Kecelakaan

Cari Sensasi Gaib di Lokasi Tragedi Bintaro, Peserta Tur Horor Nyaris Celaka Ditabrak Kereta

Berbeda dari tur mistis pertama yang pernah diulas VICE, rombongan berkumpul di jalur rel Bintaro ketika KRL masih beroperasi. Alhasil, beberapa orang cedera menghindari kereta lewat.
Jakarta Mystical Tour Nyaris Merenggut Nyawa Peserta di lokasi Tragedi Bintaro Gara-Gara Kereta Lewat
Peserta Jakarta Mystical Tour bersama paranormal saat mendatangi lokasi kecelakaan Bintaro pada Oktober 2019 lalu. Foto oleh Elisabeth Glory Victory/VICE

Tur horor bertajuk Jakarta Mystical Tour yang diadakan Jumat pekan lalu berubah menjadi kengerian dalam arti sebenarnya. Tur horor yang diikuti sekira 50 peserta tersebut menyambangi 10 lokasi yang menjadi legenda urban dan konon dihuni makhluk halus di seputaran Jakarta.

Salah satu yang menjadi tujuan wisata adalah rel kereta api di Bintaro, Tangerang Selatan yang pernah menjadi saksi bisu kecelakaan kereta api terburuk dalam sejarah Indonesia pada 19 Oktober 1987 yang merenggut 156 jiwa. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Tragedi Bintaro.

Iklan

Malang, para peserta tur yang tengah mengambil gambar dan mendengarkan cerita pemandu tentang sejarah lokasi tersebut, tak menyangka bahwa kereta rel listrik (KRL) akan melintas di jalur tersebut. Sontak para peserta lari tunggang langgang menghindari terjangan kereta, menyebabkan beberapa orang luka-luka.

Manta, salah seorang peserta tur kepada Tempo.co mengatakan rombongan datang ke lokasi pada 23:20 WIB. Mreka diyakinkan oleh panitia bahwa tidak ada lagi kereta yang akan melintas.

"Saat kami hendak mengambil gambar, tiba-tiba kereta datang dan hampir menabrak kami," kata Manta, yang menderita luka ringan saat berusaha menyelamatkan diri dan merasa trauma atas kejadian itu.

Insiden tersebut memicu polemik. Operator KRL, PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) angkat bicara, sebab tidak ada izin dari panitia yang dialamatkan ke mereka. Juru bicara KCI Anne Purba mengatakan pada saat itu melintas KRL rute Tanah Abang-Parungpanjang, yang dijadwalkan berangkat pada 23:30 WIB.

"Kami tidak menerima laporan terkait kegiatan tersebut," kata Anne.

Biang Overlander sebenarnya bisa mendapat sanksi pidana, sebab menggunakan rel kereta untuk tujuan selain transportasi.

Tur yang diadakan oleh Biang Overlander tersebut kabarnya diikuti 150 orang dan dibagi menjadi tiga kloter. Setiap kloter berangkat setiap hari Jumat. VICE pernah mengikuti tur yang digelar pada 8 Oktober. Saat VICE ikut tur edisi perdana, rombongan menyambangi rel kereta Bintaro pukul 1 dini hari. Kondisinya sunyi senyap, sebab kereta listrik terakhir sudah melintas pukul 23:30. Tidak jelas mengapa dalam tur lanjutan, jadwal menyambangi Bintaro maju menjadi sebelum lewat pukul 12 malam.

Iklan

Beberapa peserta tur kepada VICE sempat mengeluh sebab aktivitas selama wisata tidak sesuai dengan iklan. Sebab peserta hanya menghabiskan waktu beberapa menit di luar lokasi atau gedung yang menjadi tujuan. Peserta hanya masuk ke areal pekuburan Jeruk Purut untuk melihat situasi dan mencoba merasakan sensasi ‘bergumul’ dengan makhluk astral.

Atas kejadian itu, para peserta menuntut pengembalian biaya tur sebesar Rp350 ribu dan menuntut permintaan maaf terbuka. Biang Overlander juga sepakat untuk membatalkan tur berikutnya, kendati animo masyarakat diklaim masih besar. Saat artikel ini ditulis, akun Instagram @biangoverlander berada di mode privat. Saat dikonfirmasi terpisah Ananda mengatakan akan mengajukan permintaan maaf dan membatalkan rencana tur.

"Kami akan review tujuan lokasi acara karena bahaya juga tidak hanya dari lokasi semacam itu, tetapi di tiap lokasi pun jika terjadi jika terjadi tekanan mental yang berlebihan dari dimensi lain bisa jadi hal membahayakan," kata Ananda kepada Kompas.com.

Persoalan utamanya tentu bukan cuma persiapan mental dan penjagaan dari paranormal. Faktor utama seharusnya kesiapan panitia memastikan keselamatan peserta tur yang membayar tidak murah. Sebab alam baka tak masuk daftar tujuan tur wisata manapun, sekalipun yang pakai "mystical" sebagai embel-embelnya.