutipan, foto, kenangan dan video cetakan gol terbaik Maradona. Para umat menyembahnya secara tulus, tidak peduli apa yang pernah dia lakukan dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka percaya Maradona makhluk sempurna dan tidak pernah salah.

Iklan

Verón dan Amez sering mengadakan pertemuan di berbagai tempat di Rosario, Argentina di mana para utusan tuhan berkumpul untuk “misa.” Mereka bahkan punya kitab suci dan 10 Perintah Tuhannya sendiri, termasuk menyebar slogan macam ini: "Sebarkan wahyu-wahyu Diego ke seluruh penjuru dunia" dan "Cintai sepakbola di atas segala-galanya."

Saat kru VICE mendatanginya pada hari Sabtu di Rosario, acara misa diadakan dalam gedung olahraga setempat. Bau arang dan sosis panggang tercium ke seluruh gedung. Di acara ini, saya melihat 20 pria yang mengenakan seragam atau aksesori timnas Argentina.

Rata-rata usia mereka berkisar 15 hingga 70 tahun, dan mereka tidak punya banyak kesamaan selain kecintaannya kepada Maradona. Hanya ada beberapa perempuan yang datang. Mereka duduk mengelilingi meja di ujung seberang ruangan. Mereka sedang bermain kartu, sambil sesekali melemparkan pandangan apatis ke arah kami. Seolah-olah mereka paham dengan agama ini dan segala keanehannya.

Amez dan Verón juga sudah mempersiapkan relik yang dibutuhkan untuk merayakan liturgi hari itu: poster Diego pada setiap jenjang kariernya selama 21 tahun, replika trofi Piala Dunia, dan buku biografi yang mereka anggap sebagai kitab suci. Seorang anggota gereja, Walter Rotundo, membawa putri kembarnya yang masih 5 tahun. Rotundo menamakan anaknya Mara dan Dona. Perayaan itu sangat spesial bagi mereka. Mara dan Dona akan dibaptis di Gereja Maradona. Seperti umat lainnya, mereka berdua memakai seragam Argentina dengan nomor punggung Maradona.

Iklan

"Mereka harus berhenti menggunakan nomor itu selamanya," kata seorang pria di sebelah itu. Dia sedang bersiap-siap membacakan 10 Perintah Diego kepada jemaat.

"Maksudnya di timnas Argentina?" tanyaku.

"Enggak dong. Semua orang harus berhenti menggunakannya," jawabnya.

Amez dan Verón mempromosikan pertemuan anggota di media sosial, tetapi acara ini semakin tidak jelas. Lokasi acaranya ditentukan dengan cepat di halaman Facebook gereja. Para umat Maradoniana datang dari tempat yang jauh, melewati dataran dan kawanan ternak untuk merayakan misa D10S. Sayangnya, umat gereja ini sudah terlalu banyak. Setiap orang ingin segala hal yang berhubungan dengan Maradona, ingin makan sosis panggang dengan umat Maradoniana lainnya, berbagi cerita dan menghormati Tuhan mereka.

"Semakin tak terkendali," kata Verón pada malam sebelum acara pembaptisan si kembar. Sulit membedakan apakah para umat benar-benar serius menyembah Maradona atau sekadar bahan guyonan mereka saja.

Hernan Amez (L) and Alejandro Verón (R).

Acara misa kali ini tidak berlangsung lama dan serius. Acara barbekyu segera dimulai setelah perayaan berakhir. Beberapa anggota gereja memfoto Mara dan Dona yang baru saja dibaptis.

Setiap anak memakai kaus dengan namanya masing-masing. Katanya, Diego sendiri yang mengirimnya dari Uni Emirat Arab. Maradona memang tidak menghadiri gereja ini, tapi dia memahami semangat penggemarnya.

Iklan

Mara dan Dona tampak sangat bahagia. Mereka lebih memahami sepak bola, acara misa, dan Maradona daripada orang-orang dewasa yang ada di sana. Mereka menganggapnya sebagai acara senang-senang biasa. Tidak seperti ayahnya yang terlalu serius menanggapi acara ini. Saat acara pembaptisannya selesai, Rotundo segera melamar ibu si kembar.

Puluhan orang yang memakai kaus biru putih menyelamati dan memeluk pasangan tersebut. Beberapa tampak asyik makan dan tak memedulikan apa yang sedang terjadi. Mereka langsung pulang setelah makanannya habis.

Mara dan Dona.

Di penghujung acara, kami melepas seragamnya. Para umat tampak lelah dan beberapa setengah mabuk. Piring, kaleng bir dan botol wine kosong berserakan di meja. Hari sudah menjelang malam, dan acara barbekyunya selesai dari beberapa jam lalu. Tapi kami tetap mengobrol dan membahas gol-gol dan kemenangan yang dicetak oleh Maradona.


Simak video dokumenter VICE tentang gereja pemuja Maradona di tautan awal artikel ini.