Kesehatan Reproduksi

KB Menurun Padahal Seks Jalan Terus Saat Pandemi, Siap-Siap Terjadi Lonjakan Kelahiran

BKKBN menyiapkan skenario meningkatnya kehamilan tak terencana di Indonesia beberapa bulan ke depan. PBB turut memperkirakan ada 7 juta kelahiran tak direncanakan di seluruh dunia.
BKKBN: Angka KB menurun di Indonesia selama pandemi covid-19 kelahiran melonjak
Kolase oleh VICE. Foto ilustrasi kehamilan (kiri) via Unsplash; ilustrasi kelahiran bayi via Pexels

Dalam enam bulan ke depan, kajian terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperkirakan 47 juta perempuan di seluruh dunia tidak dapat mengakses program kontrasepsi secara rutin. Indonesia pun mengalami risiko serupa. Hal ini terjadi akibat adanya pembatasan sosial dan lockdown selama pandemi corona.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sudah ancang-ancang akan terjadi lonjakan kelahiran beberapa bulan mendatang. Indikasinya, sudah tercatat ada penurunan jumlah peserta program Keluarga Berencana di berbagai kota Tanah Air selama kurun Februari hingga Maret 2020.

Iklan

"Pelayanan KB yang sangat berdampak akibat COVID-19 ini dikarenakan KB sendiri pelayanannya yang ada sekarang adalah dengan Baksos, sosialisasi oleh Penyuluh Keluarga Berencana, dan juga kader-kader," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, seperti dikutip CNN Indonesia. "Ketika ada physical distancing atau social distancing maka jelas akan menurun pelayanan [KB]."

Merujuk catatan BKKBN, merujuk laporan Bisnis.com, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim atau biasa disebut IUD sepanjang Maret turun menjadi 23.383 dibanding bulan sebelumnya ssejumlah 36.155.

Pemanfaatan KB implan turut anjlok, dari 81.062 menjadi 51.536 dalam sebulan. KB suntik yang sempat 524.989, menjadi 341.109. KB metode pil setali tiga uang, dari 251.619 menjadi 146.767. Adapun vasektomi untuk lelaki dari 2.283 menjadi 1.196 saja, dan tubektomi perempuan dari 13.571 menjadi 8.093.

Hasto menyatakan aktivitas seksual masyarakat akan terus aktif ketika masyarakat sedang tidak bisa mengikuti KB. Oleh karenanya, untuk mengantisipasi gelombang baby boom baru selama momen penularan Covid-19. BKKBN berencana terus menggelar analisis melalui kader institusi masyarakat pedesaan, dengan target mengetahui jumlah dan persebaran pasangan usia subur yang memerlukan pelayanan suntik KB, pil KB, IUD, atau implan.

Lembaga Pengelolaan Dana Kependudukan PBB (UNFPA), berdasarkan kajian yang dilansir akhir April lalu, menyatakan dampak terbesar dari terbatasnya akses KB adalah kelahiran yang tidak direncanakan. Dari perhitungan matematis, ada potensi tujuh juta kelahiran tidak direncanakan selama momen pandemi. Efek negatif lainnya ketika pandemi ini terus menghambat mobilitas manusia di berbagai negara, adalah kemungkinan aborsi berbasis gender, sunat perempuan, dan pernikahan anak dilakukan masyarakat menengah ke bawah.

"Berbagai data tersebut menunjukkan bahwa efek pandemi Covid-19 juga mempengaruhi hak kesehatan reproduksi perempuan di seluruh dunia," kata Natalia Kanem, Direktur Eksekutif UNFPA lewat keterangan tertulis.

Dalam kajian terpisah, UNFPA memperkirakan tanpa pandemi saja, satu dari empat perempuan yang ada di dunia masih tidak bisa menolak ajakan seksual pasangan, atau mendapatkan haknya sendiri untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi.