FYI.

This story is over 5 years old.

Kuliner

Sejarah Singkat Kari Asal India Bisa Jadi Masakan Populer di Jepang

Di Jepang, kari dan nasi juga dianggap sebagai masakan nasional seperti sushi atau ramen. Kok bisa? Artikel ini membahas cerita lengkapnya.
Bettina Makalintal
Brooklyn, US
Kari Jepang dalam bungkusan

“Kari sama populernya dengan ramen di Jepang,” kata Yudai Kanayama, pemilik restoran Izakaya dan Davelle di New York City. Hanya saja, hidangan Jepang yang terinspirasi dari makanan khas India ini belum begitu dikenal di Amerika Serikat. Kanayama berharap bisa mengubahnya.

Menurut penulis kuliner Jepang Morieda Takashi, rata-rata orang di Jepang lebih sering makan kari daripada sushi atau tempura pada 2000. Dalam sebuah survei yang diikuti hampir 10.000 orang Jepang—yang menyebut kari sebagai “hidangan nasional Jepang—kebanyakan peserta melaporkan bahwa mereka makan kari dan nasi beberapa kali dalam sebulan.

Iklan

Kari Jepang cenderung lebih lembut, kental dan manis. Meskipun setiap daerah punya variasinya sendiri, masakan ini biasanya disajikan dengan nasi dan ayam atau babi katsu.

Kanayama yang tumbuh besar di Hokkaido, pulau di utara Jepang, mengenang saat-saat dia makan kari buatan ibunya di rumah. Dia kini menyajikan kari di restorannya, dan menghidangkannya bersama nasi dan tonkatsu yang terbuat dari daging babi. Dagingnya direbus selama delapan jam sebelum dilapisi tepung roti dan digoreng. Menurutnya, kari menjadi menu paling populer di kedua restorannya.

Kari buatan Kanayama sebagian besar terinspirasi oleh resep ibunya yang mengandalkan campuran bumbu khas kari, kecap dan madu. Dia memasukkan bumbu ekstra, seperti bawang goreng, saus tiram dan anggur putih, yang membuat rasanya lebih spesial. Akan tetapi, dia mengatakan bahwa “Kami tidak mau membuat rasanya jauh berbeda dari kari buatan ibu yang klasik.”

Hanya pasta kari kemasan yang mampu menciptakan rasa tradisionalnya. “Susah buat bikin [pasta kari] kalau tidak pakai pasta itu,” katanya. Campuran paling populer berasal dari House Foods, yang telah membuat JAVA Curry dan Vermont Curry sejak 1926. Pasta yang terakhir diberi nama seperti itu karena ada tambahan apel dan madu.

Kari Jepang sudah ada jauh sebelum itu. Konon, kari pertama kali diperkenalkan di Jepang pada akhir 1800-an oleh pelaut Inggris yang terdampar dan dijemput perahu nelayan. Setidaknya, itulah versi mitologi yang diceritakan Merry White, dosen antropologi di Boston University yang mendalami budaya kuliner Jepang, saat diwawancarai MUNCHIES melalui surel.

Iklan

Sang pelaut yang membawa kari diduga menjadi alasan penyebaran campuran rempah-rempah tersebut dari Angkatan Laut Inggris ke Jepang. Pada akhir abad ke-19, Angkatan Laut Britania Raya menjadikan kari sebagai makanan pelautnya selama bertahun-tahun. Hidangan tersebut sudah disesuaikan dengan selera orang Inggris.

White berspekulasi bahwa menyajikan makanan khas Inggris saat mengarungi lautan adalah suatu hinaan bagi pelaut Inggris, sehingga “menggunakan makanan ‘asing’ jauh lebih masuk akal.” Angkatan Laut Jepang kemudian mengadopsi kari mereka. Alasannya diduga sama: kari dan nasi bukan asli Jepang, sehingga hidangan ini tidak akan membuat batalion tertentu merasa diasingkan.

Hasilnya, tentara AL Inggris menyajikan kari yang “lembek, kaya akan saus, berwarna cokelat keoranyean, dan agak manis,” kata White. “Kari yang diadopsi Jepang sudah mengikuti selera orang Inggris, tidak lagi seperti buatan India. Kari versi ini terus bertahan.”

Lizzie Collingham menulis dalam buku berjudul Curry: A Tale of Cooks and Conquerors bahwa meskipun kari sudah dijual di restoran Jepang sejak 1877, kemunculan kari yang sebenarnya berasal dari para tentara. Selain bisa disajikan dalam jumlah besar, kari dapat dimanfaatkan untuk menambahkan daging ke dalam makanan mereka. Hidangan ini juga menjadi populer di kantin sekolah karena alasan serupa. Masakan ini kemudian merambah ke dapur rumahan setelah pasta kari kemasan beredar. Pasta ini membuat proses memasaknya jadi lebih mudah.

Iklan

Bagi Kanayama, sejarah kari di Jepang sangat berkaitan dengan William S. Clark, seorang ahli kimia dan pertanian yang disebut sebagai “pahlawan” dalam emailnya.

Setelah menjabat sebagai ketua di universitas yang sekarang menjadi University of Massachusetts Amherst, Clark membantu mendirikan Sapporo Agricultural College di Jepang pada akhir 1800-an. Dia dikenal menambahkan kentang ke dalam saus kari Jepang. Menurut Kanayama, saus ini mampu membuat hidangan tersebut semakin populer di Jepang.

“Kami harus menjadi seperti Doctor Clark di New York City,” kata Kanayama, saat menceritakan rencananya untuk merevitalisasi kari Jepang bagi orang Amerika.

Meskipun kari buatan impor seperti Go! Go! Curry dan CoCo Ichibanya sudah banyak ditemukan di kota-kota Amerika termasuk New York, Los Angeles, dan Boston, Kanayama berpikir bahwa kebanyakan orang belum terlalu mengenal kari Jepang. "Restoran yang menjual kari tidak sebanyak restoran ramen di New York City," katanya, "tetapi kami melihat potensi yang besar untuk menjadikan kari terkenal di Amerika."

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES