FYI.

This story is over 5 years old.

The VICE Guide to Right Now

Lima Pertanyaan Buat Aksi Lelaki Terekam CCTV Menjilat Bel Pintu Rumah Orang Tiga Jam

Kenapa bel dan bukan kenop pintu? Apakah rasanya enak? Video viral super aneh dari California ini memicu rasa ingin tahu awak redaksi VICE.
Roberto Daniel Arroyo penjilat bel pintu viral asal California terekam CCTV
Cuplikan adegan orang aneh menjilat bel pintu yang viral via YouTube 

Kita hidup di zaman kamera pengintai alias CCTV merekam nyaris semua aspek kehidupan. Ditambah dengan maraknya budaya berbagi video pada era Internet, dua hal tadi segera bertaut. Muncul jenis tontonan dan kisah baru, yang sepuluh tahun lalu tidak terbayang akan kalian saksikan di media-media mainstream.

Video yang akan saya ulas dalam artikel ini menggambarkan kriteria cerita di atas: aksi lelaki dewasa menjilati bel rumah orang (yang tak punya hubungan apapun sama pelaku) selama tiga jam nyaris nonstop.

Iklan

Ada banyak kemungkinan cerita yang bisa muncul dari rekaman video CCTV. Mulai dari yang seram ('badut misterius berdiri diam mengamati teras rumah selama 10 menit') ataupun yang cenderung lucu+tolol ('anjing tidak sengaja buka pintu lalu tak bisa balik masuk rumah lagi'). CCTV memberi persepsi bahwa tontonan yang kita lihat itu hadir tanpa filter, tanpa sentuhan kreatif. Otentik lah.

Saya dulu menyangka yang otentik hanya punya pilihan cerita macam ini: kalau enggak ngebosenin berarti lucu atau seram. Ternyata saya salah besar. Potensi cerita dari rekaman CCTV amat luas, seakan tidak ada batasnya. Buktinya video di bawah ini, tentang aksi lelaki tak dikenal menjilati bel pintu rumah orang lain.

Jujur saja para pembaca yang budiman, saya tidak pernah membayangkan dalam hidup ini akan membaca/melihat kabar seorang lelaki menjilati bel rumah tiga jam. Kisah nyata macam itu tak sekalipun terbayang dalam skenario paling gila sesudah kita mabuk berat gara-gara tuah orang tua.

Peristiwa supergila ini terjadi pada malam tahun baru. Pelaku bernama Roberto Daniel Arroyo, 33 tahun, yang datang dari jalan masuk ke teras rumah orang tak dikenalnya di kawasan Salinas, California, Amerika Serikat. Rumah itu tak kosong, dua anak ada di dalam ditinggal orang tuanya yang keluar sebentar karena ada urusan. Tanpa peduli ada orang atau tidak, Arroyo mendadak beraksi. Dia langsung saja menuju bel pintu, lantas menjilatinya tanpa ampun. Tentu saja belnya jadi berbunyi berkali-kali. Melihat gairah yang meluap-luap itu, siapapun pasti membatin: "Si Arroyo ini punya obsesi macam apa sama bel pintu?"

Iklan

Dia menjliati bel itu tanpa henti selama tiga jam, seperti dilaporkan media lokal. Dia tidak sampai nonstop menjilat-jilat sih. Ada istirahatnya juga. Misalnya, Arroyo kedapatan kamera sempat ke halaman buat pipis sebentar, lantas balik menjilat lagi. Si pemilik rumah pasti mikir, apakah mereka beruntung atau malah celaka karena kepikiran memasang kamera pengintai dekat bel pintu. Tapi pemilik rumah memutuskan, saking anehnya, orang lain harus ikut melihat rekaman tersebut via internet.

Keluarga Dungan, nama pemilik rumah, ternyata tak menganggap Arroyo orang gila yang harus ditangkap. Malah, mereka berpikir tak ada yang salah dari tindakannya. Mereka dilaporkan ketawa ngakak saat diwawancarai media lokal, setelah video CCTV tersebut viral. "Bisa dibilang, dia tidak melakukan pelanggaran hukum kan," kata si suami.

Polisi punya pikiran berbeda dari Keluarga Dungan. Siapapun yang menjilati properti orang lain malam-malam tanpa izin, patut diringkus. Makanya sekarang aparat di Salinas sedang memburu Arroyo.

Saya sendiri punya lima pertanyaan yang menggelitik terkait tindakan Arroyo. Andai dia bisa saya wawancarai, atau ada dari pembaca merasa punya jawabannya, silakan hubungi saya ya. Sebelum lanjut, nih dengarkan musik yang cocok untuk mengiringi artikel ini:

Pertanyaan ke-1. Kenapa bel dan bukannya kenop pintu? Apakah rasanya beda?

Untuk pertanyaan pertama ini beberapa pembaca mungkin jadi bingung. "Suka-suka dia lah, toh dia yang ngejilatin bukan elu?!" Oke-oke. Makanya, saya jelaskan dulu alasannya. Gini, bel itu ukurannya kecil. Jarang banget ada bel berukuran besar. Siapapun pasti berasumsi Arroyo ini demen banget menjilat. Mungkin dia punya fetish tertentu. Nah, kenop pintu, di sisi lain, jauh lebih besar kan. Ukurannya dalam bayangan saya pas buat dijilat lebih lama. Makanya, usai mempertimbangkan faktor tersebut, saya mikir: jangan-jangan Arroyo memilih bel yang lebih kecil karena perkara sensasi rasanya. Saya pun jadi punya asumsi lanjutan, apakah di lidah permukaan bel itu terasa lebih asin? Kenop pintu dipegang seluruh permukaan tangan, sementara bel cuma tersentuh ujung jari saja. Apakah dengan demikian itu penyebab bel lebih asin?

Iklan

Atau, dalam spekulasi berikutnya, mungkinkah Arroyo adalah pengidap fetish yang cinta kebersihan. Dia bisa membayangkan kenop pintu dipakai lebih banyak orang dibanding bel, sehingga jumlah bakterinya lebih banyak dan berbahaya untuk kesehatannya sebagai penjilat?

Jujur saja. Memikirkan satu asumsi sudah menuntun saya pada rentetan pertanyaan lain. Sebagai penjilat mana yang kamu utamakan, bentuk atau rasanya? Apakah belnya harus yang kotak begitu atau kamu mau menjilat bentuk bel lain? Atau jangan-jangan kamu menjilati bel karena sensasi bunyi tiap kali belnya tersentuh?

Arroyo, kau membuatku penasaran. Gini deh, kamu mungkin malu karena sekarang dicari polisi. Hubungi aku lewat surel chris.toman@vice.com untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bikin penasaran ini.

Pertanyaan ke-2: Gusti Nu Agung, Kenapa Juga Kamu Lihat ke arah CCTV Sebelum Menjilati Bel? Apakah Kamu Tahu Bakal Direkam Tapi Memutuskan Terus Beraksi?

CCTV untuk memantau teras biasanya kecil bos. Masa sih kamu bisa tahu ada kamera di sana. Kamu melihat apa? Nonton rekaman yang sekarang tersebar, bung Arroyo, rasanya seperti kamu sedang melihat langsung ke arah kami semua, para penonton. Tatapanmu seakan menembus ke jiwa kami semua. Kamu seakan menjilati bel itu untuk beraksi menghibur kami semua, jutaan pengguna Internet yang menghabiskan waktu berharga nonton seorang lelaki menjilati bel rumah.

1546982191492-Screen-Shot-2019-01-08-at-32711-PM

Video aksimu di satu titik seperti mengajak kami semua ikut jadi fetish. Aku membayangkan kamu berpikir, "nih, gue jilatin lagi, puas?"

Iklan

Benarkah kamu sudah tahu kalau aksimu akan direkam tapi kamu memutuskan jalan terus? Kalau enggak tahu, kenapa tindakan gilamu itu seakan-akan ditujukan untuk para penonton di luar sana?

Mata Arroyo yang tajam itu pasti membuat penonton kegeeran sendiri, merasa jilatannya ditujukan buat yang menyaksikan. Alhasil, mungkin saja di rimba internet yang amat luas, ada video Arroyo lainnya menjilati bel penuh sensualitas. Mungkin dia sudah sering melakukannya, bahkan, dengan niat memang untuk disaksikan orang lain. Untuk menyadarkan siapapun, ada hasrat menjilati bel di dalam diri kita semua.

Asumsi tersebut menuntun saya mengajukan pertanyaan berikutnya.

Pertanyaan ke-3: Tiga jam? KENAPA HARUS TIGA JAM NJIRRRR?!?!

Sedikit cerita nih ya. Saya pas liburan akhir tahun 2018 kemarin terbang dari Kota Calgary ke Toronto. Dua kota itu sama-sama masih di Kanada, tapi jaraknya jauh. Nah, waktu tempuh penerbangannya kurang lebih tiga jam. Sepanjang tiga jam perjalanan, banyak hal yang bisa bikin saya bete dan mood seharian rusak. Bayangkan. Dalam tiga jam saya bisa menempuh 3.400 kilometer lewat jalur udara. Sementara Arroyo di California sana berdiam di satu tempat, menjilati satu bel di pintu rumah orang asing yang tak ia kenal.

Dalam tiga jam kamu bisa melakukan banyak hal. Arroyo tidak mau itu semua. Dia hanya mau menjlati bel pintu rumah penuh gairah. Arroyo bahkan belum selesai menjilati bel sesudah kamu nonton big match liga Inggris akhir pekan yang berakhir normal setelah laga 90 menit.

Iklan

Ingat, saya terbang tempo hari ditemani iPod untuk mendengarkan musik. Penumpang lain ada yang bawa Nintendo Switch atau ponsel dalam mode airplane buat main game. Nonton Premier League di rumah juga ada banyak godaan pengalih perhatiannya lho. Mulai dari snack, ganti channel, atau menjawab WA dari mantan. Banyak.

Sementara Si Arroyo selama menjilati bel tidak kelihatan pakai earphone mendengarkan Sam Cooke atau Loverboy atau apapun lah yang bisa masuk kategori OST suasana seksi romantis. Dia melakukannya secara purba. Pokoknya konsisten menjilat. Saya seperti melihat perilaku seorang pendeta Zen yang sudah memperoleh pencerahan.

Apakah tindakan Arroyo aneh? Jelas.

Apakah aksinya mengganggu nalar kita? Pastinya.

Tapi perlukah kita harus kagum sama konsistensinya menjilat? Tentu saja.

Pertanyaan ke4: Apakah Aksinya Ini Iklan Serial Aneh Baru dari Netflix?

Netflix adalah layanan streaming video yang sangat agresif memproduksi berbagai ide yang awalnya terkesan aneh jadi serial keren. Apapun bisa jadi ide cerita film/serial Netflix. Apa jaminan kalau tindakan gila Arroyo bukan salah satu cuplikan calon episode season terbaru Black Mirror? Kalaupun bukan, Arroyo, saya ingatkan nih, segera manfaatkan fetish-mu sebagai penjilat bel pintu untuk jadi serial keren berikutnya.

Pertanyaan ke-5: Omong-Omong, Ngapain Saya Terus Nonton Video Ini Ya?

Kepada kalian semua, para pembaca budiman, silakan hitung berapa kali saya menulis frasa 'menjilat bel pintu'. Sekitar 30-an kali lah. Bahkan mungkin lebih. Saya menulis artikel ini selama setengah jam. Artinya, selama setengah jam dalam hidup saya di hari ketika saya menuliskannya, saya mendedikasikan tenaga serta pikiran untuk menilai aksi seorang lelaki menjilati bel pintu rumah.

Bangsat! Saya mungkin sekarang sudah layak jadi pakar kasus penjilat bel misterius ini. Saya pede nih kalau ada yang menawari jadi narator dokumenter—mirip acara dokumenter hewan di alam liar ala-ala Natgeo gitu—untuk menarasikan insiden penjilatan bel pintu di California.

Tak apa. Ini setengah jam yang layak dibuang. Saya mendapat banyak pelajaran hidup dari tindakan Arroyo. Toh, setengah jam menuliskannya baru 1/6 dari total waktu yang dia habiskan untuk menjilati satu bel pintu. Kita harus banyak bersyukur dan jangan gampang mengeluh. Semoga hari kalian semua menyenangkan!


Follow Mack Lamoureux di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Kanada