Perang Narkoba

Menelusuri Penyebab Kokain Jadi Narkoba Termahal, Sekilo Bisa Rp2 Miliar

Dokumenter VICE 'The War On Drugs Show' menguak bisnis ilegal kokain di seluruh dunia, memahami kenapa harganya di pasar gelap begitu mahal, serta kenapa pelarangan tak juga efektif.

Lewat dokumenter The War On Drugs Show, redaksi VICE menelusuri berbagai dampak perang narkoba. Semua aspek peperangan ini disorot dari hulu sampai hilir, efek sosialnya, hingga menaksir keberhasilan agenda penegak hukum internasional memperlemah jaringan kriminal terorganisir.

Dari beberapa dokumenter yang pernah kami sajikan, kesimpulannya masih sama: perang narkoba tidak efektif. Episode kali ini akan masuk ke topik serupa, tapi dengan sorotan utama pada kokain.

Iklan

Tim VICE merekam proses produksi daun koka di hutan-hutan Amerika Latin, ekstraksinya, sampai kemudian jaringan perdagangan yang membuat kokain dikonsumsi pengunjung klub malam berbagai negara. Kami ingin memahami, apa alasan narkoba jenis ini ditaksir bernilai US$100 miliar per tahun. Bahkan, harga kokain di pasar gelap lebih mahal dibanding sabu, sekitar US$148 ribu per kilogram (setara Rp2,1 miliar).

Perang terhadap kokain sudah dicanangkan negara seperti Amerika Serikat sejak dekade 1980-an. Tapi kenapa rantai distribusi kokain terus bertahan? Apa alasan petani masih nekat menanam kokain? Kenapa pasar kokain tidak berkurang meski ada perang narkoba?

Maka, video kali ini mengurai semua jawaban atas pertanyaan tersebut, sekaligus menunjukkan betapa agenda politikus “memerangi” narkoba tidak pernah menyentuh pemain kakap, tapi hanya mengorbankan orang-orang kecil.

Simak videonya di tautan awal artikel ini