FYI.

This story is over 5 years old.

Imlek

Merayakan Ulang Tahun di Cina Saat Imlek, Mengingatkanku Pada Indonesia

Saya pernah terjebak di kota yang sebagian wilayahnya tenggelam oleh air waduk, ketika miliaran orang Cina mudik Imlek. Justru di 'neraka' itulah saya merasa seperti di Tanah Air.

Banyak orang Indonesia mengira mudik Lebaran adalah tradisi unik yang tak punya bandingan di negara lain. Sayangnya yang berpikiran seperti itu berarti belum pernah melihat suasana perayaan Imlek di Cina daratan. Pada 2013 lalu, saya sedang tinggal di Provinsi Chongqing, sebuah kawasan dikenal memiliki tingkat polusi udara terburuk seantero Negeri Tirai Bambu. Pemandangan kota-kota di Chongqing setiap hari bagaikan wilayah baru saja diterjang kiamat, rutin diselimuti kabut polutan yang menutup pandangan mata ke arah bangunan pencakar langit.

Iklan

Chongqing adalah salah satu kawasan megapolitan paling cepat berkembang di dunia. Tapi kota sebesar itupun nyaris menjadi kota hantu sepekan menjelang perayaan Tahun Baru Cina. Imlek memicu eksodus massal manusia kembali ke kampung halaman masing-masing, persis seperti mudik, tapi jumlah orangnya jauh-jauh lebih banyak. Saban tahun, pemudik Imlek di Cina untuk setiap provinsi mencapai ratusan juta orang. Miliaran manusia, termasuk dari luar negeri, kembali pulang ke Tiongkok menemui sanak famili. Dalam situasi semenakjubkan itu, saya yang sudah berulang kali melakoni mudik Lebaran, terjebak di tengah migrasi massal manusia.

Saya bisa saja memilih bertahan di Chongqing, bersantai, menjauh dari hiruk pikuk selama jalanan dan transportasi umum dipadati manusia. Sayangnya ada satu masalah pelik. Perayaan Imlek 2013 lalu bertepatan harinya dengan momen saya berulang tahun. Hal terakhir yang saya inginkan saat itu adalah bertambah usia menjadi 21 tahun, di negeri orang, jauh dari keluarga, di kota yang asing. Alhasil, ketika ada kawan mengajak saya ikut merayakan Imlek di kota kelahirannya, Fengdu, saya mengiyakan tanpa pikir panjang.

Fengdu adalah kota bersejarah dan salah satu yang paling tua di Provinsi Chongqing. Uniknya, Fengdu justru paling belakangan berkembang dibanding kota lain dan tak lagi punya kawasan kota tua, seiring ledakan ekonomi Tiongkok. Separuh kota Fengdu terendam air, karena Pemerintah Beijing memerintahkan pembangunan Waduk Raksasa Chángjiāng Sānxiá Dàbà. Saat waduk berfungsi sebagai PLTN itu dibangun, kota tua Fengdu ditenggelamkan. Di sisi seberang Sungai Yangtze, akhirnya berdiri kota baru, Fengdu yang baru. Apartemen tinggi menjulang, jalan-jalan dibangun. Sementara kawasan lama Fengdu nampak seperti Youdu—Ibu Kota Diyu, sebutan lain bagi neraka dalam tradisi Tionghoa.

Iklan

Tentu saja, saya segera merindukan Indonesia selama tinggal di negeri orang. Tapi saya terkejut, ketika merasa seperti sedang di Tanah Air, selama merayakan Imlek bersama orang-orang yang baru saya kenal di Fengdu. Suasananya betul-betul seperti Lebaran, padahal bahasa, makanan yang disajikan, dan jarak Fengdu nyaris 4.000 kilometer dari Bandung. Perjalanan saya bersama teman menuju Fengdu juga menyerupai mudik. Malam menjelang Hari-H Imlek, orang-orang menyulut kembang api yang mewarnai angkasa, mengingatkanku pada malam Takbiran. Tentu saja, puncak semua itu adalah makanan, makanan yang melimpah. Membuat saya selalu merasa kenyang dan mengantuk.  Persis ketika kita merayakan Lebaran.

Imlek 2013, di Cina, di tanah yang jauh, menjadi hari ulang tahunku yang paling sentimental. Kadang saya berkelakar sebagai orang penting, karena ulang tahunnya dirayakan bersama miliaran warga Cina. Pesta kembang apinya, khusus buat ultahku, dilakukan meriah di seluruh negeri. Tapi tentu saja itu semua cuma lelucon. Pikiranku tersita pada Indonesia. Pada hal-hal yang tertinggal di Tanah Air. Aku lantas menyadari, di sebuah kota yang terpisah sungai dari ibu kota neraka, ternyata ada hal-hal yang bisa membuatku merasa ada di rumah.

Chongqing. Semua foto oleh penulis.

Chongqing

Kerumunan orang bersiap mudik saat Imlek.

Fengdu

Jamuan pesta keluarga saat Hari H Imlek.

Menikmati sajian makanan di pinggiran kota.

Banyak sekali masakan dihidangkan saat Imlek.

Tentu saja ada anggota keluarga yang berjudi.

Dan saat Imlek, keluarga akan memberi persembahan pada leluhur.