FYI.

This story is over 5 years old.

DRONES

Wagelaseh, Drone Kini Bisa Dipakai Melakukan Pembunuhan

Contoh nyata (walau gagal) terjadi di Venezuela. Kita di masa depan tampaknya harus siap melihat pembunuhan politik berbasis pesawat tanpa awak.
Paspampres Venezuela memeriksa gedung sekitar setelah ledakan terdengar saat Nicolas Maduro menghadiri upacara di Caracas pada 4 Agustus 2018. Foto olehJUAN BARRETO/AFP/Getty Images

Pekan lalu, terjadi upaya serangan gagal dari drone bermuatna bahan peledak terhadap presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Sekalipun gagal, upaya pembunuhan tersebut sangat mungkin menandai sebuah era baru. Kini, pesawat tanpa awak yang makin murah, mudah digunakan, dan bisa disetir dari jarak jauh bukan lagi sekadar mainan. Drone berpotensi menjadi alat untuk mengsekusi pembunuhan berencana.

Jangan panik dulu. Ini bukan kali pertama pembunuhan mengadaptasi teknologi terbaru demi menjalankan niat jahat. Politisi dan penjaganya punya cara-cara untuk mengatasi masalah ini.

Iklan

Pada 4 Agustus, seseorang meluncurkan dua drone heksakopter ke arah Maduro, istrinya, dan pejabat tinggi lainnya saat Maduro sedang berpidato di sebuah acara luar ruangan, di Caracas. Masing-masing drone berisi sekitar 900 gram peledak dan ditargetkan untuk meledak di depan serta di atas Maduro, menurut klaim Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol.

Militer Venezuela menyabotase salah satu drone dan menjatuhkannya, sementara drone lainnya menabrak gedung apartemen dua blok dari podium Maduro, menurut klaim Reverol seperti dilansir kantor berita Associated Press.

CaracasNews24 memiliki rekaman yang, menurut klaim redaksi, menampilkan salah satu drone meledak di udara. Rekaman terpisah menampilkan reaksi Maduro atas ledakan, dan anggota paspampres yang segera melindunginya memakai tameng.

Fakta tak terelakkan dari rekaman tersebut adalah drone sudah bisa digunakan sebagai alat pembunuhan bermotivasi politik. Kriminal dan teroris mulai menggunakan UAV, yang terjangkau, beberapa tahun lalu. Militan ISIS di Irak dan Suriah membangun angkatan udara kendali jarak jauh dengan menggabungkan drone yang tersedia di pasaran dengan peledak kecil.

Drone-drone peledak ini menyerang pasukan Irak dan AS selama pertempuran panjang untuk membebaskan kota Mosul dari militan pada 2016 dan 2017. Perwira militer AS Pat Work, yang memimpin pasukan Irak di Mosul, membahas taktik drone ISIS pada sebuah presentasi di West Point pada Januari lalu. "Kamu tak perlu memusnahkan semua musuhmu kalau kamu bisa membunuh keberanian mereka."

Iklan

Gembong narkoba Meksiko pertama kali menggunakan drone murah dalam rangka mengirim paket narkoba sebelum memodifikasinya sebagai senjata. Pada Oktober 2017, anggota kepolisian Meksiko memberhentikan empat laki-laki yang mengendarai truk pickup dekat kota Salamanca. Selain senapan serbu AK-47, mereka membawa drone yang memuat alat peledak dan pengatur ledakan jarak jauh.

"Drone kecil adalah cara efisien untuk mengangkut barang apapun ke sasaran," ungkap Nick Waters, mantan perwira Tentara Inggris dan pakar drone independen. "Benda itu bisa mengangkut buku barumu, atau beberapa ratus gram peledak."

Percobaan pembunuhan oleh drone di Caracas mungkin bukan yang pertama sekaligus terakhir. "Kita akan melihat serangan-serangan lebih banyak, mengingat teknologi ini mudah diakses,” ujar Peter W. Singer, pakar drone di New America Foundation. "Memang, lebih sulit mendapatkan bom daripada drone."

"Tetapi jangan khawatir," imbuh Singer. "Kita sebaiknya tidak bereaksi berlebihan dan berharap bisa mengulang waktu (ketika teknologi belum secanggih ini-red)."

Singer menyebutkan sebuah titik sejarah pemakaian teknologi untuk membunuh orang penting. "Percobaan pembunuhan pertama menggunakan kereta tanpa kuda pada 1905, menyasar sultan Ottoman. The Times menggambarkannya sebagai 'salah satu konspirasi politik terhebat dan paling sensasional pada era modern'."

Kalau politisi dan pasukan keamanan beradaptasi dengan ancaman pembunuhan di kereta, mereka juga bisa beradaptasi dengan drone pembunuh. Ada upaya dan alat yang bisa melindungi politisi dari robot meledak.

Iklan

Menurut laporan, pasukan Venezuela, menyabot salah satu drone yang menyasar Maduro, menggunakan teknologi pengganggu sinyal sama dengan yang digunakan militer Rusia untuk melindungi pangkalan-pangkalannya di Suriah dari serangan drone bertubi-tubi dari para militan.

Work berkata memberi perhatian pada setiap arah adalah kunci dalam melindungi siapapun dari serangan-serangan melibatkan teknologi canggih macam drone. "Tengok ke atas dan lihat masalahnya. Itu membantu."

Menurut Singer, hal terpenting adalah meminimalisir risiko. Kepanikan bisa berujung pada peraturan absurd yang tidak tepat, ujarnya. "Hasilnya bisa jadi peraturan yang aneh bahwa akan lebih sulit untuk mendapatkan dan menggunakan drone kecil ketimbang senapan AR-15 dan tumpukan cadangan yang bisa membunuh ratusan orang di sebuah sekolah atau konser."

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard