Rekomendasi Film

Bosan? Jangan Khawatir, Ini 7 Film Netflix Cocok Ditonton Pas Libur Akhir Pekan

Ga ada yang ngajak kalian jalan Sabtu-Minggu? Di rumah aja lah. Waktunya lumayan buat nonton maraton.
Bosan? Jangan Khawatir, Ini 7 Film Netflix Cocok Ditonton Pas Libur Akhir Pekan Moonlight Spider Man Burning Train to Busan
Semua screenshot adegan dari arsip Netflix 

Akhir pekan kembali tiba. Sayangnya, kamu belum ada rencana pergi sama teman atau pacar. Ujung-ujungnya, paling kamu bakalan ngendon aja di rumah. Nah, biar hari liburmu enggak membosankan, sebaiknya kamu habiskan waktu menonton film-film di bawah ini. Dijamin kamu enggak bakalan nyesel, deh.

Spider-man: Into the Spider-verse

Film ini akhirnya masuk Netflix juga! Animasi dalam Spider-man: Into the Spider-verse keren abis. Asli, enggak bohong. Buktinya banyak mendapat pujian dari desainer, animator dan penggemar novel grafis. Ini tak mengherankan mengingat kreatornya pernah bilang mereka ingin menciptakan sesuatu yang mampu membuat “penonton serasa ada di dalam komik”. Spider-man: Into the Spider-verse mengisahkan perjalanan remaja asal Brooklyn, Miles Morales, menjadi seorang Spider-man dengan bantuan Spider-man lain. Omong-omong, filmnya berhasil memenangkan Film Fitur Animasi Terbaik di Academy Awards.

Iklan

Semesta Sinematik Marvel (MCU)

Ya, ya, ya. Aku mengakui rekomendasinya lebih dari satu, tapi ada beberapa film Marvel Cinematic Universe (MCU) di Netflix yang cocok buat ditonton bareng keluarga. Kapan lagi bisa quality time sama mereka, kan? Kamu bisa pilih sendiri mau nonton ulang Avengers: Infinity War atau Thor: Ragnarok. Saat ini, platform streamingnya menayangkan sejumlah film Marvel yang paling disukai penggemar.

Moonlight

Film yang disutradarai Barry Jenkins bukanlah cerita coming-of-age biasa. Moonlight mengajak kita menyaksikan bagaimana karakter utama memahami maskulinitas, seksualitas, dan identitasnya sebagai orang kulit hitam. Film berlatar di Miami ini juga menceritakan proses menyembuhkan trauma.

Moonlight adalah film pertama yang semua pemainnya berkulit hitam, dan juga film bertema LGBTQ pertama yang memenangkan Oscar. Mahershala Ali adalah satu-satunya aktor Muslim yang mendapatkan penghargaan Oscar. Tak ada alasan untuk enggak menonton film satu ini.

Burning

Burning adalah kebalikan dari film-film Avengers. Film garapan sutradara, penulis skenario, dan novelis Korea Selatan terkenal Lee Chang-Dong ini sangat menegangkan dan penuh misterinya. Filmnya merusak ekspektasi dan menawarkan penonton sebuah kisah pedih seputar cinta segitiga yang rumit. Dibintangi pemeran ‘The Walking Dead’ Steven Yeun, Burning dibanjiri pujian dan berbagai nominasi penghargaan.

Empire Records

Film favorit sepanjang masa ini mengikuti kehidupan Corey Mason (Liv Tyler) dan Gina (Renée Zellweger) sebagai pekerja toko musik yang berusaha menghentikan penjualan dari toko ke rantai waralaba raksasa. Plotnya cocok banget dengan zaman modern yang dikuasai kapitalisme. Walaupun banyak mendapat ulasan negatif, seenggaknya soundtrack film ini gokil banget.

Iklan

Train To Busan

Entah mengapa musim panas dan zombie adalah paduan paling pas. Film horor Korea Selatan ini benar-benar memberikan semua yang kamu inginkan dari film tentang zombie: pahlawan tampan, skenario mengerikan di kereta, dan adegan berdarah-darah. Train To Busan adalah perjalanan menegangkan yang membuatmu sulit berpaling dari layar dan terus-terusan bersyukur hidupmu enggak seburuk itu.

What a Girl Wants

Sebelum Amanda Bynes menjadi lulusan fesyen, dia mendominasi era 2000-an dan film bergenre teen rom-com. What a Girl Wants adalah salah satu film klasik yang dibintangi Bynes. Filmnya menceritakan tentang perempuan yang mencari ayahnya yang sudah lama hilang di negara lain dan akhirnya malah jatuh cinta sama cowok tampan di sana. Colin Firth berperan sebagai ayah Bynes, dan ini adalah akting terbaiknya.

Paris is Burning

Film dokumenter besutan Jennie Livingston mengisahkan ball culture di Kota New York selama pertengahan hingga akhir era 80-an, dan komunitas LGBTQ+ POC yang menginisiasi budaya ini. Filmnya dengan gamblang mempertontonkan realitas AIDS, rasisme, kemiskinan, kekerasan dan homofobia.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D