FYI.

This story is over 5 years old.

cabai terpedas

Apa yang Terjadi Pada Tubuh Kalau Kita Makan Cabai Terpedas Sejagat Raya?

Caroline Reaper itu delapan kali lebih pedas dari habañero. Kalau dimakan tentu saja akan menimbulkan bermacam reaksi. Apakah bisa sampai mengancam nyawa?.
getty images

Carolina Reaper adalah cabai paling pedas di muka bumi. Jenis cabai ini dikembangkan oleh seorang pria di South Carolina dengan mengawinsilangkan ghost chilli—cabai terpedas nomor 2 sedunia—dengan habañero. Bila diukur dengan Scoville heat unit (satu metrik yang digunakan untuk menakar tingkat kepadasan jenis cabai), kadar kepadasan caroline Reaper memiliki 1,6 juta unit. Sebagai perbandingan, sebiji cuma punya 5.000 unit Scoville, satu siung habañero punya 200.000 uni dan ghost chilli punya 1 juta ini.

Iklan

Di YouTube, terdapat banyak sekali video orang yang berusaha makan Caroline Reaper. Reaksi orang-orang nekat ini macam-macam. Ada yang mukanya mengkerut dan kelihatan menahan sakit, ada yang otomatis yang langsung mengumbar makian dari mulut, ada yang batuk-batuk hingga menangis dan ada pula yang lari-lari kepedasan, muntah dan sampai harus berbaring di lantai. Dalam salah satu video yang paling intens, dua gadis yang nekat mengunyah Carolina Reaper sampai berteriak-teriak, meludah, meloncat-loncat sambil menahan rasa sakit. Salah satunya berteriak dengan suara parau, “aku tak bisa merasakan lidahku.” kawannya tak kuasa menahan tangis. Air mata mulai melunturkan maskaranya. Gadis yang pertama muntah sementara yang kedua harus diberi oksigen karena asmanya kambuh.

Meski reaksi yang terekam dalam video ini lumayan bikin ngeri, Carolina Reaper sebenarnya tak membahayakan manusia. Namun, dalam beberapa kasus terdapat konsekuensi yang lumayan serius. Di Turki, misalnya, dua orang pria mengalami serangan jantung setelah memakan pil cabai cayenne sebagai terapi mengurangi berat badan. Lalu, baru-baru ini, pria berumur 34 tahun asal New York menderita “thunderclap headache” setelah mengunyah Caroline Reaper dalam sebuah kompetisi makan cabai. Sejumlah dokter menemukan bahwa sakit kepala yang datang tiba-tiba dan tak tertahankan, yang kerap mendahului stroke atau pendarahan otak, diakibatkan oleh mengejangnya arteri di otak yang dipicu oleh konsumsi cabai.

Iklan

Lantas, apa yang sebenarnya yang terjadi pada orang-orang ini? Dan adakah bahayanya menyantap masakan yang kelewat pedas? “Saat kamu meraskan pedasnya cabai, yang kamu rasakan bukan respon tubuh atas rasa pedas, melainkan respon terhadap rasa sakit,” terang David Julius, pengajar mata kuliah fisiologi di UC San Francisco. Zat kimia aktif yang menyebab cabai terasa pedas dalah capsaicin. Capsaicin bekerja dengan menempel reseptor panas di jaringan serat syaraf rasa sakit di seluruh tubuh, menipu otak kami hingga berpikir tubuh sedang terbakar.

Saat kamu memasukan cabai ke mulut dan mengunyahnya, reseptor rasa sakut dan panas di bibir, mulut dan lidah langsung bekerja. Jaringan serat syaraf langsung mengeluarkan zat kimia untuk meningkatkan peredaran darah dan menyebabkan bengkak. Inilah kenapa lidahmu membengkak kalau kita menandaskan masakan yang pedas. Membran mukus langsung bekerja keras mengeluarkan capcaisin dari dalam tubuh koya, akibatnya mulut, mata dan hidung kita jadi berair—meski kamu juga bisa menangis karena saking pedasnya. Begitu kunyahan cabai ditelan, giliran tenggorokan kita yang terasa terbakar dan kita mulai batuk-batuk dan kelihatan mau muntah.

Refleks di atas adalah respon defensif tubuh, ujar psikolog eksperimental John Prescott, penulis Taste Matters: Why We Like the Foods We Do, serta dalam 80 artikel jurnal ilmiah tentang rasa dan persepsi rasa. “Gampangnya, tubuh kita mau ngomong ‘tolong keluarin zat ini dari gue.’” Di titik ini, kalau kamu memakan cabai yang pedas, kamu merasa kepedasan karena reseptor panas bekerja membuat otak berpikir tubuh kita sedang terbakar. Guna mengatasi sensasi panas ini, tubuh akan berusaha mendinginkan diri dengan berkeringat. Pembuluh darah di dekat kulit akan melebar untuk mendorong panas keluar. Syahdan, muka dan dada kamu akan kelihatan berkeringat.

Iklan

“Suhu tubuh akan menurun drastis,” begitu kita mengaktifkan serat syaraf, kata Julius. “Otak mendapatkan sinyal bahwa di kondisi di luar tubuh panas dan respon tadi dipicu oleh input otak untuk menurukan suhu tubuh.”

Seturut pergerakan capai menuju perut dan usus, rasa sakit dan pembangkat akan mengikutinya. Kamu akan merasa ingin muntah, produksi mukus di perut dan usus meningkat tajam sebagai upaya terakhir mengeluarkan cabai dari saluran pelepasan secepat mungkin yang berujung pada diarea. Sayangnya, serat syarat juga terdapat “di bagian tubuh yang enggak sopan kalau kita bicarakan blak-blakan,” kata Presscot, “tahukan rasanya sehari setelah kamu makan cabai.”

Lalu bagaimana dengan reaksi ekstrem yang mengancam nyawa penyantap cabai? Meredith Barad, seroang nerulogis di Stanford yang khusus mendalami sakit kepala mengatakan bahwa reaksi sakit kepala hebat yang dialami pria New York itu sangat jarang terjadi. “Ini cuma satu kasus. Saya tak yakin kita bisa pukul rata semua orang bisa mengalami hal serupa,” katanya. Barad mengatakan bahwa studi tentang sakit kepala karena cabai “lumayan menarik” tapi bukan topik yang sepertinya bakal menarik perhatian banyak dokter atau ilmuwan.

Malah, beberapa dampak konsumsi cabai dalam dosis tinggi sesungguhnya bermanfaat dalam dosis rendah. Misalnya, memakan cabai diduga bisa menurunkan risiko kematian. Ini bisa terjadi karena cavai bisa melancarkan peredaran darah. Lebih dari itu, penelitian capsaicin pada pada tikus terbukti bisa mencegah kanker dan menurunkan ukuran tumor dalam perut. Cabai yang pedas juga berpotensi membantu menurunkan berat badan karena selama tubuh mendinginkan diri kita sebenarnya membakar kalori. Di sisi lain, capsaicin dianggap bisa berperan sebagai pengerem nafsu makan, mungkin karena kita berhenti makan begitu merasa cabai yang kita kunyah keterlaluan pedasnya.

Plester dan krim capsaicin juga digunakan sebagai pereda rasa sakit, terutam pada kasus sakit syaraf kronis. Membalukan capsaicin langsung ke kulit dalam dosis tinggi akan membuat reseptor kewalahan, mematikan atau merusak syaraf sehingga tak lagi mengeluarkan zat penyebab lebam atau mengirim sinyal rasa sakit ke otak. “Yang jadi paradoks adalah kendati bisa menimbulkan rasa terbakar,” ujar Julius. “Capsaicin bisa berfungsi sebagai pereda rasa sakit pada kasus iritasi dan rasa nyeri tertentu.”

Intinya, berbagai pakar sepakat bahwa konsumsi cabai secara moderat tak akan sekalipun membahayakan kita. Namun, jika suatu hari kamu terlampau banyak makan masakan pedas, jangan khawatir. Kamu toh cukup minum banyak produk susu full lemak. Capsaicin larut dalam lemak jadi yoghurt dan susu bisa menolongmu menyerap capsaicin dan mengatasi rasa sakit akibat cabai.