Sejarah Berbagai Lokasi Diharap Jadi Surga di Bumi Tapi Akhirnya Gagal

FYI.

This story is over 5 years old.

The Dystopia and Utopia Issue

Sejarah Berbagai Lokasi Diharap Jadi Surga di Bumi Tapi Akhirnya Gagal

VICE Magazine menampilkan cerita plus ilustrasi tentang upaya-upaya menciptakan masyarakat 'sempurna'. Kami menjabarkan alasan kenapa semuanya gagal total.
Lia Kantrowitz
ilustrasi oleh Lia Kantrowitz

Laporan ini pertama kali tayang di VICE magazine Edisi Dystopia dan Utopia. Klik DI SINI jika ingin berlangganan.

VICE Indonesia juga merilis rangkaian cerita mengenai lokasi-lokasi yang menggambarkan gagasan distopia maupun utopia yang ada di negara ini. Simak liputannya di sini.


(1625–1630)

Amerika Serikat mungkin akan menjadi sebuah negara berbeda apabila cita-cita Thomas Morton, bukannya kaum Puritan Plymouth, yang tercapai. Morton adalah tukang minum cider dari Devon di sisi barat Inggris. Morton terkenal sebagai penyelenggara pesta terbaik Abad 17 di Mount Wollaston, kawasan Massachusetts Bay yang saat itu dipadati imigran Inggris.

Iklan

Pesta-pesta ini memiliki tujuan utopia. Morton memimpikan sebuah tanah yang bebas. Dia seorang penyair dan pengacara, menyebut dirinya sendiri sebagai “tuan rumah” Dusun Merrymount. Sementara rekan-rekan sesama pendatang dari Inggris di tanah Amerika dia sebut “sekutu”—kumpulan lelaki bebas yang diperbolehkan berintegrasi dengan penduduk asli Suku Algonquin.

Morton mendirikan maypole pagan (tiang kayu tinggi yang digunakan untuk menyembah berhala) di Merrymount. Sikapnya menimbulkan kemarahan Kaum Kristen Puritan, menangkap dia dan teman-teman pestanya, yang semuanya terlalu mabuk untuk melawan. Setelah dikirim kembali ke Inggris dan diadili, dia akhirnya bebas dari semua tuntutan. Setelah dia kembali ke Amerika, dia ternyata terus mengalami masalah. Semakin banyak tuntutan hukum dilayangkan atas dirinya dan rumahnya dan rumah para pendukungnya dibakar habis. Amerika meneruskan prinsip gaya hidup Puritan, menolak mimpi egaliter Merrymount, “mengumbar kegembiraan sembari lepas tradisi lama Inggris” (sesuai kata-kata Morton sendiri) ternyata ditakuti sebagai ritual pemujaan setan.

(1698–1700)

Caledonia ditemukan rombongan 1.200 imigran asal Skotlandia di Teluk Darien pada 1698. Caledonia merupakan mimpi besar yang dampaknya malah membuat Skotlandia bangkrut, batal merdeka, dan terpaksa jadi anggota Persemakmuran Inggris. Lebih dari dua abad sebelum Terusan Panama dibangun, ekonom bernama William Paterson, otak dibalik koloni Caledonia, menyadari pentingnya membangun jalur darat antara Samudera Atlantik dan Pasifik. Jalur macam itu memotong tanah genting Panama, sehingga membuat siapapun pengendalinya kaya raya.

Iklan

Di tahun-tahun tersebut, warga Skotlandia terjebak kelaparan dan kemiskinan. Banyak orang lantas bermimpi ikut menjadi warga negara perdagangan besar dalam sebuah koloni di Amerika tengah. Masyarakat Skotlandia patungan mendanai usaha tersebut—beberapa bahkan merelakan tabungan mereka seumur hidup terpakat. Tragisnya, para petualang Skotlandia yang berlayar dari pelabuhan Leith terkena penyakit tropis, sebelum pihak Spanyol membakar habis koloni mereka.

Merasa terancam, pihak Inggris melarang anggota persemakmuran berdagang dengan Caledonia. Kebijakan tersebut menyebabkan kehancuran Caledonia. Beberapa penyintas terpaksa kembali menahan malu. Pihak Inggris kemudian masuk, membawa Skotlandia masuk ke persemakmuran Inggris, sekaligus menawarkan kompensasi finansial bagi banyak penduduk Skotlandia yang terlanjur kehilangan nafkah akibat mendukung narasi mimpi membangun bangsa baru Amerika-Skotlandia.

(1625–1630)

Pada malam Natal 1858, Mary Ann Girling, ibu dari dua anak di Suffolk, timur Inggris, mengaku dikunjungi Tuhan Yesus. Sang juru selamat manusia itu menampakkan diri di kamar Girling, di Ipswich. Pada 1864, dia mengaku menerima wahyu baru. Kehidupan anak petani tersebut biasa-biasa saja hingga di titik itu, tapi setelah pertemuan kedua, Girling mengaku sebagai seorang nabi. Perempuan ini mendirikan sebuah sekte bernama Children of God. Dia menjadi berita halaman depan berbagai surat kabar Inggris. Dia sempat pula dituduh terlibat ilmu sihir.

Iklan

Girling meyakini dapat misi memimpin komunitas Children of God, menuju ke Tanah yang Dijanjikan. Lokasinya ternyata berada di New Forest, selatan Inggris. Dia pergi ke sana, ke sebuah desa kecil bernama Hordle, membawa lebih 100 pengikut fanatik religius yang berjoget-joget. Digusur dari utopia berkali-kali, sekte tersebut melemah seiring waktu sampai akhirnya bubar pada 1886, ketika Girling meninggal akibat kanker.

(1887–1893)

Sebelum Adolf Hitler berkuasa, ada seorang guru sekolah bernama Bernhard Förster yang menyebarkan pandangan rasis untuk menciptakan tatanan masyarakat baru. Sebagai penganut antisemitisme (pembenci kaum Yahudi) yang terinspirasi oleh narasi-narasi supremasi warga Jerman, Förster ingin kemurnian rasnya terjaga. Maka dia dan istrinya, Elisabeth, meninggalkan Jerman, mendirikan surga kaum Aryan di dalam hutan Paraguay. Sayangnya, binatang, serangga, sampai mikroba setempat jbukan penggemar Wagner. Binatang ataupun penyakit juga tidak menghormati ide superioritas ras warga Jerman, sehingga akhirnya mengusir suami-istri tersebut.

Förster bunuh diri menenggak racundi sebuah hotel pada 1889. Sementara pada 1893, Elisabeth kembali ke Jerman untuk merawat kakak lelakinya, Friedrich Nietzche. Nueva Germania menjadi bagian dari Paraguay. Ada rumor beredar, dokter yang memimpin kamp konsentrasi Auschwitz, Josem Mengele, melewati wilayah tersebut ketika sedang melarikan diri sesudah Perang Dunia II.

Iklan

(1889)

Dalam era penuh ketamakan bangsa Eropa akan emas dan budak, penjelajah Bangsa Kazaki, bernama Nikolai Ashinov, menjadi sebuah pengecualian.

Pendirian New Moscow, termotivasi oleh ide samar-samar buat memahami hubungan antara Rusia dengan gereja Ortodoks Etiopia. Pendirinya juga pnya keinginan mewujudkan kerajaan mitologis milik Prester John (surga Kristen yang tidak benar-benar ada, biarpun sepanjang Abad Pertengahan ini terus dicari—ya semacam berita hoax zaman dulu lah), Ashinov mendirikan koloni Rusia bernama New Moscow di pantai Laut Merah di Afrika, sekarang menjadi Djibouti.

Semua ini hanya bertahan beberapa minggu. Ashinov, tukang minum-minum dan pemerkosa, menolak menyerah ke pihak Perancis. Akhirnya kapal senjata Perancis meratakan New Moscow dengan tanah. Berusaha mencuci tangan dari insiden tersebut, kaisar Rusia saat itu, Alexander III, menyebutnya sebagai “komedi yang bodoh dan menyedihkan.”

(1893–1899)

Sepanjang dekade 1890'an, Australia tertimpa kekeringan dan depresi massal. Para pencukur bulu domba menuntut keadaan yang lebih baik pada pemerintah, namun justru dihukum secara brutal. Sosialis William Lane memimpikan keadaan yang lebih baik dan pergi menuju Paraguay bersama 220 warga Australia lainnya. Di benua baru, dia mendirikan New Australia berdasarkan prinsip sosialisme.

Setelah kehilangan 90 persen dari populasi lelaki akibat perang dengan Brasil dan Uruguay, pemerintah Paraguay berniat membantu para warga Australia tersebut. Para lelaki lajang Australia sangat bersemangat, dan bergaul dengan para perempuan lokal. Hal ini ditentang Lane yang ingin menjaga New Australia berkulit putih.

Iklan

Sakit hati, Lane meninggalkan New Australia, dan mendirikan sebuah pemukiman baru tidak jauh dari situ (Cosme), dan setelah itu tidak berhasil, pergi ke Selandia Baru. Di sana, dia menghidupkan kembali karirnya sebagai seorang jurnalis dan mengadopsi konservatisme pro-imperial. New Australia dan Cosme melebur masuk ke Paraguay, mewariskan dunia segerombolan orang baru yang menarik, kaum Australia-Paraguay.

(1901–1904)

Finlandia memiliki sejarah panjang pemikiran utopia, dimulai sepasang saudara dari abad 18 yang menciptakan sekte mistik-separatis dan membawanya ke Eropa Utara selama 11 tahun. Semenjak itu, warga Finlandia telah mengarungi dunia, mulai dari Sierra Leone hingga Brasil, mencari kehidupan yang lebih idilis.

Sointula (“Pusat Harmoni”), berada di Pulau Malcolm tidak jauh dari pesisir barat Kanada, adalah perwujudan tempat itu. Ditemukan pada 1901 oleh Matti Kurikka, seorang petualang yang gagal menciptakan utopia di Queensland, Australia, Sointula kesulitan bertahan karena penduduk Finlandia yang menempatinya tidak pandai memancing atau menebang kayu, padahal area tersebut didominasi hutan dan lautan.

Kurikka juga memiliki beberapa ide radikal tentang seks dan membesarkan anak. Dia meyakini figur ayah seharusnya adalah seorang lelaki yang belum pernah tinggal dengan sang ibu, dan orang yang tinggal bersama seharusnya tidak berhubungan seks. Pemukiman ini akhirnya berakhir akibat insiden kebakaran.

Iklan

(1919)

Pada September 1919, seorang penyair Italia dan pilot petarung Perang Dunia I, Gabriele D’Annunzio, bersama dengan gerombolan tentara pemberontak, menyerbu kota Fiume di Pantai Adriatik. Lokasi tersebut telah menjadi wilayah perebutan semenjak akhir perang.

Tidak ada yang bisa menghentikan sang prajurit-penyair tersebut, dan selama 15 bulan setelahnya, dia menjabat sebagai diktator karismatik kota tersebut. Dia kerap melontarkan pidato mistik dari balkoninya setiap hari sebelum menggerayangi kumpulan perempuan-perempuan “istrinya” yang terus berubah-ubah.. Meminta anak-anaknya memanggil dia sebagai “Maestro” alih-alih “Papa”, D’Annunzio, yang menyukai kokain dan lobster, mengaku sudah bercinta dengan ribuan perempuan. Dia dan pengikutnya mengenakan seragam hitam dengan dekorasi tengkorak dan tulang selangka. Sekelompok orang yang mengaku mewakili perempuan Fiume memberikan dia sebuah belati “suci”, ditulis di sebuah biografi, “agar kamu bisa mengukir kata ‘menang’ di kulit musuh kita.”

Jauh sebelum mencapai ketenaran, Hitler dan Mussolini merupakan murid dari sang penyair. Namun praktik pemerintahan tidak digemari D’Annunzio, dan oleh karenanya, penipu, pencuri, dan orang-orang brengsek memenuhi Fiume sebelum pemerintah Roma mengembalikan ketertiban dan mengakhiri mimpi rezim fasis Bacchanalian.

(1927)

Henry Ford tidak hanya ingin menghancurkan sistem transportasi publik dan memenuhi planet kita dengan produk mobilnya: Dia ingin membentuk hati dan pikiran, dan memiliki persediaan karet tanpa batas. Sebab itulah, Fordlandia, sebuah kota pabrik midwestern di jantung hutan hujan Amazon, didirikan.

Iklan

Hutan hujan dibersihkan, ratusan bahkan ribuan jalan dibangun, dan Ford—yang tidak pernah mengunjungi lokasi—berusaha keras untuk mengatur lingkungan para insinyurnya dari jauh. Dia memberlakukan aturan diet bagi para pekerja Brasilnya, menyuruh mereka untuk tidak minum, dan memaksa mereka mempelajari tari-tarian tradisional Eropa seperti polka dan waltz.

Semua ini menyebabkan kerusuhan, adu pisau, dan pemberontakan. Ford memperparah situasi dengan mencoba menerapkan praktek industrial skala besar ke dalam ekosistem hutan hujan yang kompleks. Getah dari pohon-pohon Fordlandia tidak pernah digunakan dalam mobil Ford, dan eksperimen tersebut berakhir dengan kegagalan.

(1965–1977)

Tempat pertama yang pernah disebut “komune hippie,” Drop City, berada di wilayah selatan Colorado, berisikan struktur kubah yang terinspirasi prinsip desain Buckminster Fuller. Struktur-struktur ini dibuat menggunakan apa saja, mulai dari atap mobil hingga tutup botol Sprite.

Ditemukan di sebuah lahan seluas 2.8 hektar oleh sutradara film dan mahasiswa seni, komunitas ini berusaha mencapai egalitarisme dan dipandang sebagai bentuk penolakan aktif terhadap kehidupan kapitalisme Amerika dan perang Vietnam.

Ini mimpi yang mulia, tapi begitu kabar mengenai Drop City menyebar, masalah mulai berdatangan: Terjadi pembunuhan, gang motor berdatangan, dan seorang peternak sapi nantinya membeli utopia ini. Kubah yang terakhir dihancurkan akhir dekade 1990'an.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.