FYI.

This story is over 5 years old.

The VICE Guide to Right Now

Tukang Penggal Sandera Abu Sayyaf Tewas Dalam Baku Tembak Dengan Militer Filipina

Sepuluh orang tewas akibat serangan militan terkait ISIS itu di kawasan wisata selatan Filipina, termasuk Moammar Askali— komandan paling beringas Abu Sayyaf.
Tentara Filipina mengamankan kawasan wisata di Pulau Bohol. Foto oleh Reuters/Ritchie B Tongo.

Aparat Keamanan Filipina menembak mati salah satu personel kelompok militan Abu Sayyaf yang paling berbahaya di Pulau Bohol. Pria bernama Moammar Askali alias Abu Rami, itu adalah komandan paling disegani, calon pemimpin Abu Sayyaf di masa mendatang, serta diduga kuat bertanggung jawab sebagai tukang penggal sandera-sandera mereka. Askali yang disebut-sebut menghabisi dua sandera warga negara Kanada tahun lalu.

Iklan

Askali ditemukan tewas bersama sepuluh orang lain dalam baku tembak dengan militer, pada 11 April lalu. Lima jasad dari Abu Sayyaf, empat lainnya adalah personel militer serta kepolisian setempat. Askali dan kawan-kawan menurut aparat hendak menculik turis asing yang sedang liburan di Bohol, lalu memanfaatkan mereka demi meraih uang tebusan.

Abu Sayyaf awalnya loyal terhadap Al Qaeda, lantas menyatakan dukungan kepada ISIS pada 2014. Dibentuk pada 1991, Abu Sayyaf didirikan oleh tokoh muslim Filipina Abubakar Janjalani. Sepak terjang mereka mencakup serangkaian serangan bom, penculikan, pemerasan, dan menyelundupkan narkoba. Satu dekade terakhir kelompok militan ini memiliki spesialisasi baru: menculik warga negara asing, menyekap mereka ke Kepulauan Sulu, lalu menuntut uang tebusan dalam jumlah besar. Lambat laun, penculikan serta bisnis tebusan sandera asing (termasuk dari pelaut Indonesia yang berulang kali diculik tahun lalu), mendatangkan uang banyak bagi mereka. Sepanjang enam bulan pertama 2016, Abu Sayyaf berhasil meraup US$6 juta (Rp79,6 miliar) hanya dari uang tebusan. Akibat merajalelanya Abu Sayyaf, para pelaut dan perusahaan kapal kargo kini berusaha menghindari Laut Sulu yang dikuasai para militan itu.

Jenderal Eduardo Ano menyatakan insiden di Bohol adalah pukulan besar bagi Abu Sayyaf. Dia optimis, kelompok militan itu akan tak akan sembarangan menculik turis asing lagi. "Mereka sekarang harus berpikir dua kali sekarang."

Iklan

Berdasarkan keterangan sumber dikutip kantor berita AFP, pihak militer Filipina telah menerima informasi beberapa minggu sebelumnya akan adanya "potensi serangan untuk mengacaukan keamanan."

"Operasi pembersihan militan masih terus berlangsung dan kami akan mengerahkan seluruh kekuatan militer," ujar sumber tersebut.

Presiden Rodrigo Duterte berjanji menumpas gerakan Abu Sayyaf sejak menjabat sebagai presiden pada 2016. "Kami akan terus memerangi Abu Sayyaf dan peredaran narkoba. Jika mereka terus melakukan pembunuhan, maka kami akan menumpas sampai anggota militan terakhir," ujar Duterte

Menurut pengamat terorisme Nasir Abbas, Abu Sayyaf merupakan organisasi dengan keanggotan yang tidak terpusat. Anggotanya tersebar dalam sel-sel independen di berbagai daerah yang dapat beroperasi tanpa menunggu perintah dari "pusat".

"Mereka bergerak dalam sel-sel independen, pemimpin Abu Sayyaf saja tidak tahu berapa jumlah anggotanya," ujar Nasir yang mantan pemimpin Jamaah Islamiyah (JI) dan sempat mengikuti pelatihan militer di Filipina.

Menurut pengamat terorisme Nasir Abbas, Abu Sayyaf merupakan organisasi dengan keanggotan yang tidak terpusat. Anggotanya tersebar dalam sel-sel independen di berbagai daerah yang dapat beroperasi tanpa menunggu perintah dari "pusat".

"Mereka bergerak dalam sel-sel independen, pemimpin Abu Sayyaf saja tidak tahu berapa jumlah anggotanya," ujar Nasir yang mantan pemimpin Jamaah Islamiyah (JI) dan sempat mengikuti pelatihan militer di Filipina.

Dalam laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), yang membuat Abu Sayyaf berbeda dari kelompok militan lain adalah solidaritas anggotanya meski mereka datang dari berbagai etnis berbeda.

"Para anggota Abu Sayyaf meski tersebar namun memiliki kekuatan dan setia dengan pemimpinnya. Mereka disatukan oleh sifat kekeluargaan. Ada keinginan balas dendam juga terhadap pemerintah atas keluarga mereka yang terbunuh pada tahun-tahun sebelumnya," ungkap laporan tersebut.

"Secara geografi, Filipina yang terdiri dari banyak kepulauan, menawarkan persembunyian bagi para militan. Ini menyulitkan aparat untuk memantau pergerakan kelompok teroris," tulis laporan IPAC. "Sudah jamak diketahui ketika kelompok militan di Indonesia merasa terancam, mereka melarikan diri ke Filipina atau Malaysia untuk mengumpulkan kekuatan."