Bukti Kehidupan Tertua Planet Bumi Ditemukan di Kawasan Arktik

FYI.

This story is over 5 years old.

kehidupan prasejarah

Bukti Kehidupan Tertua Planet Bumi Ditemukan di Kawasan Arktik

Usianya diperkirakan sekitar 4 miliar tahun. Gila, ketemu Nabi Adam enggak ya?

Batu tertua di dunia bisa ditemukan di Nuvvuagittuq Supracrustal Belt yang terletak di bagian selatan Inukjuak, desa suku Inuit di ujung utara Quebec. Bongkahan batu abu-abu kehijauan ini dilapisi warna kemerahan, dan diperkirakan terbentuk sejak miliaran tahun silam.

Batunya berada di dekat ventilasi hidrotermal kuno. Orang awam mungkin akan menganggapnya bebatuan biasa, padahal batu ini menyimpan bukti kehidupan tertua di bumi.

Iklan

Sejumlah peneliti dunia menerbitkan penelitiannya di Nature. Dalam penelitian ini, mereka memperkirakan usia batunya antara 3,8 hingga 4,3 miliar tahun. Bentuknya yang aneh menunjukkan tanda-tanda keberadaan mikroorganisme kuno, dan menjadikannya sebagai “mikrofosil” tertua yang pernah ditemukan dan dicatat dalam sejarah.

Sabuk batu Nuvvuagittuq Supracrustal dengan latar pulau Nastapoka di belakang. Foto: D.Papineau

Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Kondisi dan atmosfer bumi masih sangat beracun saat bebatuan ini pertama kali terbentuk, jauh sebelum bumi mendingin dan terbentuknya lautan. Kondisi yang ekstrem membuat bumi tidak layak dihuni pada saat itu. (Saking panasnya bumi pada awal proses pembentukannya, yaitu sekitar 4,5 hingga 4 miliar tahun silam, periode ini sampai dinamai Eon Hadean yang terinspirasi dari Hades.)

Penemuan penting ini menunjukkan kemungkinan adanya kehidupan di planet lain, karena buktinya ada tanda kehidupan di bumi pada saat kondisinya masih ekstrem.

Tabung-tabung Haematite dari ventilasi deposit hidrothermal NSB, bukti mikrofosil tertua yang ada di muka bumi. Foto: Matthew Dodd

Dominic Papineau, geochemist asal Quebec, mengunjungi bagian utara Quebec pada 2011. Dalam wawancaranya dengan Motherboard, dia mengatakan harus naik tiga “pesawat baling-baling” kecil dan berlayar selama tiga jam untuk mencapai daerah tersebut.

Papineau tidak mengira akan menemukan fosil, karena batuannya telah bermetamorfosis (telah mengalami perubahan akibat tekanan besar dan panas di bawah kerak Bumi. Proses ini bisa membinasakan tanda kehidupan di bumi).

Lapis-lapis bebatuan yang menunjukkan corak kemerahan dari batu haematitic yang berwarna hitam. Di dalam corak merah itu terdapat banyak mikofosil. Batu kehijauan di bagian atas foto menunjukkan ventilasi hydrothermal. Foto: Dominic Papineau

Aneh rasanya melihat lapisan besi kemerahan yang tersebar di batu abu-abu kehijauan. “Satu hipotesis mengatakan bahwa ada keterlibatan biologis dalam pembentukannya,” terang Papineau, dosen University College London (UCL).

Iklan

Jenis bakteri tertentu yang ada saat ini mampu memperoleh nutrisi dari besi melalui reaksi kimia. Papineau jadi penasaran apakah ada organisme serupa yang hidup sekitar 4 miliar tahun lalu.

“Bebatuannya saya jadikan sampel karena ingin mempelajari lebih dalam,” kata Papineau. “Saya menyadari ada yang penting dari batu ini setelah menemukan konkresi [endapan mineral yang dibentuk oleh mikroba] jasper di sana.”

Endapan hematit (mineral besi), yang menempel di batu jasper seperti kuarsa, membentuk berbagai macam struktur yang menyerupai tabung dan filamen, butiran dan rosette. Meskipun sangat memungkinkan, dia tidak bisa langsung memastikan kalau hal ini menunjukkan asal-usul biologisnya. Bisa saja strukturnya terbentuk dari interaksi non-biologis. Karena itulah, Papineau dan beberapa peneliti lain memutuskan untuk mengkajinya. Salah satu karakteristik yang menarik dari pembentukan ini yaitu lapisan mineral lain di sekitarnya.

“Rosette yang kami dokumentasikan terdiri dari karbonat serta karbon apatit dan grafit,” katanya. “Karbonat apatit ada hubungannya dengan tulang.”

Karbonat zat besi yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Foto: M.Dodd

Dengan kata lain, banyak bahan organik lainnya yang bisa berasal dari mikrofosil.

Di UCL, Papineau dan Matthew Dodd menggunakan mikroskopi dan spektroskopi untuk menganalisis batu-batuannya. Mereka menemukan bukti mikrofosil organisme pengoksidasi besi kuno.

Bebatuan ini tersebar di beberapa daerah lainnya di dunia. Contohnya seperti stromatolit di Greenland. Para ilmuwan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan fosil yang berusia 3,7 miliar tahun pada 2016. Saat itu, mereka menganggapnya sebagai fosil tertua yang pernah ada.

Iklan

Stromatolit terbentuk pada periode yang sama seperti bebatuan yang ditemukan di Quebec, dan mengandung mikroorganisme penghasil oksigen. Itu artinya tanda-tanda kehidupan pada masa awal bumi terbentuk relatif beragam.

“Keragamannya sangat signifikan kalau memang ada mikroba penghasil oksigen dulu, [serta] mikroba yang mengoksidasi besi di dekat ventilasi hidrotermal. Kedua mikroorganisme ini tidak begitu berkaitan sekarang,” ujar Papineau.

Inukshuk yang dibikin oleh komunitas Inuit. Foto: J.O͛Neil

Menemukan dua jenis tanda kehidupan yang berbeda di periode awal bumi bisa menyiratkan tanda kehidupan di planet lain. Jika dua spesies bakteri berbeda bisa berkembang pada sejarah awal bumi, apakah itu artinya mereka juga bisa ditemukan dekat ventilasi hidrotermal di laut purba di Mars, atau di bawah permukaan laut Europa? Para ilmuwan telah menemukan konkresi hematit di Mars, berbentuk “ blueberry” yang ditemukan oleh robot Opportunity.

Setelah mengetahui penemuan di Greenland, Papineau memutuskan untuk melakukan penelitiannya di Quebec karena yakin sampel serupa bisa ditemukan di dekat sana. “Quebec adalah provinsi Kanada. Ini tempat kelahiranku,” katanya. Papineau dan peneliti lain berhasil menciptakan sejarah bumi baru dengan mendalami bebatuan kuno.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard