Higher Brothers Adalah Pemimpin Masa Depan Kancah Hip Hop Cina
Foto band oleh Zhuzhi untuk Noisey.

FYI.

This story is over 5 years old.

Hip Hop Cina

Higher Brothers Adalah Pemimpin Masa Depan Kancah Hip Hop Cina

Setelah mondar-mandir terus antara Chengdu dan Shenzhen, kuartet trap ini akhirnya berkesempatan menembus pasar internasional berkat bantuan label trendi 88Rising.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey

Oleh: Lauren Teixeira

Apabila ada satu kota yang melambangkan kebangkitan terhebat di Cina, jawabannya adalah Shenzhen. Empat puluh tahun yang lalu, Shenzhen adalah kota nelayan biasa, satu dari banyak kota serupa yang terletak di pesisir Kanton Cina. Kini, kota tersebut berubah menjadi sebuah metropolis, dihuni 11 juta orang, dan penuh dengan mal-mal besar berteknologi tinggi dan sebuah Sea World. Dari ujung Taman Nanshan, dekat pusat kota, kita bisa melihat rute yang pernah ditempuh warga yang ingin melarikan diri dari kemiskinan era Mao dengan cara nekat berenang menuju Hong Kong.

Barangkali penanda nyata telah terjadi transformasi besar di kota tersebut adalah pemandangan dari luar halaman gudang di distrik seni Shenzhen bulan Agustus lalu.

Iklan

Mengenakan topi snapback, ikat kepala, rambut cepak samping, dan celana basket, sekitar tiga ratus anak muda Cina terlihat mengantre di bawah teriknya sinar matahari tropis. Mereka di sana menunggu penampilan grup hip-hop tanah air yang sudah diakui dunia internasional, Higher Brothers, dan seorang mahasiswa berteriak mewakili rasa girang mereka semua: “China REPRESENT!”

Foto oleh Lauren Teixeira

Sebuah kru rap berasal dari Chengdu di tenggara Cina, Higher Brothers—Masiwei, Psy. P, Melo, and DZ Know—mulai meledak tahun lalu. Mereka awalnya hanya dikenal di dalam lingkaran kecil kancah musik rap Chengdu sebelum 88rising, sebuah label dan media berbasis New York yang menyediakan platform bagi musisi Asia, merilis video dari lagu mereka “Black Cab” di bulan September 2016.

Sekitar setahun kemudian, mereka tampil dalam sebuah iklan Adidas Originals dan Beats By Dre. Keempatnya bahkan diajak kampanye Air Jordans di Cina bersama Russell Westbrook. Sebuah video yang diproduksi 88rising musim panas lalu menampilkan Migos, Lil Yachty, dan Playboy Carti kegirangan mendengarkan single terbesar mereka, “Made In China.” Tiba-tiba, Higher Brothers mendapatkan perhatian dari penggemar hip hop Amerika Serikat.

Higher Brothers menghabiskan musim panas 2017 tampil di acara sold-out di berbagai penjuru Cina dalam rangka mendukung album studio pertama mereka, Black Cab—bahkan hingga menyeberangi selat ke provinsi Taiwan, bahkan Hong Kong—yang sedang tidak akur sama pemerintah Cina daratan karena menuntut hak otonomi khusus lebih besar. Akhir tahun lalu, Higher Brothers melakukan tur Asia bersama sesama rekan dari label 88rising: Rich Brian (sebelumnya dikenal sebagai Rich Chigga) dan Joji. Mereka menyambangi Seoul, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Jakarta. Dan di musim semi ini, mereka akhirnya akan mendatangi Amerika Serikat, dan mengunjungi 10 kota (dan dua di Kanada) sebagai bagian dari tur Journey to the West. Di bulan Maret, mereka akan berkunjung ke Austin untuk festival musik South by Southwest.

Iklan

Saya harus mengakui bahwa bahkan setelah menghabiskan beberapa hari bersama Higher Brothers, saya masih dihantui pertanyaan yang mengganggu saya setahun yang lalu, ketika seorang teman mengirimkan video “Black Cab,” sebuah tembang trap yang ditujukan bagi supir taksi ilegal di Chengdu, dan diwarnai rap dengan dialek Sichuan. Pertanyaan tersebut adalah: Dari mana mereka berasal? Bagaimana mereka bisa sampai posisi sekarang? Siapa sih personel Higher Brothers sesungguhnya?

Selama saya tinggal di Cina—awalnya sebagai guru bahasa Inggris SMA, kemudian sebagai mahasiswa di Nanjing University, dan kini sebagai seorang jurnalis—saya sudah bertemu ratusan anak muda Cina. Hingga baru-baru ini, saya tidak pernah bertemu satu orangpun yang mengaku memiliki lebih dari sekedar ketertarikan dangkal terhadap hip-hop. Anak-anak kecil di Cina tidak dibanjiri musik hip-hop seperti anak-anak seumuran mereka di Amerika Serikat. Musik hip-hop tidak diputar dalam taksi atau di supermarket atau di iklan TV, dan tentu saja Higher Brothers tidak mulai mendengarkan musik ini semasa remaja satu dekade lalu.

Tapi di Cina, semuanya berlangsung dengan cepat, dan proses meningkatnya popularitas hip-hop juga tidak terkecuali. Ketika hip-hop akhirnya mulai meledak di Cina, ini bukan disebabkan oleh Higher Brothers, tapi oleh “The Rap of China,” sebuah acara kompetisi rap reality show yang pertama kali ditayangkan oleh situs video iQiyi di bulan Juli dan semenjak itu telah ditonton 2.5 miliar kali. Kesuksesan acara ini sebagian disebabkan oleh popularitas pembawa acara, Wu Yifan, alias Kris Wu, mantan anggota boyband Cina-Korea, Exo yang masih terkenal hingga sekarang (dia bahkan disponsori oleh McDonald). Semenjak pertama kali tayang, acara ini telah menarik banyak perhatian terhadap bentuk seni yang sebelumnya hanya dikenal sebagai subkultur kecil. Ketika saya kembali ke Beijing bulan September lalu setelah menghabiskan sebulan di AS, musik hip-hop Tiongkok diputar di mana-mana: mulai dari restoran hingga coffee shop. Minggu lalu, pemerintah komunis Cina melarang “kultur hip-hop dan tato” dari televisi dan biarpun ini sudah pasti menghambat perkembangan genre tersebut di Cina, ini juga menjadi bukti bagaimana kultur hip-hop telah jauh maju di sana. Hip-hop sudah mulai masuk ke dalam radar tim sensor.

Iklan

Higher Brothers jatuh cinta dengan hip-hop sebelum musik ini dianggap keren di Cina. Tapi bahkan sekarang, musik Cina masih terdengar seperti versi KW musik populer dunia, entah itu rock, K-pop, atau sekarang, hip-hop. Higher Brothers terdengar berbeda. Pertama kali mendengar “Black Cab,” saya merasa mendengarkan sesuatu yang orisinil.

Pendiri 88rising Sean Miyashiro memiliki reaksi yang serupa ketika dia pertama kali mendengar Higher Brothers lewat seorang karyawan yang pernah mendengar salah satu lagu mereka di sebuah pesta. “Saya belum pernah mendengar musik rap Cina yang bagus,” ujarnya.

Reaksi positif dari penggemar dan musisi hip-hop AS terhadap musik daratan Cina, tidak peduli genre musik apapun, belum pernah sebesar ini. Secara ajaib, Higher Brothers terasa seperti perwujudan pidato mantan presiden Hu Jintao di 2007 ketika dia mendeklarasikan “pembaruan bangsa kita akan ditemani oleh kultur Cina yang melejit.” Biarpun pemerintah Cina sudah menghabiskan puluhan miliar dollar per tahun menarik perhatian penikmat musik luar negeri dan bahkan menciptakan pop star dalam negeri, Cina bisa dibilang gagal menciptakan impor budaya yang menarik negara-negara luar. Kasarnya, Cina belum berhasil membuat orang menganggap mereka keren, seperti yang sukses dilakukan J-Pop atau K-pop. Sepertinya Higher Brothers pelan-pelan bisa mengubah persepsi budaya pop Tiongkok ketinggalan dari negara di kawasan.

Iklan

Foto oleh Lauren Teixeira

Ma siwei, alias Masiwei, 24 tahun, didapuk tiga rekan lainnya sebagai pemimpin Higher Brothers. Dengan tinggi badan normal, berkulit gelap, berhidung lebar dan pipi tirus, dia tidak masuk kategori ganteng standar konvensional lelaki Cina. Saat ini perempuan Cina memilih lelaki bergaya Korea, dengan wajah baby face—atau xiao xian rou, yang apabila diterjemahkan berarti “daging segar.” Tapi perlu diingat bahwa standar kecantikan Cina juga tidak menyebutkan apa-apa tentang gaya rambut gimbal ala Lil Uzi Vert, atau piercing hidung, yang berhasil diterapkan oleh Masiwei. Kekurangannya dalam area daya tarik penampilan konvensional ditutupi dengan karisma. Kemampuan khasnya terletak di flow-nya, yang selalu terdengar mulus dan tidak buru-buru, dan dilontarkan dalam larik atonal nyaring. Penggemarnya, entah lelaki atau perempuan—dan dia memiliki banyak penggemar perempuan—menyebutnya Ma Shi (seperti “Master Ma,” mirip seperti master kungfu).

Ding Zhen, alias DZ Know, 21 tahun, adalah favorit penggemar lainnya, terutama di kalangan audiens asing. Menurut ceritanya, nama panggungnya datang dari kecenderungannya menambahkan “you know?” ke namanya, yang terdengar simetrikal dalam bahasa Cina (Ding Zhen, zhi dao?). Dia memiliki gaya rap meledak-ledak yang membuat dia kerap disandingkan dengan Biggie dan karakter Pokemon, Snorlax. Kebanyakan waktu, dia menampilkan ekspresi wajah lucu yang menutupi selera humornya yang tajam. Suatu waktu, ketika saya tanyakan karakteristik unik apa yang dia bawa ke grup, dia menjawab, “Saya gembrot.”

Iklan

DZ Know datang dari Nanjing, ibukota provinsi Jiangsu, di Cina timur; Masiwei berasal dari Chengdu, ibukota provinsi Sichuan di barat daya Cina. Keduanya bertemu pada 2015 lewat sebuah komunitas hip hop di Weibo, situs jejaring sosial; di bulan November tahun itu, DZ, yang bekerja menjual asuransi setelah keluar dari sekolah kejuruan, pindah ke Chengdu untuk bergabung dengan Masiwei dan berkarya dalam musik.

Menjadi rumah bagi 14.5 juta orang, Chengdu terkenal karena cagar alam panda raksasa, makanannya yang pedas, dan kini, kancah hip-hop bawah tanahnya, yang berpusat pada sebuah kolektif bernama Chengdu Shuochang Huiguan, atau CDC pada 2008. (Shuochang—atau “ngomong-nyanyi”—adalah salah satu istilah Cina untuk rap; huiguan adalah kata kuno yang merujuk kepada balai pertemuan perdagangan yang biasa ditemukan di kota-kota Cina pada masa dinasti). Masiwei bergabung dengan kolektif ini ketika dia masih seorang mahasiswa, dan disitulah dia bertemu calon anggota Higher Brothers lainnya, Psy. P dan Melo.

Psy. P (nama aslinya Yang Junyi) dan Melo (nama asli Xie Yujie) yang berumur 23 tahun tidak memiliki pesona ramah media seperti kedua anggota lainnya, tapi mereka masih tetap mempunyai penggemarnya sendiri. Psy. P terbilang sangat tinggi untuk ukuran lelaki Cina, dengan wajah cemberut abadi dan rambut gimbal panjang yang biasa dia ikat seperti ekor kuda atau dua bola sanggul. Dia adalah seorang penulis lirik berbakat, tapi kemampuan khasnya adalah suaranya, yang bisa dengan mudah berubah dari kumur-kumur menjadi retihan bernada tinggi. Melo, secara kontras, adalah yang paling terlihat ceria dalam grup. Dia juga terlihat mirip dengan bintang film Hong Kong, Tony Leung, sebuah kemiripan yang sering disebutkan beberapa penggemar perempuan di setiap postingan Instagramnya.

Iklan

Apakah empat sosok pria ini ditakdirkan untuk ‘keluar jalur’ ataukah ini disebabkan oleh ketertarikan mereka terhadap musik rap tidak jelas. Tapi beberapa saat setelah mereka menemukan hip-hop di era SMP, mereka keluar dari jalur stabilitas pekerjaan kantor yang sangat dijunjung oleh masyarakat Cina. Di SMA, Melo dan Psy. P membuat orang tua mereka marah setelah kabur di satu malam sekolah untuk ikut rap battle di CDC alih-alih belajar. Setelah lulus kuliah, Masiwei, yang memiliki ayah bekerja sebagai janitor, memutuskan untuk kembali tinggal bersama orang tua dan terus ngerap alih-alih mencoba mendapatkan pekerjaan. Dan DZ, tentu saja, adalah seorang dropout yang meniggalkan dari pekerjaannya dan pindah kota demi musik.

Tidak lama setelah DZ pindah ke Chengdu, kisah Higher Brothers dimulai. Pada bulan Desember 2015, DZ merilis sebuah track menampilkan Masiwei dan Psy. P berjudul “Haier Xiongdi” atau “Haier Bersaudara,” yang menggabungkan beat trap dengan lirik ngawur tentang peralatan rumah tangga (Haier adalah brand besar produsen peralatan rumah tangga Cina). Penggemar dan rapper Cina yang saya wawancarai menyebut lagu ini sebagai pencerahan. Musik trap tidak dikenal dalam lingkaran hip-hop Cina hingga 2015; sebelum itu semua orang di Chengdu sangat saklek dengan hip-hip “old school,” yang di Cina digunakan untuk mendeskripsikan semua musik hip-hop yang bukan trap.

Setelah memperoleh sambutan hangat berkat single “Haier Xiongdi”, mereka memutuskan membentuk kru memakai nama yang sama. Dengan pengecualian anggota baru Melo, wajah lama dalam kancah musik Chengdu, mereka tinggal bersama dalam sebuah unit apartemen, tidur di atas ranjang susun, lalu menciptakan musik dalam studio rumahan. Di atas berbagai beat trap yang mereka produksi sendiri, mereka ngerap tentang mini-market 7-11 dan applikasi pesan Cina, WeChat.

Iklan

Hasilnya adalah sebuah mixtape self-titled yang dirilis pada Maret 2016. Mixtape ini diterima dengan baik dalam lingkaran hip-hop Cina, terutama di Chengdu, di mana mereka mulai menarik banyak penggemar ke gig mereka. Tapi Higher Brothers tetap tersembunyi dalam subkultur kecil hip-hop Cina hingga akhirnya video “Black Cab” muncul di 88rising pada September 2016. Di bulan itu, ramalan Worldwhite Shit, awalnya dibentuk lewat kolaborasi dengan rapper Sudan yang tinggal di Cina, J.Mag mulai menyebar. Konsep ini, yang menyebutkan bahwa Higher Brothers akan “menyebarkan Worldwhite Shit mereka ke dunia,” adalah salah satu mantra paling popular di antara penggemar Higher. Kamu bisa menemukan Worldwide Shit di manapun: di intro dan outro lagu mereka, di halaman Weibo mereka, dan di berbagai komentar penggemar di YouTube.

Tidak ada yang menyangka bahwa “Black Cab” akan menjadi sebuah hit. Lagu ini dinyanyikan sepenuhnya dalam dialek Sichuan, membuat liriknya sulit dimengerti bukan hanya oleh orang asing, tapi bahkan kebanyakan warga Cina sendiri. Menurut Higher, liriknya terinspirasi oleh sopir taksi ilegal Chengdu yang biasa mengucapkan frasa “cha yi wei,” atau “masih kurang satu orang!” dalam dialek Sichuan yang bernada tinggi. Inspirasi lokal ini menarik banyak perhatian pendengar musik muda Cina, yang bersemangat mendengarkan musik hip-hop yang menarik secara musikal tapi tetap bernuansa Cina. Tapi tetap saja, banyak penggemar internasional yang tidak terkesan.

Iklan

“Setelah video kami dirilis, orang dari negara lain mengatakan bahwa bahasa Cina tidak cocok digunakan untuk ngerap,” kata Masiwei.

Justru karena itulah, lagu paling populer Higher Brothers hingga saat ini, “Made in China,” akhirnya lahir. Hook lagu ini, yang dinyanyikan dalam bahasa Inggris, merupakan sebuah tantangan terhadap stereotip negara barat terhadap Cina: “My chain, new gold watch, made in China / We play ping-pong ball, made in China.” Video lagu tersebut, yang disutradari oleh Masiwei sendiri, menunjukkan anggota grup beraksi dalam tracksuit berwarna merah dan bermain-main dalam settingan lokasi yang terlihat seperti dinasti qing, melakukan gerakan-gerakan kung fu palsu dan bermain mahjong. Dari sisi New York, 88rising menggunakan jasa produksi sutradara terkenal Atlanta, Richie Souf dan menambahkan verse tambahan oleh Famous Dex. “Made in China” ditujukan bagi audiens internasional dan juga menjadi sebuah pernyataan tesis yang ditampilkan dengan hati-hati. Seiring penulisan ini, ‘Made in China’ telah ditonton lebih dari 8 juta kali di YouTube.

“Saya ingin menyampaikan bahwa semua barang-barang kita dibuat di Cina,” ungkap Masiwei tentang lagu tersebut.

Bagi kebanyakan teman-teman Cina saya, hidup berada di dalam kukungan sempit narasi yang diterima masyarakat tapi juga dibenci dan seharusnya menjamin perkembangan sebuah negara yang populasinya terlalu banyak. Semuanya dimulai semenjak SMP ketika murid-murid mulai bersaing untuk ujian masuk SMA yang brutal dan setelah itu ujian masuk universitas. Diterima ke universitas tingkat satu atau elit adalah kunci terbaik mendapat pekerjaan kantoran di Cina. Tanpa ijazah kampus top, sulit karena ada jutaan pesain. Ijazah yang sama tentunya mempengaruhi kemampuanmu menemukan pasangan dalam pasar perjodohan yang juga kompetitif. Begitu semua ini terpenuhi, kamu diharapkan untuk langsung mempunyai anak—rekan-rekan saya, yang kebanyakan anak tunggal, mengatakan mereka menghadapi tekanan yang besar dari orang tua untuk melanjutkan garis keluarga—dan mulai mempersiapkan anak melalui proses yang serupa.

Iklan

Bagi saya, ekspektasi berlebihan inilah yang membuat Cina tidak sanggup menghasilkan apapun yang keren, bukan penyensoran. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penduduk muda Cina yang telah melakukan semuanya sesuai aturan mulai lelah. Gaji fresh graduate untuk pekerjaan kantoran sangat rendah di Tiongkok, hingga banyak orang mengeluh bahwa melakukan pekerjaaan kasar bidang konstruksi lebih menguntungkan. Seperti Indonesia, harga rumah di kota-kota besar Cina terus melejit, mimpi memiliki rumah—yang selalu dianggap sebagai syarat untuk bisa menikah—tambah sulit dicapai. Situasi ini membuat banyak kaum urban muda merasa galau, tidak yakin seberapa terang sesungguhnya prospek masa depan mereka.

Namun tetap saja ketika saya bertanya ke Higher Brothers apa harapan mereka bagi masa depan, Melo menjawab, “Higher and higher!” Ketiga anggota lainnya tertawa.

Melo bukan sedang merujuk ke ganja. Kata bahasa Inggris “high,” ketika digunakan dalam kalimat bahasa Cina, dalam beberapa tahun terakhir merujuk ke perasaan girang: secara fisik, emosional dan lainnya. Memanjat gunung itu high. Mabuk itu high. Ngerap itu really high.

Seiring mereka menanjak, Higher Brothers menunjukkan ke penggemar visi hidup mereka yang berbeda. Dan saya merasa penyimpangan dari ekspektasi umum inilah yang membuat mereka sangat dicintai banyak orang muda di Cina: Mereka memutuskan untuk menciptakan sesuatu. Mereka memutuskan bersenang senang sajalah daripada sumpek memikirkan tekanan sosial.

Iklan

Beberapa minggu setelah acara Shenzhen, saya terbang ke Chengdu menonton Higher Brothers menutup acara tahunan EO lokal bernama CDC. Event tersebut seharusnya diadakan di sebuah venue outdoor di pinggir kota, lengkap dengan kolam renangnya. Sayang lokasi tersebut gagal dipakai, jadi acara dipindah ke sebuah venue basement dua lantai, di bawah sebuah komplek retail dekat Sungai Fuhe.

Di belakang panggung, saya ngobrol dengan seorang rapper berumur 19 tahun asal Tibet bernama Young13Dbaby, anggota terbaru dari CDC, yang baru saja melakukan gig debutnya semalam sebelumnya di sebuah acara yang lebih kecil. Bagi 13D, berasal dari Maqu, provinsi Gansu di selatan Tibet, manggung bersama CDC adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Dia mengatakan bahwa dia belajar untuk gaokao dan mengisi applikasi universitas dengan tujuan diterima di sebuah universitas di Chengdu, agar dia bisa bergabung dengan CDC. Setahun yang lalu, dia mengunjungi acara CDC pertamanya di venue yang sama di mana dia manggung semalam. “Saya hanyalah seorang penggemar saat itu,” jelasnya.

Suasana di belakang panggung sangat intens. Ketika tiket mulai dijual, ruangan berkapasitas 600 tersebut terjual habis kurang dari satu jam; dan acara tersebut digadang sebagai acara terbesar kolektif hingga saat itu. Faktanya, satu-satunya seniman yang terlihat kalem di belakang panggung hanyalah Higher Brothers, yang sering keluar masuk panggung malam itu sebagai bintang tamu untuk penampil lainnya.

Iklan

Di titik ini, aksi panggung Higher Brothers terlihat berjalan dengan mulus dan penuh dengan gimmick yang dieksekusi dengan baik, seperti gerakan mengayun golf terkoordinasi yang ditunjukkan dalam lagu “Young Master.” Tapi di malam itu, momen yang paling tidak terlupakan terjadi saat mereka menampilkan lagu Black Cab, “Wudidong,” atau “Lubang Tanpa Dasar.” Ketika intro lagu tersebut dimainkan, penonton berteriak kegirangan. Tiba-tiba, musiknya berhenti. Higher Brothers berbaris di pinggir panggung dan menginstruksikan audiens untuk mengosongkan sedikit ruang di tengah lantai. Ketika ini selesai, musik kembali diputar, dan mesin kabut mengisi ruangan penuh dengan asap. Di setiap bagian bait mereka, masing-masing anggota turun dari panggung ke lantai, telanjang dada.

Tur AS Higher Brothers yang akan datang adalah pertama kalinya mereka manggung di AS (dan di luar Asia). Dalam hal talenta, saya merasa mereka tidak akan bermasalah di manapun mereka pergi. Tapi saya khawatir di Amerika, beberapa daya tarik mereka akan hilang karena perbedaan bahasa. Apakah audiens Amerika bisa menyanyikan bagian bahasa Cina dalam lagu “Made in China”? Bagaimana kamu bisa menyuruh orang-orang yang tidak mengerti bahasamu untuk membentuk sebuah pit di tengah lantai dansa?

Meraih ketenaran di saat yang sama negara mereka secara keseluruhan menemukan hip-hop, Higher Brothers diberikan kesempatan untuk mendefisikan genre hip-hop menurut pengertian mereka sendiri. Tapi di Amerika, mereka akan berhadapan sama audiens yang sudah terbiasa mendengarkan musik rap selama beberapa dekade. Saya khawatir apabila mereka tidak akan dianggap serius. “Made in China,” lagu mereka yang paling sukses di luar negeri, berada di dalam ranah meme berbahaya dengan cara mengeksploitasi stereotip rapper Cina. Tentunya mereka tidak ingin menjadi sensasi online, tapi kemudian surut ketika harus menciptakan karya susulan yang substansial?

Foto oleh Lauren Teixeira

Saya memutuskan bertanya langsung ke Masiwei. Apakah dia memiliki kekhawatiran yang sama? Setiap kali kami membicarakan Amerika, tatapannya terlihat penuh harapan. Biarpun mereka berencana tur di awal 2018, saya mendapat kesan darinya bahwa empat bulan menunggu itu terlalu lama. Ketika saya menanyakan apabila dia memiliki kekhawatiran tertentu soal bermain di Amerika, dia menjawab, “Gue mungkin bakal babak belur ketika sedang crowdsurfing,” dan menyengir.

Biarpun ada banyak rintangan kultural yang akan dihadapi Higher Brothers, mereka juga akan menyambangi Amerika di era ketika sikap terbuka terhadap sound baru dalam hip-hop sedang marak-maraknya. Dalam beberapa tahun terakhir, rapper Soundcloud macam Smokepurpp dan Lil Pump berhasil mengangkat status mereka dari artis internet dan memiliki karir sungguhan. Biarpun memefikasi dari rap memiliki sisi gelap, ini juga memberikan titik masuk baru bagi banyak musisi. Apabila Amerika bisa menerima gerombolan remaja dengan rambut gimbal punk, kenapa juga mereka tidak bisa menerima empat lelaki Cina? Kejelasan bahasa juga rasanya tidak terlalu penting mengingat banyaknya “mumble rapper” yang sukses macam Young Thug dan Lil Uzi Vert.

Setelah acara usai, saya mengikuti Masiwei seiring dia dan rekan-rekannya berlari melewati gerombolan penonton menuju ruang VIP. Ini ternyata percuma, karena kami berakhir di sebuah area yang penuh dengan penggemar. Seorang bocah lelaki yang terlihat berumur 14 tahun menyelipkan buku catatannya melewati pagar yang membatasi area VIP, meminta tanda tangan Masiwei.

Di satu titik, saya sempat duduk di samping seorang lelaki tampan yang sempat saya lihat di belakang panggung sebelumnya. Dia adalah pemilik studio dua lantai yang menjadi markas bagi kru CDC. Dia mengatakan bahwa dia besar bersama Masiwei di Pixian, sebuah distrik Chengdu yang dikenal akibat fermentasi sup kacang. Ketika semua orang sedang asik mendengarkan “Cut It,” milik O.T. Genesis, saya menyadari bahwa dia sanggup membaca pikiran saya, karena tanpa aba-aba, dia langsung berucap, “Kami tidak mau mencari pekerjaan dan menikah. Kami bisa memilih kehidupan kami sendiri.”

Lauren Teixeira adalah penulis lepas berbasis di Beijing. Follow dia lewat Twitter.