Sekte Agama

Polisi Thailand Selidiki Sekte Penyembah Mayat yang Makan Kotoran Manusia

Sebelas mayat yang telah membusuk ditemukan dalam gubuk milik sekte di Thailand. Para pengikut dikabarkan mengonsumsi kotoran tubuh guru spiritual untuk alasan kesehatan.
Koh Ewe
oleh Koh Ewe
SG
Penganut Aliran Sesat di Thailand Mengonsumsi Kotoran Tubuh Guru Spiritual Mereka

Baru-baru ini, masyarakat Thailand geger setelah munculnya kabar tentang pengikut aliran sesat yang mengonsumsi kotoran tubuh guru spiritualnya demi kesehatan. Sekte itu sudah empat tahun berdiri, tapi baru terkuak pasca penggerebekan gubuk kayu yang menjadi tempat perkumpulan anggota pada 9 Mei.

Terletak di pedalaman hutan provinsi Chaiyaphum, bagian timur laut negara tersebut, kondisi di dalam gubuk amat mengerikan. Di sana, aparat polisi menemukan 11 peti mati berisi mayat yang telah membusuk, serta dapur yang dikerubungi belatung.

Iklan

Dikabarkan ada 30 orang yang menjadi pengikut setia Tawee Nanla, guru spiritual berusia 70-an yang dipandang sebagai “Bapak Semua Agama”. Mereka percaya semua jenis kotoran yang keluar dari tubuh pemimpin—air seni, air liur, kulit mati dan tinja—adalah obat mujarab, sehingga mereka rutin mengonsumsinya. Tawee ditangkap saat penggerebekan, dengan tuduhan pemanfaatan tanah negara tanpa izin, penyelundupan mayat dan pelanggaran protokol Covid-19.

Temuan terbaru, yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand pada Selasa (24/5), mengungkap fakta yang lebih mencengangkan. Hasil pemeriksaan sampel makanan yang disita polisi mengandung jamur dan telah terkontaminasi tinja. Keripik ikan, kacang hijau goreng, dan cumi-cumi kering ditemukan sudah jamuran, sedangkan 28 sampel lainnya—saus sambal, ikan fermentasi dan teh herbal—masih diuji. Produk makanan itu nantinya dijual dalam bentuk kemasan ke toko dan warung.

Sampel air yang diambil dari gubuk juga positif mengandung E. coli dan koliform, bakteri yang keberadaannya mengindikasikan sumber air telah terkontaminasi patogen. Makanan atau minuman yang terpapar bakteri itu—biasanya ditemukan pada kotoran manusia dan hewan—dapat menyebabkan diare, keracunan makanan dan penyakit gastrointestinal pada orang yang mengonsumsinya. 

Kepada awak media, Tawee bersikeras para pengikut mengonsumsi kotoran tubuhnya atas kemauan mereka sendiri. Dia mengaku tidak pernah memaksa mereka melakukan itu. Pernyataan Tawee mungkin benar adanya. Menurut keterangan polisi, pihak berwajib menghadapi perlawanan keras dari para anggota selama penggerebekan. Beberapa di antara mereka dilaporkan menenggak air seni dan kulit mati sang guru di depan polisi.

Iklan

Ke-11 mayat yang ditemukan di gubuk dulunya pasien yang berobat ke Tawee. Menurut pengakuan anggota sekte, jasad-jasad itu sengaja tidak dikubur dengan keyakinan Tawee akan membawa roh mereka ke surga. Bagian bawah peti bahkan dilubangi agar para pengikut dapat mengambil cairan hasil pembusukan mayat dan menjadikannya air cuci muka. Cairan itu lagi-lagi dipercaya memiliki manfaat kesehatan.

Gubernur provinsi Chaiyaphum, Kraisorn Kongchalad, merasa “sangat terganggu” dengan kehadiran kelompok tersebut.

“Ini bukan lagi soal keyakinan pribadi,” ujarnya. “Kasusnya sudah melibatkan mayat. Semua lembaga harus bekerja sama mengungkap fakta seputar orang-orang yang menganut aliran ini.”

Media lokal mengabarkan, status Tawee saat ini bebas bersyarat. Dia telah memindahkan markas besarnya ke provinsi Leoi di dekat perbatasan Laos.

Ritual sesat ini baru diketahui setelah YouTuber Mor Pla melaporkannya ke pihak berwajib. Konten kreator yang sering membuat video tentang sekte, aktivitas paranormal dan biksu-biksu palsu, menerima informasi dari anak yang orang tuanya menjadi pengikut Tawee. Mor Pla menyiarkan proses penangkapan yang berlangsung dramatis di laman Facebook-nya.

Di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, telah ditemukan sejumlah kelompok aliran yang keyakinannya melenceng dari ajaran agama. Tahun lalu, seorang biksu memenggal kepalanya sendiri karena percaya dirinya akan hidup kekal. Menanggapi insiden tersebut, Kantor Buddha Nasional Thailand menyebut sejumlah kuil tidak memberi ajaran yang sesuai dengan agama Buddha kepada para biksu.

Pada 2018, sekolah yoga di Koh Phangan ditutup usai guru spiritualnya diterpa tuduhan pelecehan seksual. Menurut pengakuan mantan staf dan murid, ratusan perempuan dicuci otak untuk memuaskan hasrat seksual sang guru demi keperluan spiritual.

Departemen Kesehatan Mental Thailand menyatakan, orang yang mengalami masalah kejiwaan dan sakit parah lebih rentan dimanipulasi ajaran sesat. Guna mencegah terulangnya kasus seperti Tawee, pusat kesehatan mental di seluruh negeri akan ditugaskan menjangkau kelompok rentan dan memberikan solusi yang tepat.

Follow Koh Ewe di Twitter dan Instagram.