Stasiun Luar Angkasa

Saksikan Detik-Detik Stasiun Luar Angkasa Cina Jatuh ke Bumi

Sebagian besar rangka wahana antariksa sepanjang 10 meter itu terbakar saat memasuki Bumi akhir pekan lalu. Ada beberapa puing yang jatuh ke Samudra Pasifik selatan.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
​Ilustrasi pesawat ruang angkasa Tiangong-2 dan Shenzhou. Gambar: EG365.CN
Ilustrasi pesawat ruang angkasa Tiangong-2 dan Shenzhou. Gambar: EG365.CN

Stasiun luar angkasa Cina kembali ke Bumi pada Jumat (19/7) pukul 9:06 malam waktu Beijing, setelah mengorbit selama tiga tahun terakhir.

Sebagian besar tubuh Tiangong-2, yang panjangnya 10 meter dan berat sekitar 8.618 kg, terbakar ketika memasuki Bumi dalam kondisi yang terkendali. China Manned Space Agency (CMSA) melaporkan puing-puing yang tidak terbakar jatuh ke bentangan Samudra Pasifik Selatan yang tak berpenghuni.

Iklan

Saat-saat terakhir pesawat ruang angkasa tersebut diabadikan oleh kamera yang dipasang di bagian luar.

Pesawat yang berfungsi sebagai laboratorium ruang angkasa diluncurkan pada September 2016 untuk program Tiangong. Laboratoriumnya dirancang agar bisa ditinggali manusia untuk waktu lama.

Astronot Jing Haipeng dan Chen Dong tinggal dan bekerja di pesawat selama sebulan dari Oktober sampai November 2016. Misi 33 hari mereka sejauh ini menjadi penerbangan luar angkasa berawak terpanjang dalam sejarah Cina.

Pada 2017, Tiangong-2 merapat ke pesawat ruang angkasa tanpa awak Tianzhou-1 pada tiga kesempatan berbeda. Manuver tersebut berhasil menunjukkan kemampuan pengiriman kargo dan proses pengisian bahan bakar untuk stasiun ruang angkasa di masa depan, yang akan berukuran serupa dengan pesawat Mir dari Rusia.

Modul inti Tianhe-1, stasiun baru Cina, rencananya akan diluncurkan pada 2020. Pesawat ruang angkasa ini dirancang untuk menampung tiga astronot. Cina berencana menambah lebih banyak modul selama 2020, dan mengantisipasi stasiunnya bisa beroperasi setidaknya selama satu dekade.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard