FYI.

This story is over 5 years old.

Tanya Pada Ahlinya

Makanan Kedaluwarsa Tapi Baunya Masih Normal Boleh Dimakan Engga Sih?

Pesan moralnya sih: jangan terlalu terpatok pada tanggal kedaluwarsa.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Kawan-kawan ibarat keluarga yang kerenan dikit. Kalau ada dari kita yang sedang kena musibah, sekurang-kurangnya satu di antara mereka akan ngebantuin. Tapi sehebat-hebatnya teman, kadang tetap aja kelakuan mereka banyak minusnya. Kadang, kamu engga habis pikir gimana bisa kamu berkawan dengan orang-orang yang mengambil keputusan buruk. Jenis keputusan yang, kalau orang lain tahu, akan bikin malu. Untungnya, mereka punya kamu. Mereka bisa minta tolong kamu menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting pada ahlinya. Untungnya, Tonic sekarang punya rubrik ini untuk menjawab semua pertanyaan kalian seputar kesehatan yang paling tolol sekalipun. Skenarionya: roti lapis buatan kawanmu sudah hampir siap. Rotinya telah dipanggang, daging asap sudah berdesis di panci, dan tomat serta selada sudah dicuci dan siap ditumpuk dengan bahan lainnya. Kawanmu ini membuka kulkas dan mengambil mayones—kunci dari menu ini—lalu mengetahui fakta mengecewakan: tanggal kadaluarsanya empat bulan yang lalu. Pas botolnya dibuka, engga ada bau atau warna yang aneh. Kalau dia mengoleskannya ke roti lapis, apakah dia bakal mati? Faktanya: tanggal kadaluarsa (yang biasanya labelnya berbunyi "sebaiknya dikonsumsi sebelum…" atau "baik digunakan sebelum") tidak berkaitan dengan keamanan produk makanan—hal tersebut sekadar menandakan sesegar apa makanan itu, kata Ben Chapman, profesor dan spesialis keamanan makanan di North Carolina State University. Setelah tanggal itu, tekstur, warna, dan rasa makanan bisa berubah, tapi bukan berarti makanan tersebut menjadi berbahaya jika dikonsumsi. (Satu-satunya makanan di AS yang memiliki tanggal kadaluarsa yang relevan adalah susu formula untuk bayi, karena kandungan nutrisinya dapat menurun seiring waktu dan kita tidak mau bikin bayi kita kelaparan.) Kemungkinan terburuk: Jika makanannya berjamur (dan kamu engga melihat semburat spora kehijauan sebelum makan) ada kemungkinan fungi berukuran mikroskopik itu membikin perut mules, alergi kambuh, dan sesak napas. Dan meski jarang, beberapa jenis jamur bisa menghasilkan racun yang disebut mikotoksin, yang dikaitkan dengan kanker. (Jadi ya, jangan makan jamur dong—kata Chapman, kawanmu boleh memotong bagian keju yang berjamur tapi roti dan buah-buahan jenis beri lebih rentan berjamur). Bawaan makanan patogen menyeramkan yang pernah kita dengar seperti E.coli, Listeria, dan Salmonella, yang tidak bisa kamu baui atau kecap, berkaitan dengan penanganan makanan dan bukan tanggal kadaluarsa—kita bisa sakit ketika daging atau produk yang mudah tercemar kita biarkan di meja atau lemari es yang berada di atas 40 derajat selama berjam-jam dan bakteri jahat timbuh, atau tercipta kontaminasi silang antara air dari daging mentah dan makanan siap saji. Kemungkinan yang akan terjadi: Kagak ada, udah makan aja. Kamu masih bisa makan makanan kering yang dikemas tanpa air (seperti pasta, sereal, biskuit, kue, atau buah-buahan kering dan kacang-kacangan), juga makanan dengan kandungan asam tinggi (saus mustard, tomat, dan mayones), dan makanan beku atau dikemas dalam stoples. Susu basi dan pisang kecoklatan bisa jadi bahan kue.

Apa yang perlu disampaikan kepada kawan-kawanmu yang bahlul itu: Mengonsumsi makanan 'kadaluarsa' yang masih terlihat oke bukan hanya dapat diterima, namun juga lumayan heroik. Menurut USDA, hingga 40 persen makanan di AS terbuang sia-sia, yang artinya sekitar Rp2,1 triliun. Makanan sisa adalah sampah yang paling menumpuk dan memenuhi lahan kita. Tapi, kalau kawan-kawanmu masih geleuh karena mayones yang sudah berbulan-bulan kadaluarsa, bilangin aja, cari tahu informasi lebih lanjut di aplikasi atau situs BPOM-nya Amerika Serikat.