Obituari

Terima Kasih Nunuk Nuraini, Kami Tak Lupa Jasamu Menciptakan Rasa Agung Indomie

Nunuk Nuraini meninggal di usia 59 tahun. Ia menciptakan 62 varian rasa Indomie selama 26 tahun berkarir. Jutaan orang yang pernah menjadi anak kos tidak akan melupakanmu, bu.
Obituari Mengenang Nunuk Nuraini Pencipta 62 varian rasa Indomie meninggal
Screenshot foto mendiang Nunuk Nuraini [kiri] dari akun Twitter @lailadimyati; ilustrasi semangkok indomie soto ayam via Getty Images

Kalau alien beneran datang ke Bumi dan mengadakan pertukaran budaya buat lebih mengerti kehidupan di sini, akan sangat kurang ajar bila umat manusia enggak memasukkan Indomie rasa Mie Goreng (selanjutnya disebut Indomie Goreng) di hampers oleh-oleh. Produk makanan spektakuler ini satu-satunya harapan kita untuk bikin para alien tercengang, bertanya-tanya makanan surgawi macam apa ini.

Iklan

Mau dimasak sesuai instruksi, digoreng dengan telur sebagai lauk nasi, atau dikreasi cara PadangMagelangan, sampai Kuningan, niscaya yang terjadi cuma satu: kesombongan atas teknologi tinggi para makhluk asing itu akan terempas, bertekuk lutut di depan rasa sajian instan Rp2000-an buatan perempuan Bandung.

Maka jelas, segala kegiatan ekonomi dunia seharusnya berhenti sejenak saat mendengar kabar Nunuk Nuraini, pencipta bumbu ramen paling enak nomor 10 di dunia ini, meninggal dunia di usia 59 tahun pada Rabu (27/1) pukul 3 dini hari. Ini kehilangan yang begitu besar bukan hanya bagi pelaku industri makanan, tapi juga pelaku industri yang makan, alias semua industri!

Kabar duka dikonfirmasi Kepala Humas PT Indofood Nurulita Novi Arlaida, “Ibu Hj. Nunuk Nuraini wafat hari ini dan pulang dengan tenang ke pangkuan Allah Swt.,” ujar Novi kepada Kompas.  Human Resources Divisi Mie Instan PT Indofood Agus Suprapta turut mengonfirmasi kepergian Bu Nunuk. Orang yang berjasa besar meracik rasa enak untuk makanan murah andalan perantau dan anak kos-kosan, telah wafat. 

Iklan

Alasan Indomie Digilai Penduduk Nigeria

Tak ada legenda kuliner instan yang dipuja sebesar Indomie Goreng. Pencintanya mendunia sekaligus loyal. Mereka terus makan meskipun sudah tahu terlalu banyak konsumsi mi instan tak sehat. Sepiring Indomie Goreng dengan dua telur dan sepuluh cabai rawit tetap bisa meredakan sebentar patah hati meski meski kajian ekopol aneksasi terigu di Indonesia berserakan.

“Saat akhir bulan di Inggris, Indomie yang dijual di Pecinan adalah kiblatku,” kata Aldo, mahasiswa S-2 yang berkuliah di Manchester, Inggris, saat ditanya VICE bagaimana Indomie Goreng menyelamatkan hidupnya. Produk satu ini emang relatif murah, tapi enggak murahan. Indomie dilaporkan berhasil mengedarkan rasa andalannya di lebih dari 80 negara. PT Indofood bahkan sampai bikin pabrik di Malaysia, Arab Saudi, Nigeria, Suriah, sampai Mesir demi memenuhi permintaan.

“Terlalu panjang [cerita Indomie menyelamatkanku sebagai anak muda]. Mungkin [Indomie] sudah tumbuh menjadi daging, buah pikiran, dan menyatu denganku saat ini,” sebut Rizki, pengusaha muda di Jogja, mengenang masa-masa sulitnya yang dibantu harga murah Indomie. 

Bukan cuma buat Rizki, Indomie juga sudah jadi satu dengan Nunuk. Selama 26 tahun kariernya dihabiskan untuk dan hanya untuk Indofood, produsen Indomie. Nunuk Nuraini adalah insinyur lulusan Universitas Padjadjaran jurusan Teknologi Pangan. Lulus sebagai angkatan 1980, ia menemukan tempatnya berinovasi rasa saat ditempatkan sebagai Flavor Development Manager Divisi Mie Instan PT Indofood. Tugasnya ngeri-ngeri sedap: mengembangkan aneka rasa Indomie. Konon ia sudah meracik rasa 62 rasa Indomie, mulai dari yang lawas seperti Indomie Soto dan Kari Ayam hingga yang baru semacam Indomie Goreng Sambal Matah dan Indomie Real Meat. Nunuk juga merupakan peracik rasa dua saudara Indomie, yakni Sarimi dan Supermie.

Iklan

Tentu kita sepakat bahwa Nunuk lebih dari sekadar berhasil. Doi bukan cuma sukses mengejar rasa enak, tapi juga menciptakan rasa unik yang begitu ikonik sampai dapat label rasa baru: rasa Indomie. Kita enggak menyebutnya rasa mi instan goreng, bukan pula gurih, pedas, atau pun manis, tapi tegas, “rasa Indomie”. Sering dong kita dengar saat ada makanan dengan rasa serupa lantas langsung kita kasih label: “Wah, rasanya mirip Indomie.” Setahu saya, selain Indomie Goreng, cuma minuman fermentasi Yakult yang sampai di level tersebut.

Menurut arsip media, Nunuk baru muncul di permukaan pada 2017 ketika ia terlibat konferensi pers Indomie Real Meat. Saat itu ia sempat menceritakan proses timnya meracik bumbu mi instan.

“Bumbunya harus diproses dengan minyaknya. Bawang merah, bawang putih, cabai, dan kadang santan sesuai dengan rasa yang ingin dicapai. Awalnya, membuat skala kecil dulu, baru nanti dibuat skala besar,” Nunuk menjelaskan, dikutip Theasianparent. Oleh kantornya, ia sampai dibebaskan dari tanggungan memikirkan jenis mi apa yang akan dipakai serta bagaimana cara mengawetkannya. Beban pikiran Nunuk cuma tiga: bumbu, bumbu, dan bumbu. Spesialisasi ini berujung manis, menghasilkan warisan kuliner instan yang sampai jadi identitas negara. 

Selamat jalan, Bu Nunuk. Terima kasih atas rasa yang sudah Anda wariskan.